Translate

Saturday, February 27, 2016

DIET KARBON UNTUK KELANGSUNGAN HIDUP


Selain berdampak positif, perkembangan dan pembangunan global telah menyebabkan bumi meningkat bebannya dan semakin panas. Pembangunan fisik tanpa diimbangi pembangunan moral akan mengakibatkan kerusakan yang semakin menjadi.

Laporan PBB dan beberapa lembaga penelitian menunjukkan suhu permukaan bumi meningkat dari tahun ke tahun. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) melaporkan kenaikan suhu permukaan bumi periode 1990-2005 adalah 0,13-0,15 derajat Celcius. Jika hal ini dibiarkan maka diperkirakan pada periode 2050-2070 suhu permukaan bumi akan naik 4,2 derajat Celcius. Padahal jika suhu permukaan bumi naik 2 derajat Celcius, maka sebagian kehidupan bumi akan musnah.
Beberapa daerah yang tadinya bersuhu sejuk dan dingin seperti Bogor, Bandung dan Berastagi sekarang menjadi lebih hangat dan panas. Apalagi daerah yang tadinya bersuhu panas akan semakin panas membara. Negara tropis Indonesia yang dilalui garis khatulistiwa dengan panas matahari sepanjang tahun tentu akan lebih merasakan dampaknya.

Negara subtropis maupun negara dekat poros bumi pun merasakan efek kenaikan suhu permukaan bumi, yaitu mencairnya gunung-gunung es di kutub utara maupun selatan. Akibatnya permukaan air laut akan semakin naik dan pada akhirnya dapat menenggelamkan pulau-pulau kecil dan memundurkan garis pantai (area daratan semakin berkurang). Negara-negara di planet bumi akan mengalami iklim yang ekstrim, tidak teratur dan sulit diprediksi lagi, datangnya bencana dan malapetaka alam seperti banjir, longsor kekeringan, angin topan, dan badai salju.

Konferensi tingkat tinggi perubahan iklim PBB telah berkali-kali dilakukan untuk menegaskan komitmen bersama negara-negara di seluruh dunia untuk menekan emisi karbon demi kelangsungan hidup umat manusia. KTT Perubahan Iklim PBB 2009 di Kopenhagen-Denmark menghasilkan Kesepakatan Kopenhagen (Copenhagen Accord). Dalam kesepakannya, menyebutkan emisi karbon harus dikurangi hingga kenaikan suhu bumi tidak melampaui 2 derajat Celcius.

Meningkatnya volume gas rumah kaca (GRK) seperti CO2, CH4, N2O, SO2, SF6 dan HFC berperan dalam meningkatkan suhu bumi secara global (efek rumah kaca/ ERK). Oleh karena itu untuk menurunkan suhu permukaan bumi dapat dilakukan dengan menekan emisi karbon. Karbon disini tidak hanya merujuk kepada karbondioksida sebagai penyumbang terbesar efek rumah kaca, tetapi juga mencakup GRK lainnya. Kementrian Lingkungan hidup melaporkan emisi karbon dihasilkan dari penggunaan energi bahan bakar fosil/ BBM (36%), kerusakan dan alih fungsi hutan atau deforestasi (36%), limbah (16%), pertanian (8%) serta industri (4%).

Negara-negara penghasil emisi karbon terbesar di dunia dan beberapa negara industri maju lainnya harus lebih berperan aktif untuk menekan emisi karbon. Negara penghasil emisi terbesar di dunia secara berurutan adalah negara China, Amerika Serikat, Rusia, India, Jepang, Jerman, Kanada, Inggris, Korea Selatan dan Iran (Germanwatch 2009). Karena sebagain besar negara tersebut adalah negara maju yang tingkat ekonominya tinggi, maka negara-negara tersebut harus rela memberikan kompensasi kepada negara berkembang lain yang memiliki kawasan hutan dan lautan (green area) agar dapat menjaga kelestariannya. Kompensasi dapat berupa bantuan dana, sumberdaya maupun keahlian.

Indonesia sebagai negara seribu pulau tentu harus mengantisipasi tragedi pemanasan global (global warming). Banyak hal yang dapat dilakukan untuk menekan emisi karbon. Salah satunya adalah dengan diet karbon. Diet ini merupakan suatu kegiatan untuk mengurangi emisi karbon dan turunannya dalam kehidupan sehari-hari. Diet karbon sebagai bagian gaya hidup adaptif dan merupakan langkah mitigasi terhadap dampak pemanasan global.

Diet karbon harus dimulai dari sekarang oleh diri sendiri dengan hal-hal yang sederhana, yaitu sikap peduli lingkungan. Beberapa langkah yang dapat dilakukan adalah: pertama, hemat listrik dan air. Karena hingga kini sebagian besar listrik masih diproduksi dengan bahan bakar fosil (minyak bumi, gas dan batubara). Matikan listrik dan keran air yang tidak diperlukan, memilih dan menggunakan alat elekronik yang hemat energi serta mengeksplorasi sumber energi terbarukan, seperti energi angin, air matahari dan panas bumi.

Kedua, hemat bahan bakar fosil (BBM) dengan beralih ke transportasi yang lebih ramah lingkungan, seperti berjalan kaki untuk jarak dekat, bersepeda, moda angkutan massal atau kendaraan hybrid. Memilih tempat tinggal yang dekat dengan tempat bekerja, sekolah anak dan tempat belanja. Penggunaan bahan bakar biofuel, yaitu bahan bakar baik padatan, cairan atau gas yang dihasilkan dari bahan organik.

Ketiga, membuat bangunan yang ramah lingkungan dan hemat energi, melalui desain bangunan, tapak bangunan, bahan bangunan, serta sistem tata listrik, air dan pencahayaan. Keempat, penghijauan dan penanaman area sekitar dengan pepohonan untuk meningkatkan luas green area. Jika setiap orang menanam dan merawat satu batang pohon, maka Indonesia akan memiliki 200-an juta pohon baru. Satu pohon sendiri dapat menyerap emisi karbondioksida 32 kg per tahun dan mengembalikannya menjadi oksigen ke atmosfer.

Kelima, jadilah konsumen yang ramah lingkungan dan ramah kesehatan. Perhatikan bahan baku produk, proses produksi, pengangkutan dan kemasannya. Utamakan membeli produk lokal dan organik, serta beli seperlunya atau yang tahan lama dan multiguna. Keenam, sahabat sampah. Lakukan 4R pada sampah yaitu reuse (pemakaian kembali), reduce (mengurangi), recycle (mendaur ulang) dan replace (penggantian dengan barang ramah lingkungan).

Mari kita peduli lingkungan bersama dengan mengetahui, memahami dan mengamalkan program diet karbon demi kelangsungan hidup umat manusia. Program diet karbon yang bersifat sukarela dan gratis, akan memberikan harapan bumi hijau sebagai rumah dan lingkungan yang nyaman bagi anak dan cucu kita kelak.


www.titomedan.blogspot.com


(Photo: http://cvcofatlanta.org/Resources/Pictures/Environment.jpg)


Saturday, February 20, 2016

“BODAT” UNTUK DANAU TOBA


BODAT ?. Ya memang BODAT. Sengaja saya tuliskan BODAT dengan huruf kapital. Saat ini BODAT menjadi harapan terindah untuk Danau Toba di Sumatera Utara.


Tentu Saya bukan sedang memaki Danau Toba menggunakan kata “BODAT” dalam artian “monyet”. Sebagai catatan, bodat artinya monyet menurut Bahasa Batak. Namun BODAT di sini adalah Badan Otorita Danau Toba sebagai badan otorita pengelola kawasan Danau Toba yang wilayahnya sangat luas.

Danau Toba memiliki luas 1.130 km persegi terbentang sepanjang 100 km dan selebar 30 km, dan merupakan danau terluas di Indonesia dan Asia Tenggara. Berada di ketinggian 905 m dpl, Danau Toba tercipta sebagai danau vulkanik dan meimilik kedalaman sampai 529 meter. Danau Toba berada di Provinsi Sumatera Utara dengan wilayah terbentang di tujuh kabupaten, yaitu Kabupaten Simalungun, Samosir, Toba Samosir, Tapanuli Utara, Karo, Dairi, dan Humbang Hasundutan.

Danau Toba memiliki sejarah yang sangat panjang sejak jaman pra-sejarah. Danau Toba terbentuk dari letusan supervolcano Gunung Toba Purba pada tahun 73.000–75.000 tahun lalu. Sejarah mencatat bahwa letusan Gunung Toba Purba merupakan salah satu letusan gunung berapi terbesar sepanjang masa.

Letusan tersebut juga memberikan dampak bencana yang hebat. Suara ledakan yang menggelegar, luncuran larva, lava, dan debu yang memmpengaruhi iklim global selama beberapa waktu. Tidak sedikit korban nyawa dan harta dari perkampungan sekitar Danau Toba. Sisa magma berukuran sangat besar membentuk sebuah pulau yaitu Pulau Samosir.

Komitmen Pemerintah RI dengan dipiloti Presiden Jokowi untuk mengembangkan pariwisata sebagai salah satu bidang ekonomi kreatif patut diapresiasi. Beruntung sekali Danau Toba menjadi salah satu kawasan wisata unggulan yang akan dikelola dan dikembangkan dan pemerintah pusat, selain Borobudur, Bromo, Kepulauan Seribu, Mandalika, Morotai , Pulau Komodo, Tanjung Kelayang, Tanjung Lesung, dan Wakatobi.

Beruntung juga salah satu menteri koordinator adalah putra daerah Danau Toba, yaitu Menko Pohukam Luhut Panjaitan. Diadakannya rapat koordinasi pembahasan pengembangan wisata Danau Toba di Institut Teknologi Del, Laguboti, Toba Samosir, milik Luhut Panjaitan, menjadi tonggak sejarah yang menjanjikan.

Dalam rapat pada hari Sabtu, 9 Januari 2016 tersebut hadir Menko Maritim dan Sumberdaya Rizal Ramli, Menko Polhukam Luhut Panjaitan, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya, Menteri Pariwisata Arief Yahya, dan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono.

Rakor juga dihadiri Pelaksana Tugas Gubernur Sumut Tengku Erry Nuradi, Kapolda Sumut Irjen. Pol. Ngadino, tokoh adat dan tujuh Bupati dari seluruh wilayah yang mengelilingi Danau Toba yakni Bupati Toba Samosir, Bupati Tapanuli Utara, Bupati Samosir, Bupati Karo, Bupati Simalungun, Bupati Dairi dan Bupati Humbang Hasundutan.

Hasil rapat koordinasi menegaskan kembali untuk mengembangkan Kawasan Danau Toba menjadi tujuan wisata kelas dunia dengan membentuk Badan Otorita Danau Toba. Selain Danau Toba, pemerintah juga akan membentuk badan otoritas di sembilan kawasan wisata utama di Indonesia pada 2016.

Pengelolaan Danau Toba akan dikembangkan oleh Badan Otorita Danau Toba dengan konsep single management dan single destination, seperti manajemen Angkor Watt yang mengangkat pariwisata Kamboja. Pemerintah akan membangun dan mengembangkan infrastruktur pendukung seperti bandara, jalan tol, rel kereta api, perhotelan, pusat perbelanjaan dan lain-lain, serta meningkatkan kualitas lingkungan Danau Toba. Ke depannya Danau Toba akan dijadikan semacam “Monaco of Asia”.

Sebagai gambaran, Monako merupakan negara kecil di Eropa Barat yang kebetulan benderanya juga merah-putih seperti bendera Indonesia. Negara kecil seluas 202 ha ini berbatasan dengan Perancis dan Laut Tengah. Monako dengan iklim yang nyaman, pemandangan yang indah, dan fasilitas perjudian telah membuatnya terkenal di dunia sebagai tempat wisata, dan pusat rekreasi untuk orang kaya dan terkenal. Dalam beberapa tahun terakhir Monako juga telah menjadi pusat perbankan utama dunia.

Badan Otorita Danau Toba harus banyak belajar dari kegagalan pengelolaan kawasan Danau Toba sebelumnya. Selama ini banyak kepentingan dan tumpang tindih dalam pengelolaannya antara kabupaten. Beberapa kali kegiatan Pesta Danau Toba atau Festival Danau Toba dengan biaya besar, tidak berhasil mendatangkan banyak wisatawan secara signifikan. Pasar wisata Danau Toba yang tinggi, belum diimbangi dengan persiapan dan pengelolaan yang memadai.

Selain pengalaman menyenangkan selama berwisata di Danau Toba, tidak sedikit juga pengalaman tidak menyenangkan, seperti aksesilitas belum optimal apalagi pada musim liburan. Kalau sedang ramai dan padat, jangan harap kita dapat menikmati Danau Toba di Parapat. Sekedar mencari lahan tempat parkir pun susahnya setengah mati.

Pengalaman pahit beli mangga udang juga perlu manjadi perhatian. Pada saat beli dan pilih sendiri, mangganya bagus dan timbangannya pas, namun setelah dibuka di rumah ternyata mangganya jelek dan timbangannya kurang. Ternyata pengalaman tersebut banyak yang mengalami dan sudah menjadi rahasia umum.

Pusat wisata juga selayaknya jangan hanya pada titik-titik tertentu. Harus ada pemerataan pengembangan lokasi wisata di semua kabupaten. Beberapa daerah wisata di Danau Toba yang bisa dikembangkan secara optimal oleh Badan Otorita Danau Toba antara lain Parapat (Simalungun), Tomok, Tuktuk dan Simanindo (Samosir), Pantai Muara dan Bandara Silangit (Tapanuli Utara), Pantai Binanga Lom, Pantai Ajibata dan Bandara Sibisa (Toba Samosir), Paropo (Dairi), Tongging (Karo), serta Sipinsur (Humbang Hasundutan).

Yang tidak kalah penting adalah mengenai kelestarian hutan dan lingkungan di sekitar Danau Toba. Penelitian menunjukkan adanya penurunan muka air Danau Toba pada beberapa dekade terakhir. Hal ini disebabkan kerusakan hutan dan lingkungan di hulu dan sepanjang daerah aliran sungai. Penebangan kayu illegal (illegal logging) dan pencemaran lingkungan-terutama air-menjadi masalah yang harus segera diselesaikan. Di Danau Toba sendiri banyak budidaya ikan air tawar yang sudah melebihi ambang batas. Jika tidak segera ditanggulangi, akan menyebabkan bencana ekologis, cepat atau lambat.

Tahun Baru Imlek sekarang yaitu Tahun Bodat Api (baca: Monyet Api) harus menjadi momentum yang tepat bagi “BODAT” untuk bisa mengangkat kesejahteraan masyarakat sekitar Danau Toba melalui pengelolaan Danau Toba yang tepat. Pengembangan dan pengelolaan Danau Toba harus tetap mejunjung adat budaya Batak dan menjaga kelesetarian lingkungan, sehingga ada keutungan optimal secara ekonomi, ekologis dan sosial.

Mauliate.
Horas!


www.titomedan.blogspot.com


Monday, February 15, 2016

ANALISIS KETERANDALAN BANGUNAN (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1003/1/10E00547.pdf)

KAYU LAMINASI DAN PAPAN SAMBUNG (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1037/1/10E00552.pdf)

PENGERINGAN KAYU SECARA UMUM (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/972/1/10E00557.pdf)

STABILITAS DIMENSI KAYU (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/870/1/10E00562.pdf)

PENENTUAN AIR DALAM RONGGA SEL KAYU (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1008/1/10E00556.pdf)

STRUKTUR, ANATOMI DAN IDENTIFIKASI JENIS KAYU (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/851/1/10E00563.pdf)

MODIFIKASI KIMIA KAYU (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/894/1/10E00555.pdf)

DETERMINASI KUALITAS PEREKAT (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/948/1/10E00551.pdf)

DETERMINASI KETERBASAHAN (WETTABILITY) KAYU (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1035/1/10E00550.pdf)

APLIKASI LIKUIDA KAYU DARI SUMBERDAYA ALAM BERLIGNOSELULOSA (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/986/1/10E00549.pdf)

METODE LIKUIFIKASI KAYU (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1046/1/10E00554.pdf)

PEREKAT LIGNIN (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1032/1/10E00559.pdf)

ANALOGI IKATAN PEREKAT DENGAN SIREKAT (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/961/1/10E00548.pdf)

TEORI ADHESI SPESIFIK PEREKAT (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/869/1/10E00566.pdf)

TEORI ADHESI MEKANIKAL PEREKAT (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1022/1/10E00565.pdf)

TEKNIK PENELUSURAN PUSTAKA (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1041/1/10E00564.pdf)

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/997/1/10E00560.pdf)

MANAJEMEN PERJALANAN DI ALAM BEBAS (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/891/1/10E00553.pdf)

Sunday, February 14, 2016

TEKNIK SURVIVAL DI HUTAN (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/943/1/hutan-tito.pdf)

TEKNIK SURVIVAL DI HUTAN



A. PENDAHULUAN
Kegiatan di alam bebas adalah kegiatan yang bersifat menyenangkan, karena kita bisa melihat, menikmati, mengagumi dan belajar mengenai alam ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa. Alasan melakukan kegiatan di alam bebas antara lain sebagai sarana olahraga (sport), kegemaran (hobby), pendidikan (education), penelitian (research), pelatihan (training) atau sekedar bersantai (refreshing) menikmati keindahan alam. Kegiatan ini sangat beragam tergantung tujuannya, antara lain mendaki gunung (hiking), panjat tebing (rock climbing), penelusuran gua (caving), arung jeram (rafting), menyelam (diving), selancar (surfing) atau praktek/praktikum lapangan di alam bebas.

Hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan kegiatan di alam bebas adalah persiapan dan perencanaan kegiatan yang matang, meliputi persiapan alat/ perlengkapan, kesehatan dan kondisi fisik, biaya selama kegiatan dan data informasi mengenai lokasi, jalur, medan serta cuaca. Kemanapun lokasi yang kita tuju, apapun jenis medan yang dilalui, seberapa buruknya cuaca yang dihadapi atau seberapa besar hambatan yang datang, bukanlah suatu masalah yang berarti jika dibekali dengan persiapan dan perencanaan yang matang.

Sebaliknya bila tidak dipersiapkan dan direncanakan secara matang, maka akan menyebabkan kondisi darurat, sehingga memaksa kita harus bertahan hidup (survival) sebelum mendapatkan pertolongan atau keluar dari situasi dan kondisi yang tidak diharapkan tersebut. Pengetahuan tentang survival sangat diperlukan bagi orang yang biasa beraktivitas di alam bebas sebagai "senjata" yang bisa digunakan pada saat terdesak menghadapi kondisi darurat.

B. PERSIAPAN DAN PERENCANAAN KEGIATAN
Persiapan dan perencanaan kegiatan di alam bebas harus disesuaikan dengan jenis dan tujuan kegiatan yang akan dilakukan. Dengan persiapan dan perencanaan yang matang akan mengurangi resiko buruk yang mungkin timbul selama kegiatan, antara lain iklim/cuaca yang ekstrim, medan yang sulit dilewati atau sumber air yang kurang. Kondisi-kondisi tersebut harus diantisipasi sedini mungkin dengan persiapan fisik, mental, keterampilan (skill) dan data informasi.

Addy (2002) menambahkan bahwa sebelum melakukan kegiatan di alam bebas harus mempersiapkan dan merencanakan kegiatan dengan baik terutama informasi jalur, medan dan cuaca, kesehatan dan kondisi fisik, biaya perjalanan, kelengkapan identitas diri serta perlengkapan pakaian dan logistik. Perencanaan kegiatan akan mempermudah mengorganisir kegiatan yang akan dilakukan, dengan mengeliminasi kemungkinan resiko buruk yang mungkin terjadi.

Menurut Yudiawan (2002), perencanaan tersebut harus berdasar kepada “Pedoman 5 W + 1 H” yaitu Who, What, Why, When, Where dan How.
1. Who, siapa yang mengadakan kegiatan, dengan siapa kita pergi, siapa yang jadi pemimpin (leader) dan siapa yang paling berpengalaman di lapangan.
2. What, apa jenis kegiatannya, apa tujuannya, apa hambatannya, apa yang akan dilakukan dan perlengkapan apa yang harus dibawa.
3. Why, mengapa kita harus ikut dan mengapa memilih kegiatan tersebut.
4. When, kapan kegiatannya, berapa lama waktunya, siang atau malam dan pada musim apa kegiatan tersebut dilakukan.
5. Where, dimana tempat kegiatannya, dimana tempat mencari bantuan terdekat.
6. How, bagaimana mencapai lokasi kegiatan dan bagaimana menghadapi resiko buruk yang mungkin terjadi.

Dari semua persiapan yang dilakukan, ada satu hal yang paling penting untuk diperhatikan, yaitu pengetahuan mengenai diri sendiri terutama daya fisik dan mentalnya (Edwin, 1987). Usaha lain untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan adalah memberitahukan segala rencana kegiatan kita secara rinci kepada orang lain termasuk perubahan rencana di tengan jalan dengan menuliskan pada secarik kertas yang dibungkus plastik dan ditempelkan di pohon atau menyampaikan kepada pendaki lain.

C. PERLENGKAPAN DAN PENGEPAKAN (PACKING)
Perlengkapan yang harus dipersiapkan tergantung kepada kebutuhan, tujuan, jenis dan lamanya kegiatan. Perlengkapan yang terlalu banyak akan membuat tidak efektif dan efisien, sedangkan perlengkapan yang terlalu sedikit tidak bisa memenuhi kebutuhan selama kegiatan.

Rimpala (1998) dan Rimpala (2002) menyatakan bahwa perlengakapan yang diperlukan dalam kegiatan di alam bebas terdiri dari perlengkapan dasar, perlengkapan khusus dan perlengkapan tambahan, sedangkan Yudiawan (2002) menyatakan bahwa perlengkapan yang dibutuhkan dalam kegiatan di alam bebas terdiri dari perlengkapan pribadi, perlengkapan kelompok dan perlengkapan teknis.

1. Perlengkapan Pribadi
Perlengkapan pribadi adalah barang-barang perlengkapan untuk memenuhi semua kebutuhan pribadi tanpa mengandalkan orang lain, yaitu:
a. Sepatu (harus kuat, lentur, aman/ safety , nyaman, anti selip) dan kaos kaki (cukup tebal, kuat, nyaman dan terbuat dari wol atau sintetis)
b. Pakaian lapangan (nyaman, tahan lama, cepat kering, melindungi tubuh dari berbagai kondisi lingkungan dan terbuat dari polyester atau polypropilena atau memenuhi 3 W yaitu wicking, warmth, water/ wind proofing)
c. Tas/ransel (kokoh, bahannya kuat, tahan air dan mempunyai sabuk pinggang untuk mengurangi goyangan ransel)
d. Ponco/ rain coat
e. Perlengkapan tidur (bersih, kering, hangat dan nyaman terdiri dari pakaian tidur, matras, kantong tidur/ sleeping bag dan jaket/ sweater)
f. Perlengkapan mandi (handuk, sabun mandi, pasta gigi, sikat gigi dan shampo)
g. Air minum dan makanan (harus cukup kualitas dan kuantitasnya)
h. Alat navigasi (kompas, peta, altimeter dan GPS= Global Positioning System)
i. Alat tulis (ballpoint, buku dan pensil)
j. Perlengkapan penunjang (menunjang kegiatan yang dilakukan, seperti HT (handy talkie), HP (hand phone), pelindung pacet/ gaithers, kelambu dan lainnya)
k. Survival kit yang terdiri dari pisau serbaguna, alat pancing, jarum jahit, benang, tali jerat, gunting, cermin, peluit, kompas, ketapel, karet, lup, peniti, korek api dalam kemasan kedap air, makanan berkalori tinggi, senter, obat-obatan, radio komunikasi dan balon.

2. Perlengkapan Kelompok
Perlengkapan kelompok adalah barang-barang perlengkapan yang dibawa untuk memenuhi kebutuhan semua anggota kelompok, yaitu tenda, obat-obatan P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaaan), peralatan masak dan makan, golok serta tali.

3. Perlengkapan Teknis
Perlengkapan teknis adalah perlengkapan yang digunakan untuk beraktivitas di alam bebas, tergantung jenis dan tujuan kegiatan. Perlengkapan kegiatan hiking berbeda dengan kegiatan caving, begitu juga dengan kegiatan yang lainnya.

4. Packing
Packing adalah pengepakan barang-barang yang sudah terdata dan pasti akan dimasukkan ke dalam ransel. Packing akan memudahkan pengambilan barang saat diperlukan, membagi titik berat pada ransel dan menjaga keseimbangan ransel sehingga tidak terlalu berat jika dibawa.

Menurut Rimpala (1997) dan Yudiawan (2002) prinsip packing adalah barang yang berat diletakkan di bagian atas ransel dan sedekat mungkin ke bagian tubuh, menempatkan barang yang penting dan sering digunakan pada tempat yang mudah dijangkau serta mengelompokkan barang-barang dan melindunginya dengan membungkusnya dalam plastik (trash bag). Edwin (1987) menambahkan prinsip memanfaatkan ruangan yang ada di dalam ransel seefisien mungkin.

Buatlah daftar barang (check-list) dan periksa kembali pada saat barang dimasukkan ke ransel, untuk menghindari adanya barang yang tertinggal. Check-list merupakan petunjuk yang dapat membuat suatu prosedur yang teratur dan membangkitkan kepercayaan diri kepada pemula (Ismunandar, 1992).

D. NAVIGASI DARAT
Navigasi adalah penentuan posisi dan arah perjalanan, baik di medan perjalanan atau di peta. Navigasi terdiri atas navigasi darat, sungai, pantai dan laut, namun yang umum digunakan adalah navigasi darat (Yudiawan, 2002).

Navigasi darat adalah ilmu yang mempelajari cara seseorang menentukan suatu tempat dan memberikan bayangan medan, baik keadaan permukaan serta bentang alam dari bumi dengan bantuan minimal peta dan kompas (Rimpala, 1994, Rimpala 1997, Rimpala 1998 dan Rimpala 2002). Rimpala 1997 menyatakan bahwa pekerjaan navigasi darat di lapangan secara mendasar adalah titik awal perjalanan (intersection dan resection), tanda medan, arah kompas, menaksir jarak, orientasi medan dan resection, perubahan kondisi medan dan mengetahui ketinggian suatu tempat.

1. Alat-alat navigasi terdiri dari:
a. Kompas adalah alat untuk menentukan arah mata angin berdasarkan sifat magnetik kutub bumi. Arah mata angin utama yang bisa ditentukan adalah N (north = utara), S (south = selatan), E (east = timur) dan W (west = barat), serta arah mata angin lainnya yaitu NE (north east = timur laut), SE (south east = tenggara), SW (south west = barat daya) dan NW (north west = barat laut). Jenis kompas yang umum digunakan adalah kompas sylva, kompas orientasi dan kompas bidik/ prisma.
b. Altimeter adalah alat untuk menentukan ketinggian suatu tempat berdasarkan perbedaan tekanan udara.
c. Peta adalah gambaran sebagian/ seluruh permukaan bumi dalam bentuk dua dimensi dengan perbandingan skala tertentu. Jenis-jenis peta terdiri dari peta teknis, peta topografi dan peta ikhtisar/ geografi/ wilayah. Bagian-bagian peta antara lain judul, nomor, koordinat, skala, kontur, tahun pembuatan, legenda dan deklinasi magnetis.
d. GPS (Global Positioning System) adalah sistem radio-navigasi global yang terdiri dari beberapa satelit dan stasiun bumi. Fungsinya adalah menentukan lokasi, navigasi (menentukan satu lokasi menuju lokasi lain), tracking (memonitor pergerakan seseorang/benda), membuat peta di seluruh permukaan bumi dan menentukan waktu yang tepat di tempat manapun.

2. Menentukan arah tanpa alat navigasi Menurut Yudiawan (2002) selain menggunakan alat-alat navigasi, kita juga dapat menentukan arah mata angin dengan tanda-tanda alam dan buatan, yaitu:
a. Tanda-tanda alam yaitu matahari, bulan dan rasi bintang
b. Tanda-tanda buatan yaitu masjid, kuburan dan membuat kompas sendiri dari jarum/silet yang bermagnet dan diletakkan di atas permukaan air
c. Flora dan fauna:
- Tajuk pohon yang lebih lebat biasanya berada di sebelah barat
- Lumut-lumutan Parmelia sp. dan Politrichum sp. biasanya hidup lebih baik (lebat) pada bagian barat pohon
- Tumbuhan pandan hutan biasanya cenderung condong ke arah timur
- Sarang semut/ serangga biasanya terletak di sebelah barat pepohonan

3. Mencegah dan menanggulangi keadaan tersesat Tersesat adalah hilangnya orientasi, tidak mengetahui posisi yang sebenarnya dan arah yang akan dituju. Hal tersebut biasanya disebabkan karena berjalan pada malam hari, tidak cukup sering menggunakan peta dan kompas dalam perjalanannya, tidak tahu titik awal pemberangkatan di peta dan melakukan potong kompas. Yudiawan (2002) menyatakan bahwa hal-hal yang bisa dilakukan untuk mencegah tersesat antara lain:
a. Selalu melapor kepada petugas terkait atau orang yang dipercaya mengenai tujuan perjalanan, lamanya dan jumlah anggota yang ikut
b. Selalu mengingat keadaan sekitar perjalanan berdasarkan kelima indera yang dimiliki
c. Tetaplah berada pada jalur yang telah ada dengan memberi petunjuk pada tiap persimpangan
d. Perhatikan objek yang mencolok seperti mata air, bukit, sungai atau gunung
e. Pada saat berjalan sekali-kali tengoklah ke arah belakang, ingatlah jalur tersebut jika dilihat dari arah berlawanan
f. Pelajari dengan benar alat-alat navigasi yang dibawa
g. Gunakanlah kompas sebelum tersesat
h. Belajar membaca tanda-tanda alam untuk menentukan arah mata angin
i. Jangan pernah percaya secara penuh kepada orang lain termasuk kepada pemimpin.

Pedoman yang bisa digunakan apabila tersesat adalah STOP, yaitu:
S = Seating, berhenti dan beristirahat dengan santai, hilangkan kepanikan
T = Thinking, berpikir secara jernih(logis) dalam situasi yang sedang dihadapi
O = Observation, melakukan pengamatan/observasi medan di lokasi sekitar, kemudian tentukan arah dan tanda-tanda alam yang dapat dimanfaatkan atau yang harus dihindari
P = Planning, buat rencana dan pikirkan konsekuensinya bila anda sudah memutuskan sesuatu yang akan anda lakukan (Addy, 2002).

Hal-hal yang dapat dilakukan untuk menanggulangi keadaan tersesat adalah:
a. Membuat tempat berlindung (shelter) dari bahaya atau cuaca buruk
b. Tetap tenang, tidak panik, berpikir jernih dan mencoba ingat jalur perjalanan
c. Orientasi dapat dipermudah dengan menuju tempat yang tinggi/ memanjat pohon
d. Gunakan kompas dan peta (alat navigasi) atau indikator alam
e. Buat petunjuk untuk mempermudah orang lain mencari keberadaan kita, misalnya dengan tulisan, peluit, asap, sinar atau berteriak
f. Tetap bersama-sama dengan kelompok dalam kondisi apapun
g. Memanfaatkan situasi dengan menunggu bala bantuan, mencari makanan, mencari air dan lainnya.

E. SURVIVAL
Survival berasal dari kata survive yang berarti bertahan hidup. Survival adalah berusaha mempertahankan hidup di alam bebas dari hambatan alam sebelum mendapatkan pertolongan (Yudiawan, 2002). Rimpala (1997) menyatakan survival adalah suatu kondisi dimana seseorang/ kelompok orang dari suatu kehidupan normal (masih sebagaimana direncanakan) baik tiba-tiba atau tanpa disadari masuk ke dalam situasi tidak normal (di luar garis rencananya).

Orang yang melakukan survival disebut survivor. Survival yang biasa dilakukan yaitu di hutan /alam bebas sehingga disebut juga jungle survival. Survival terjadi karena adanya kondisi darurat yang disebabkan oleh alam, kecelakaan, gangguan satwa atau kondisi lainnya.

Rimpala (1997), Rimpala (1998) dan Rimpala (2002) menyatakan bahwa setiap huruf dari kata survival merupakan singkatan dari langkah-langkah yang harus kita ingat dan lakukan yaitu:
S : Size up the situation
U : Undue haste makes waste
R : Remember where you are
V :Vanguishfearandpanic
I : Improve
V :Valueliving
A :Actlikethenative
L : Learn basic skill

Secara umum aspek-aspek dalam kondisi survival dibagi tiga yang saling mempengaruhi dan berkaitan yaitu aspek psikologis (panik, takut, cemas, sepi, bingung, tertekan, bosan), aspek fisiologis (sakit, lapar, haus, luka, lelah) dan aspek lingkungan (panas, dingin, kering, hujan).

1. Komponen pokok survival terdiri atas:
a. Sikap mental berupa hati yang kuat untuk bertahan hidup, mengutamakan akal sehat, berpikir jernih dan optimis
b. Kondisi fisik yang fit dan kuat
c. Tingkat pengetahuan dan keterampilan
d. Pengalaman dan latihan
e. Perlengkapan berupa survival kit.

2. Langkah-langkah survival
a. Jika tersesat lakukan tindakan pedoman STOP (Seating, Thinking, Observation, dan Planning)
b. Lakukan pembagian tugas kepada anggota kelompok
c. Tetap berusaha mencari pertolongan
d. Hemat terhadap penggunaan makanan, minuman dan tenaga
e. Hindari dan jauhi masalah-masalah yang mungkin timbul yaitu dari diri sendiri, orang lain dan alam.

3. Kebutuhan dasar survival
a. Air Syarat-syarat fisik air bersih yang layak untuk diminum adalah tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau. Sumber air antara lain mata air, sungai, air hujan, embun, tumbuhan (rotan, pisang, lumut, akar gantung, kantung semar), hasil kondensasi tumbuhan dan air galian tanah.

b. Makanan Saat sumber makanan yang dibawa semakin berkurang, kita dapat memanfaatkan sumber makanan dari alam berupa flora (tumbuhan) dan fauna (hewan). Bagian tumbuhan yang dapat dimakan adalah buah, batang, daun dan akar (umbi). Hal yang harus diperhatikan dalam mengkonsumsi tumbuhan:
- Hindari tumbuhan berwarna mencolok
- Hindari tumbuhan bergetah putih, kecuali yang sudah dikenal aman dimakan
- Mencoba mencicipi sedikit atau mengoleskan ke kulit. Biasanya tumbuhan yang berbahaya akan menimbulkan efek gatal, merah dan panas pada tubuh.
- Variasikan makanan yang dimakan untuk menghindari akumulasi zat yang mungkin buruk bagi kesehatan
- Jangan memakan tumbuhan yang meragukan untuk dimakan. Hampir semua unggas dan ikan dapat dijadikan sumber makanan, begitu juga dengan beberapa jenis serangga, reptil dan mamalia. Kendala utama untuk mendapatkan hewan-hewan liar tersebut adalah cara menangkapnya. Oleh karena itu perlu membuat perangkap (trap) untuk mempermudah menangkap hewan liar tersebut.

c. Shelter Shelter adalah tempat perlindungan sementara yang dapat memberikan kenyamanan dan melindungi dari keadaan panas, dingin, hujan dan angin. Shelter dapat menggunakan alam yang ada seperti gua, lubang pohon dan celah di batu besar. Selain itu dapat dibuat dari tenda, plastik dan ponco atau menggunakan bahan dari alam seperti daun-dauanan atau ranting.

d. Api Api berguna untuk penerangan, meningkatkan semangat psikologis, memasak makanan dan minuman, menghangatkan tubuh, mengusir hewan buas membuat tanda/ kode, dan merokok. Sumber api berasal dari korek api, lup/ teropong, menggosok-gosokkan kayu dnegan kayu, membenturkan logam dengan logam atau batu.

Ada hal lain yang menentukan lamanya kita berada pada kondisi survival, yaitu keputusan apakah kita akan menetap (survival statis) atau bergerak keluar mencari bantuan (survival dinamis).

F. PENUTUP
Survival adalah berusaha mempertaahankan hidup di alam bebas dari hambatan alam sebelum mendapatkan pertolongan. Survival terjadi karena adanya kondisi darurat yang sulit diprediksi/ diperkirakan seperti disebabkan oleh alam, kecelakaan, gangguan satwa atau kondisi lainnya.

Persiapan dan perencanaan kegiatan adalah salah satu langkah untuk mengantasipasi kondisi darurat yang mungkin terjadi di lapangan. Hal ini termasuk peralatan/ perlengkapan dan pengetahuan dasar mengenai survival. Namun hal yang paling menentukan adalah faktor diri sendiri.

REFERENSI
Addy, S. 2002. Petunjuk Praktis Mendaki Gunung. Effhar. Semarang
Edwin, N. 1987. Mendaki Gunung: Sebuah Tantangan Petualangan. Aya Media Pustaka. Jakarta.
Ismunandar, R. 1992. Olahraga Camping. Dahara Prize. Semarang.
Rimpala. 1994. Materi Latihan Dasar Rimpala. Rimbawan Pecinta Alam Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Rimpala. 1997. Makalah Kuliah Pembekalan Praktik Kerja Lapang (PKL) Mahasiswa Fakultas Kehutanan IPB. Rimbawan Pecinta Alam Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Rimpala. 1998. Diktat Pendidikan dan Latihan Dasar Rimpala. Rimbawan Pecinta Alam Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Rimpala. 2002. Diktat Pendidikan dan Latihan Dasar Rimpala. Rimbawan Pecinta Alam Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Yudiawan, D. 2002. Panduan Praktis Berpetualangan di Alam Bebas: Cerdas dan Tangkas Menjelajahi Alam Bebas. Puspa Swara. Bandung.


www. titomedan.blogspot.com


(Photo: http://off-grid-survival.com/survival-dictionary/)


(Tulisan ini jug bisa diakses via: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/943/1/hutan-tito.pdf)


Thursday, February 11, 2016

MENGGUGAT USIA PEMUDA: TENTANG ORGANISASI KEPEMUDAAN



Sabtu 30 Januari 2016, kejadian keributan dan bentrok antar anggota dua organisasi kemasyarakatan pemuda (OKP) di Medan terjadi (lagi). Sebut saja OKP ini inisialnya PP dan IPK. Kepanjangannya tidak perlu dituliskan, karena biar pembaca penasaran dan tetap menjadi rahasia bersama. Saya tuliskan “lagi”, karena kejadian ini memang sudah berulang kali. Baik kejadian dalam skala besar maupun skala kecil.

Masih meninggalkan luka dan trauma yang mendalam bagi korban maupun keluarga korban. Sedikit banyak masih ada rasa dendam yang tertinggal. Suatu saat oleh percikan api amarah dan ego, dendam ini akan mudah menyulut sekam persatuan dan kedamaian.

Seharusnya OKP yang berjiwa Pancasila dan selalu Berkarya adalah OKP yang bisa menjadi contoh yang baik bagi masyarakat. Kedua OKP tersebut memang memiliki sejarah panjang seiring berkembangnya negara Indonesia. Pemuda Pancasila (PP) yang didirikan oleh IPKI (Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia) pada 28 Oktober 1959 memiliki sejarah yang penuh warna, ditandai dengan perjuangan politik untuk menyelamatkan Pancasila dan UUD 1945, sebagaimana diamanatkan oleh Dekrit Presiden 5 Juli 1959.

Di pihak lain, Ikatan Pemuda Karya (IPK) berdiri pada 28 Agustus 1969, sebagai kelanjutan dari berdirinya Sentral Organisasi Buruh Pancasila (SOB Pancasila) pada 19 Juni 1954 di Jakarta. Serta berinduk kepada Koordinasi Ikatan-Ikatan Pancasila (Kodi) dan merupakan salah satu pendukung Penegak Amanat Rakyat Indonesia (Gakari).

Banyak kisah tentang sikap heroik anggota PP dan IPK dalam menegakkan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945 sejak berdiri sampai sekarang. Di sisi lain, tidak kalah banyak kisah tentang sikap zeroik (oknum anggota) PP dan IPK. Banyak cerita beredar dari masyarakat, pelau usaha maupun pejabat, bahwa (oknum) OKP berperan sebagai preman dan pelaku jasa keamanan dengan wilayah kekuasaan tertentu. Atau menjadi basis kekuatan politik. Dengan modal proposal, mereka meminta uang untuk acara-acara tertentu, (kadang) disertai ancaman akan keselamatan dan keamanan.

Tanpa mengkesampingkan peran perjuangan OKP pada zaman dahulu, ternyata banyak cerita tentang kegiatan negatif dari OKP. Untuk mengetahui dampak keberadaan OKP tersebut secara di masyarakat, silakan ditanyakan ke masyarakat, lebih banyak dampak positifnya atau dampak negatifnya? Silakan dijawab masing-masing.

Satu hal yang cukup menarik dan mengelitik untuk dicermati adalah usia anggota OKP tersebut. Sebagian besar anggotanya adalah sudah berusia tidak pemuda lagi, kalau tidak mau dikatakan tua. Para ketuanya juga bisa dipastikan bukan dari golongan pemuda, kalau tidak mau dikatakan manula.

Padahal UU No. 40 Tahun 2009 Kepemudaan Pasal 1 Ayat 1, menyebutkan bahwa “Pemuda adalah Warga Negara Indonesia yang memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan yang berusia 16 (enam belas) sampai 30 (tiga puluh) tahun”. Walaupun batasan usia tersebut masih banyak diperdebatkan. Bahkan ternyata batasan usia pemuda Indonesia dengan negara lain berbeda. Di negara lain, usia pemuda itu antara rentang 15 sampai dengan 25 tahun.

Sudah jelas, di UU Kepemudaan tidak mendefinisikan pemuda dari kriteria semangat, jiwa atau darahnya. Jadi walaupun semangat, jiwa dan darahnya muda, namun jika usianya sudah kadaluarsa (baca: lebih dari 30 tahun), maka tidak bisa disebut sebagai pemuda lagi.

Kembali ke urusan usia tadi, ternyata para anggota OKP yang tua-tua ini adalah termasuk golongan generasi yang gagal move-on. Tepatnya tidak bisa move-on dari kenyataan bahwa mereka sudah tua dan kurang pas menjadi anggota organisasi pemuda. Sebaiknya mereka mengundurkan diri dan menyerahkan organisasi ini pada anak muda yang benar-benar pemuda. Mereka bisa bergabung ke organisasi masyarakat (Ormas) yang memang tidak mensyaratkan anggotanya harus pemuda. 

Kalaupun tidak mau mengundurkan diri, jangan pakai kata “pemuda” pada nama OKP, tapi pakai kata “petua”. Misalnya organisasi Pemuda Pemudi jadi Petua Petui, Pemuda Petisah menjadi Petua Petisah, dan Ikatan Pemuda Kampungbaru menjadi Ikatan Petua Kampungbaru.

Ke depannya, OKP harus mereformasi diri dan merekstrukturisasi menjadi Organisasi Kegiatan Positif. Jangan jadikan OKP sebagai kedok mencari makan atau menjadi mata pencaharian.

Usia bukanlah halangan. Walau usia kronologis sudah tua, tetapi usia biologis masih tetap muda. Jadilah anggota OKP yang benar-benar pribadi yang Optimis, Kreatif dan Parsitipatif.

Hiks…
Tisu, mana tisu?...


www.titomedan.blogspot.com 


(Photo: http://assets.kompas.com/data/(photo/2016/02/02/1916059PP-IPK780x390.jpg)