Translate

Saturday, April 30, 2016

PR YANG JATUH KE ANAK, TAK AKAN JAUH DARI YANG MENGERJAKANNYA


Pekerjaan rumah atau PR dari guru sekolah untuk anak-anak adalah hal yang selalu kami nantikan. Ada perasaan deg-degan dan berdebar-debar setiap anak mendapatkan PR yang harus dikerjakan di rumah. Rasanya seperti sedang jatuh cinta; ada senang, tertawa, senyum, rindu, sebel, dan kadang-kadang benci. Memang belum sampai kisaran ratusan purnama, perasaan itu meletup-letup dari lubuk hati yang paling dangkal ini.


Tugas berupa PR tentu dimaksudkan agar siswa dapat belajar mandiri atau belajar terstruktur di rumah. Bentuk PR dapat berupa soal latihan maupun pekerjaan membuat suatu karya atau juga hanya menyiapkan bahan-bahan untuk dibuat menjadi sebuah karya di sekolah.

Pada akhirnya PR dibuat agar capaian pembelajaran siswa dapat diraih dengan sempurna. Baik dalam aspek kognitif (pengetahuan), psikomotorik (keterampilan) maupun afektif (tingkah laku). Capaian pembelajaran yang baik bukan hanya dapat ditunjukkan di dalam kelas namun juga dalam kehidupan sehari-hari.

PR anak sekolah zaman sekarang tentu berbeda dengan PR anak sekolah zaman dulu. Anak-anak kami kebetulan masih sudah duduk di kelas 2 dan kelas 4 sekolah dasar. Jadi kami bisa membandingkan dengan PR zaman kami waktu sekolah dasar dulu di era 1980-an. Rentang waktu yang cukup lama memang.

Zaman dulu, PR yang diberikan guru relatif sedikit dan sederhana. Sekarang, PR yang diberikan guru relatif banyak dan lebih beragam. Untuk beberapa hal, harus mencarinya bukan hanya di dunia nyata, tapi sampai dunia maya. Asal jangan harus mencari di luar dunia aja.

Untungnya-bukannya sombong-kami adalah orang tua cukup melek dengan teknologi. Sehingga tidak begitu bermasalah dengan PR anak-anak yang berkaitan dengan teknologi atau internet. Bayangkan, siswa yang orang tuanya gaptek (gagap teknologi), tentu akan menjadi kendala bagi dia.

Yang kami rasakan sebagai orang tua ketika mendapatkan PR dari dua anak kami adalah….. jreng… jreng… (backsound seperti sedang membacakan nominasi piala Oscar) adalah… senang. Namun kadang juga sebel.

Senang karena anak-anak dapat belajar secara aktif dan mandiri. Sebel karena kadang-kadang PR-nya mendadak dan kadang harus membuat sesuatu, yang menurut kami di luar batas kemampuan anak-anak. Entahlah menurut orang tua yang lain. Saya kira sama saja. Hehe…

Beberapa PR yang sudah dikerjakan antara lain mengerjakan soal latihan merupakan hal biasa. PR lainnya adalah membuat flash card, membuat denah dan maket rumah, sampai membuat berbagai kerajinan tangan (handycraft).

Dan yang baru-baru ini terakhir dikerjakan adalah mendesain dan membuat domba dari bahan-bahan sederhana. Jadi ceritanya anak kami, siswa kelas 4 akan mementaskan kisah Nabi Ibrahin saat menerima perintah Allah Swt untuk berkurban dengan cara menyembelih anaknya, yaitu Ismail. Lalu malaikat turun dan mengganti Ismail dengan seekor domba untuk disembelih.

Siswa harus menyiapkan bahan-bahan untuk pementasan tersebut. Ada yang membuat kostum, ada yang membuat sayap malaikat, ada yang membuat pedang, ada yang membuat domba dan lain-lain. Kebetulan anak kami bertugas membuat domba karena dia akan berperan jadi malaikat.

Akhirnya kami berfikir lunak sampai keras dan merencanakan membuat domba dengan bahan yang ada di rumah. Dengan modal kardus, kapas, lem, spidol, gunting dan tekad, akhirnya kami buat domba tersebut.

Pertama menggambar desain domba dia atas karton, mengguntingnya dan menempelkan gulungan kecil kapas di permukaan karton tersebut. Hasilnya? Bukannya sombong (lagi), tidak mengecewakan. Beberapa pujian dari teman-teman sekelas, orang tua murid dan guru cukup membuat kami terhibur dan hidung kembang kepis. Penampakan dombanya seperti terlihat pada foto di bagian atas pada tulisan ini.
Kami cukup terbantu karena istri saya sangat concern dengan pendidikan anak-anak. Kami juga sangat terbantu oleh ibu mertua yang tidak kalah gesit mencarikan bahan-bahan untuk PR cucu-cucunya. Kami bahu membahu membantu anak-anak agar PR dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Hasil akhir bukan tujuan utama, yang penting proses mengerjakan PR tersebut.

Kami kebetulan dua-duanya sebagai orang tua yang bekerja (maaf, bukan sombong juga). Berangkat pagi, pulang sore. Kepala di kaki dan kaki di kepala. Banting tulang, banting daging dan banting kulit. Demi sesuap sushi dan segenggam saham.

Dampaknya, untuk PR yang mendadak dan susah, akan menjadi beban bagi kami. Misalnya mencari bahan-bahan PR yang harus dibeli, sementara toko tempat membeli hanya buka sampai siang atau sore saja. Atau bahan PR yang hanya didapatkan pada jam atau musim tertentu saja.

Nah di sini kadang perlu koordinasi dan kerjasama dengan orang tua murid yang lain. Saling titip membelikan bahan PR menjadi hal yang lumrah. Semua dibuat heboh agar PR anak-anaknya selesai.

Ke depan, barangkali perlu direnungkan oleh pihak sekolah (atau instansi terkait)untuk membuat PR yang lebih ringan dan sesuai kemampuan siswa. Jangan sampai, capaian pembelajaran yang seharusnya diraih siswa, ternyata diraih orang tuanya. Karena orang tuanya yang mengerjakan PR-nya.

Perlu diperhatikan juga, bahwa anak-anak itu sekolahnya dari pagi sampai siang dan masih ditambah les dan mengaji di tempat lain. Sehingga kadang waktunya terbatas. Sampai rumah sudah cape dan tinggal istirahat. Besok harus bangun pagi untuk berangkat ke sekolah lagi.

Akhirnya, PR yang jatuh ke anak, tidak akan jauh dari yang mengerjakannya. Siapa lagi yang mengerjakan, kalau bukan anak, dengan bantuan orangtua. Atah bahkan semua dikerjakan oleh orangtuanya. Anak-anaknya? Tidak kalah heboh juga. Mereka bekerja keras mengerjakan PR, atau mendoakan orangtuanya yang sedang mengerjakan PR-nya.

Selamat menantikan PR.
Sambil jantung ini berdetak kencang.
Deg-deg byuuuurrr…


www.titomedan.blogspot.com


Sunday, April 24, 2016

GEN-I MENGGENGGAM DUNIA


Kemajuan pesat bidang teknologi dan informasi memberikan dampak aksesibilitas dan fleksibilitas bagi masyarakat. Perkembangan internet membuka dan menghubungkan jutaan umat manusia di seluruh penjuru bumi.

Di satu sisi informasi dan data dapat diakses secara cepat dari mana saja, dimana saja dan oleh siapa saja. Di sisi lainnya, orang cenderung malas berusaha secara manual untuk mencari data dan informasi yang dibutuhkan, seperti membaca buku atau mengunjung perpustakaan.

Generasi internet (Gen-I) lahir sebagai generasi baru yang aktif melakukan akses internet untuk berbagai kebutuhan, baik sebagai kebutuhan pribadinya atau kebutuhan tugas dan pekerjaan. Gen-I adalah generasi muda (usia atau semangatnya) yang siap menyongsong era keterbukaan dan teknologi informasi.


Sebagian besar data dan informasi terkini sudah dapat diakses dari internet. Buku digital (e-book) dapat dengan mudah diunduh (download) di internet. Audio dan lagu dengan format MP3 atau sejenisnya bebas diambil di internet.

Data apapun dapat diambil di internet dengan gampang. Literatur juga dapat disalin (copy) dari internet.

Gambar bergerak atau video sangat mudah diambil dari internet, seperti dari situs YouTube. Mesin pencari seperti google, yahoo, dan bing menjadi andalan dalam pencarian data dan informasi.

Kamus dari ratusan bahasa di dunia dapat digunakan dengan gampang di internet. Sebagian perangkat lunak (software) dapat di-download dari internet. Belanja (online shopping) dan aktivitas keuangan lewat bank (internet banking) dapat dilakukan dengan internet.

Kita dpat bermain permainan (game online) yang terhubung dengan jutaan pemain (gamer). Surat elektronik (e-mail) seperti yahoo dan gmail, menjadi andalan pengiriman berita dan data.

Jejaring sosial, seperti facebook, twitter, instagram, path berkembang sangat pesat. Blog pribadi, seperti blogspot, multiply, wordpress juga dengan gratis bisa dimanfaatkan untuk mengekspresikan diri.

Di sisi lain, kejahatan dapat mudah dilakukan melalui internet. Kejahatan berupa hacking, carding, human trafickking, pornografi, penyebaran hoax atau penipuan lain mengancam pengguna internet.

Beberapa keuntungan internet antara lain:
1). Akses informasi yang cepat (real time) dan segera diperbaharui (up to date);
2). Lintas batas daerah, negara, ruang dan waktu;
3). Dari sebuah komputer atau handphone dapat menggenggam dunia.

Sedangkan beberapa kerugian internet antara lain:
1). Masalah pelanggaran hak cipta.
2). Cenderung soliter, tidak mau bergaul dan bersosialisasi dengan orang lain;
3). Lupa waktu dan lupa diri;
4). Kerusakan mata;
5). Tambahan alokasi anggaran untuk akses internet, kecuali bagi yang mau menggunakan jaringan nirkabel (WIFI) di beberapa titik (hotspot) yang sekarang menjamur atau menggunakan fasilitas akses internet di kantor atau kampus;
6). Informasi tidak ada penyaring, sehingga kadang kita tidak bisa membedakan informasi yang benar atau informasi bohong (hoax) atau akses situs pornografi, perjudian atau situs yang menjurus kejahatan lainnya.

Beberapa solusi untuk meminimalkan dampak negatif internet antara lain: penggunaan inernet bagi anak-anak perlu pembatasan waktu dan akses situs, serta pengawasan dari orangtua.

Menjamurnya warnet dan game online perlu diwaspadai sejak dini. Kita tidak ingin generasi baru Indonesia adalah generasi yang tiap hari dicekoki game online atau dunia maya yang tidak sesuai norma dan budaya ketimuran.

Gen-I harapan adalah generasi internet yang agamis, jujur, profesional, bermartabat, bertanggungjawab. Yang bisa membawa Indonesia menuju kemakmuran dan kedamaian kita bersama. Dengan mengenggam dunia untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat Indonesia.


www.titomedan.blogspot.com


(Photo: http://www.esdenerd.com/ciencias/neurociencia.html)


Saturday, April 9, 2016

BERSEPEDA, GAYA HIDUP RAMAH LINGKUNGAN


Lingkungan kota yang hidup, sehat dan manusiawi adalah lingkungan yang dapat mendorong masyarakatnya untuk beraktivitas di luar ruang dengan nyaman dan aman. Jangan sampai masyarakatnya merasa was-was atau takut saat keluar rumah. Seperti takut tersenggol kendaraan bermotor, was-was ketabrak angkutan umum, phobia menjadi korban kejahatan atau ngeri akan polusi udara yang menyesakkan dada.


Beberapa aktivitas yang dapat dilakukan di luar ruang antara lain berjalan-jalan, lari atau bersepeda. Aktivitas tersebut merupakan kegiatan yang murah, ramah dan menyehatkan. Tentu dengan harus didukung oleh lingkungan yang bersih, nyaman dan kondusif.

Bersepeda merupakan aktivitas yang dapat dilakukan di luar ruang, baik di jalan raya maupun jalan tanah (off road) di gunung, kebun dan pantai. Keuntungan bersepeda adalah hemat BBM karena sama sekali tidak menggunakan bahan bakar dan tidak mengeluarkan asap yang menyesakkan dada, serta lebih murah harga sepeda dan biaya perawatannya.

Keuntungan lainnya adalah lebih sehat dan bugar karena pesepeda aktif bergerak. Dan tambahan bonus relatif anti macet karena dimensi sepeda yang ringkas dan ringan sehingga mampu menerobos kemacetan jalan raya, serta mampu melewati jalan tikus dan gang sempit sebagai jalan alternatif.

Bersepeda merupakan gaya hidup ramah lingkungan di kota-kota yang manusiawi. Aktivitas bersepeda tidak akan menimbulkan emisi karbon (gas rumah kaca) yang akan mengakibatkan pemanasan global (global warming). Hal ini berbeda dengan kendaraan lainnya di jalan raya yang dapat menimbulkan emisi karbon, seperti angkutan umum, bus, sepeda motor dan mobil.

Hasil penelitian dari tiga kendaraan bermotor di jalan raya menunjukkan emisi karbon yang terkecil per orang per kilometer perjalanan adalah bus, kemudian sepeda motor (7,5 kali emisi karbon per penumpang bus) dan mobil (15 kali emisi karbon per penumpang bus). Hal ini bisa difahami karena kapasitas bus yang dapat mengangkut banyak orang, sementara di sisi lain, mobil pribadi lebih sering diisi 1-2 orang saja.

Selain itu sepeda tidak menyita ruang atau hemat kebutuhan ruang saat digunakan di jalan raya maupun di areal parkir. Sebagai perbandingan untuk mengangkut 72 orang dibutuhkan 72 sepeda, dengan total ruang yang dibutuhkan sekitar 42 m2. Untuk mengangkut 72 orang dibutuhkan 1 bus, dengan total ruang yang dibutuhkan sekitar 30 m2.

Selanjutnya, untuk mengangkut 72 orang dibutuhkan 60 sepeda motor (rata-rata 1 dari 5 sepeda motor mengangkut 2 orang), dengan total ruang yang dibutuhkan sekitar 90 m2. Untuk mengangkut 72 orang dibutuhkan 40 mobil pribadi (rata-rata 1,75 penumpang mobil tiap mobil), dengan total ruang yang dibutuhkan sekitar 700 m2.

Secara umum sepeda terdiri atas sepeda kota (city bike), sepeda gunung (mountain bike/ MTB), sepeda hibrid (hybrid bike), sepeda pantai (cruiser bike), sepeda ceper (lowrider bike), sepeda balap (road bike), sepeda atraksi (BMX), sepeda lipat (folding bike) dan sepeda anak (children bike). Jenis sepeda tersebut digunakan sesuai dengan kebutuhan dan peruntukannya.

Beberapa kota di negara-negara maju, menjadikan sepeda sebagai budaya, seperti kota-kota di Belanda, Denmark, Swedia, Jepang, Amerika dan lainnya. Kita pasti sudah mulai biasa menemukan fenomena bersepeda sebagai salah satu pilihan transportasi yang membudaya.

Singapura sebagai negara kecil merupakan salah satu negara yang ramah dan manusiawi terhadap pejalan kaki dan pesepeda. Jalan-jalan memiliki pedestrian atau trotoar yang cukup lebar sehingga memudahkan mobilitas pejalan kaki dan pesepeda.

Moda transportasi masal berupa bus dan kereta monorel juga banyak tersedia dan nyaman digunakan. Moda transportasi masal mempersilakan penumpang membawa sepedanya (sepeda lipat) ke dalam kendaraan, sehingga dapat melanjutkan perjalanan menggunakan sepeda setelah sampai halte yang dituju.

Seharusnya kota-kota lainnya juga mendorong perkembangan dan perubahan kultur yang sangat signifikan dalam berkendara dengan dukungan political will dari pemerintah. Perubahan kultur tersebut adalah beralihnya pilihan masyarakat ke transportasi ramah lingkungan atau transportasi umum.

Krisis energi, krisis global dan pemanasan global membangkitkan kesadaran sebagian masyarakat untuk beralih ke transportasi yang ramah lingkungan dan murah. Terbentuknya komunitas pesepeda di kota-kota besar mampu membuktikan gerakan kesadaran tersebut.

Komunitas Bike to Work (B2W) di kota besar Indonesia mampu menjaring ratusan ribu anggota. Selain itu ada juga komunitas Bike to School, Bike to Campus dan komunitas-komunitas pesepeda lainnya, menurut jenis sepeda, tujuan bersepeda, tempat bekerja atau jalur sepeda yang biasa dilalui atau hanya komunitas sepeda informal lainnya.

Agar bersepeda menjadi budaya maka pemerintah perlu mendukungnya dengan penyediaan jalur sepeda (bike line) dan parkir khusus sepeda di tempat-tempat umum. Kantor-kantor, sekolah, kampus, tempat belanja dan tempat umum lainnya perlu juga menyediakan lahan untuk parkir sepeda.

Penulis bermimpi Kota Medan ini lebih ramah dan manusiawi terhadap aktivitas pejalan kaki dan pesepeda serta tersedianya moda transportasi massal yang nyaman dan terjangkau. Ada infrastruktur yang membuat masyarakat merasa aman dan nyaman beraktivitas di luaran.

Di jalanan banyak dijumpai papan petunjuk bergambar sepeda, baik menunjukkan jalur khusus sepeda, tempat parkir sepeda, tempat penitipan sepeda maupun berbagai simbol lain yang memudahkan para pengguna sepeda. Traffic light bagi pengguna sepeda juga dipisahkan dengan lampu lalu lintas bagi pengendara kendaraan motor lainnya. Parkir dan penitipan khusus sepeda juga melimpah. Di setiap sisi pedestrian, ada tempat parkir sepeda dengan berbagai kreasi tempat parkir.

Pejalan kaki dan pesepeda pun nyaman menggunakan moda transportasi massal, karena di setiap stasiun atau terminal banyak terdapat tempat parkir atau penitipan sepeda. Sepeda pun dapat masuk ke dalam moda transportasi massal, minimal untuk sepeda lipat. Penumpang dapat membaca buku, beristirahat, atau tidur dalam moda transportasi masal dengan nyaman.

Sayangnya, gambaran itu masih sebatas mimpi di siang bolong. Mudah-mudahan hal ini bisa menjadi bahan renungan dan pemikiran bagi kita semua, agar mimpi tersebut bisa menjadi kenyataan kelak di kemudian hari, yaitu lingkungan yang lebih bersih, sehat, nyaman, aman, manusiawi dan berbudaya bagi kita dan anak-cucu kita.
Semoga...


www.titomedan.blogspot.com


(Photo: Rudianto Gurning)


Saturday, April 2, 2016

AYO BERSEPEDA BUNG!


Gerakan moral cinta lingkungan semakin mengglobal, setelah kita sadar dan mengerti arti pentingnya bumi ini. Beberapa indikasi penurunan kualitas lingkungan dapat kita rasakan akhir-akhir ini.

Salah satunya adalah peningkatan suhu bumi, yang berdampak negatif. Kita bisa semakin merasakan panas dan gerah di luar rumah, terutama pada siang hari.


Perubahan iklim secara global juga menyebabkan malapetaka lingkungan yang akan kita rasakan bersama. Banjir bandang, kemarau dan kekeringan yang berkepanjangan, hujan dan panas yang tidak menentu dan lain-lain.

Jadi sebelum terlambat, mari sama-sama kita cegah dan kendalikan. Perubahan dapat dilakukan seperti kata Aa Gym, yaitu mulai dari diri sendiri, mulai dari yang kecil dan mulai dari sekarang juga.

Salah satu hal yang cukup kecil untuk dilakukan adalah meminimalkan penggunakan karbon. Dalam hal ini kita lebih fokus ke meminimalkan penggunaaan bahan bakar minyak (BBM) dari sumber fosil.

Penggunaan moda transportasi massal dapat menjadi alternatif, namun di Kota Medan moda transportasi massal Bus Mebidang belum optimal. Ada bus besar dan kereta api, itu hanya moda transportasi antar kota, bukan moda transportasi di dalam kota yang dapat menjangkau seluruh pelosok Kota Medan.

Kereta api antar kota dalam jarak pendek yang cukup baru adalah Railink, kereta api khusus Bandara Kualanamu-Stasiun Medan. Angkutan kota pada prinsipnya sama dengan penggunaan mobil pribadi karena kapasitas muatnya yang terbatas.

Sehingga kita harus menggunakan transportasi yang tidak menggunakan BBM, salah satunya sepeda. Sepeda merupakan alat transportasi yang sudah cukup lama dikenal di Indonesia. Sejak penjajahan Belanda dan Jepang, banyak pembesar dari penjajajh maupun pribumi yang menggunakan sepeda.

Bahkan peninggalan sepeda mereka masih bisa kita lihat berlalu lalang di beberapa ruas jalan. Beberapa komunitas sepeda tua (onthel) pun terbentuk dengan membanggakan keunikan dan kelangkaan sepeda yang mereka miliki.

Komunitas sepeda pun bermunculan di hampir seluruh penjuru kota Indoensia, tak terkecuali di Medan. Komunitas terbentuk berdasarkan jenis sepeda, rute perjalanan, tujuan perjalanan, lokasi tempat tinggal, atau bahkan komunitas hanya berdasarkan hobi bersepeda. Komunitas seperti ini harus diapresiasi, karena mereka peduli dengan lingkungan, peduli dengan sejarah dan peduli dengan kota.

Masing-masing sepeda memiliki kelebihan dan kelemahan tergantung medan dan aktivitas yang akan dilakukan. Beberapa jenis sepeda antara lain:
1. Sepeda onthel, biasa digunakan untuk menyebut sepeda zaman dahulu buatan Eropa yang masih ada hingga kini. Beberapa merek yang cukup terkenal antara lain Gazelle, Simplex, dll.
2. Sepeda gunung (MTB).
3. Sepeda balap (road bike).
4. Sepeda hibrid (hybrid bike).
5. Sepeda dalam kota (city bike).
6. Sepeda pantai (cruiser bike).
7. Sepeda ceper (lowrider).
8. Sepeda tandem, sepeda dengan lebih dari satu penumpang.
9. Sepeda lipat (folding bike).
10. Sepeda fixie (fixie-gear).
11. Sepeda roda satu.
12. Sepeda anak-anak.

Ini merupakan ajakan sederhana untuk membiasakan bersepeda dalam kehidupan sehari-hari. Bersepeda dapat dilakukan oleh siapa saja, mulai dari anak kecil sampai orang tua, laki-laki atau perempuan lintas suku, ras, daerah, golongan dan agama.

Beberapa keuntungan BER-SE-PE-DA adalah:
1. BER-hemat uang.
Karena tidak perlu membeli bahan bakar minyak (BBM) untuk menggerakan sepeda, melainkan kekuatan otot kaki. Bahan bakarnya hanya kalori dari makanan dan minuman untuk pesepeda. Sepeda juga merupakan olahraga yang murah, karena hanya memerlukan sepeda tanpa pembelian alat-alat lainnya. Dapat mengantar kemana saja sesuai keinginan. Bebas parkir.

2. SE-ehatkan badan.
Karena badan akan selalu bergerak selama bersepeda, mulai dari kaki sampai kepala. Sehingga akan membentuk otot yang kuat dan sehat, fisik yang prima dan stamina yang optimal. Bersepeda secara rutin akan membuat badan berkeringat, menyehatkan jantung dan memperbanyak kapasitas volume udara dalam paru-paru.

3. PE-nurunan polusi dan gas rumah kaca.
Sepeda tidak menimbulkan polusi dan tidak menghasilkan gas rumah kaya (GRK) sebagai salah satu penyebab pemanasan global.

4. DA-pat bergaul dan bersosialisasi.
Bersepeda memungkinkan kita bertemu dan bersosialisasi dengan pesepeda atau masyarakat lain. Bersepeda adalah olahraga yang terbuka, bisa dilakukan oleh siapa saja, kapan saja, dan di mana saja.

Kita tidak sadar bahwa bersepeda ke tempat kerja (bike to work) atau bersepeda ke sekolah (bike to school), selain sebagai sarana transportasi juga sarana berolahraga. Sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui. Sekali bersepeda, hemat dan sehat termiliki.

Jadi mulai sekarang ayo bersepeda bung! Tidak ada alasan untuk menjauhi hidup sehat dan lingkungan yang hijau. Coba lihat gudang atau ruang di belakang, siapa tahu masih ada sepeda bekas peninggalan nenek moyang.

Pinjamlah sepeda dari teman atau kerabat. Atau belilah sepeda sesuai dengan kemampuan keuangan dan kebutuhan sebagai investasi di masa depan bagi anak cucu kita kelak. Bersepedalah, karena sumpah ini murah, meriah, hidup makin bergairah, dan dompet tidak cepat marah.


www.titomedan.blogspot.com


SFMK_3. SIFAT AKUSTIK KAYU

AI_2. INDUSTRI HHBK