Translate

Saturday, July 23, 2016

TAHU SUMEDANG YANG BUKAN “MADE IN SUMEDANG”


Menurut catatan lembaga rekor dunia, tahu yang paling besar di dunia adalah tahu isi sumedang, bukan tahu gunting atau tahu dangdut. Kenapa tahu sumedang itu mahabesar? Karena Sumedang yang luasnya 1.522 km persegi saja bisa masuk ke dalam tahu.

Tahu isi sumedang meupakan variasi lain dari tahu sumedang. Sebagai catatan, tahu sumedang adalah tahu khas dari Sumedang, Jawa Barat. Jika membeli tahu sumedang, umumnya dikemas dalam bongsang (keranjang anyaman bambu) yang dapat memuat 25–100 buah tahu sumedang goreng.


Tahu yang saya makan ini bukan tahu isi sumedang, tapi tahu sumedang saja. Tahu sumedang ini bukan buatan Sumedang, namun buatan Tanjung Morawa, kota kecil sekira 24 km sebelah tenggara Kota Medan. Dikemas dalam bongsang (pesanan tahu dalam jumlah banyak) dan kotak kertas (pesanan tahu dalam jumlah sedikit).

Saya tidak tahu persis apakah orang yang punya usaha ini berasal dari Sumedang. Orang imigran dari Sumedang atau hasil naturalisasi dari Sumedang. Atau bahkan mungkin masih keturunan Ong Kino dan Ong Bung Keng, perintis industri pembuatan tahu sumedang di Sumedang sana tentunya.

Sejarah mencatat bahwa tahu bukan makanan asli Indonesia. Makanan ini diperkenalkan oleh orang Tionghoa. Menurut sejarahwan, kata tahu berasal dari bahasa Tionghoa, yakni tao-hu atau teu-hu. Tao/teu berarti kacang kedelai, sedangkan hu berarti hancur menjadi bubur. Dalam proses pembuatan tahu, kacang kedelai memang direbus dan dihancurkan untuk diambil sarinya hingga menggumpal (koagulasi) jadi tahu.

Di Indoensia sendiri, tidak ada catatan pasti di kota mana yang pertama kali ada industri pembauatn tahu. Namun Kediri dan Sumedang adalah kota yang sangat berasosiasi dengan tahu.

Kalau tahu sumedang buatan Tanjung Morawa ini sangat laku di pasar, maka tidak mustahil akan menyamai bahkan mengalahkan tahu sumedang di Sumedang Jawa Barat sana. Dan pada akhirnya jangan heran akan kekeliruan, bahwa tahu sumedang jadi oleh-oleh Tanjung Morawa. Seperti juga kekeliruan bika ambon, bukan oleh-oleh dari Ambon tapi oleh-oleh dari Medan.

Isi tahu sumedang ini bukan sumedang tapi isinya angin. Karena salah satu ciri tahu sumedang adalah tengahnya kosong (kopong). Kering crispy di bagian luar, tapi lembut di bagian dalam. Konon seperti tipikal orang Medan, keras suaranya yang keluar, namun hatinya selembut bika ambon.

Tahu sumedang berbentuk balok dengan dimensi seperti gethuk. Bagi yang belum tahu bentuk gethuk, ya bentuknya seperti tahu sumedang tadi. Bentuk tahu sumedang juga tidak sebulat tahu bulat Tasikmalaya yang sekarang sedang naik rating karena game-nya setenar Clash of Clans.

Rasanya? Rasah (tidak usah) mbayar... Karena saya tinggal makan saja, tak perlu beli apalagi harus ngutang.

Saya yakin dengan makan tahu sumednag ini, maka tenaga saya makin kuat dan besar. Saking kuat dan besarnya, saya berani adu panco dengan Presiden Jokowi ataupun Mas Kaesang. Walupun nanti saat Mas Kaesang hampir saya kalahkan, dia akan bilang: “Sudahlah Mas Tito. Udah-udah nanti malah encok Mas. Yang besar itu yang kuat kesabaran dan kesalehannya”.
Makjleebbb bener...

Andai dia tahu.
Bukan saya saja yang tahu.
Kita semua tahu.
Dan sama-sama tahu.
Bahwa tahu sumedang memang benar-benar tahu.

Salam tahu


www.titomedan.blogspot.com


Friday, July 15, 2016

POLISI BERKUMIS VS TIDAK BERKUMIS


Entah kebetulan atau tidak, sejak tahun 2005 jabatan Kapolri (Kepala Polisi Republik Indonesia) selalu diisi oleh jenderal polisi berkumis dan jenderal polisi tidak berkumis secara berulang. Kita cermati data berikut.


- Jenderal Pol. Sutanto (2005~2008): berkumis.
- Jenderal Pol. Bambang Hendarso Danuri (2008~2010): tidak berkumis.
- Jenderal Pol. Timur Pradopo (2010~2013): berkumis.
- Jenderal Pol. Sutarman (2013~2015): tidak berkumis.
- Jenderal Pol. Badrodin Haiti (2015~2016): berkumis.
- Jenderal Pol. Tito Karnavian (2016~sekarang): tidak berkumis.
- Jenderal Pol. berikutnya apakah berkumis atau tidak berkumis?

Dari segi pakaian, mereka semua terlihat necis, klimis dan manis, walupun bukan berasal dari Ciamis.
Semoga Kapolri baru bisa lebih melindungi dan mangayomi masyarakat yang agamis, humanis dan dinamis
Menuju Indonesia yang optimis.

"Selamat bertugas Pak Tito yang kinyis-kinyis.
Semoga makin eksis dan kritis.
Agar masyarakat bisa tersenyum manis.
Bukan malah sinis".

*saya sedang ngomong dengan cermin*


www.titomedan.blogspot.com


(Photo: http://media.licdn.com/mpr/mpr/p/5/000/299/27a/218cb37.jpg)


Saturday, July 9, 2016

KAPOK MUDIK VIA BREXIT


Ada dua pendekatan-bukan penjauhan-yaitu kapok mudik dan kapok melewati tol Brexit. Brexit di sini mengacu ke Brebes exit (keluar tol Brebes Timur), sebagai bagian ruas tol Pejagan-Pemalang (ruas tol seksi 1 dan seksi 2) yang baru diresmikan penggunaanya. Brexit begitu populer akhir-akhir ini, akibat adanya referendum masyarakat Inggris keluar dari Uni-Eropa melalui opsi British Exit (Brexit).

Kapok artinya jera atau tidak akan mengulangi. Saya tidak tahu persis berapa persen orang yang kapok mudik, gegara kejadian tidak menyenangkan selama mudik, seperti mengalami macet atau kecelakaan atau jadi korban kejahatan. Atau sebaliknya, mudik adalah semacam candu yang bersifat adiktif, yang membuat orang menjadi ketergantungan akan mudik. Orang-orang akan selalu mudik, walaupun dengan menaklukkan segala rintangan, hambatan, tantangan dan rangsangan.


Mudik tahun 2016 ini adalah mudik untuk ke sekian kalinya diselenggarakan di Indonesia. Mudik tahun ini adalah mudik tahun kedua pemerintahan Presiden Jokowi. Mudik terbesar terjadi pada masa Hari Raya Idul Fitri, karena mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim. Mudik pada hari raya agam lain juga terjadi, namun dengan kuantitas lebih kecil.

Menurut asal katanya, mudik merupakan akronim dari “menuju ke udik”. Udik merujuk kepada kampung atau desa. Mudik memang umumnya terjadi dari kota ke desa. Pada saat Lebaran, orang-orang yang bekerja di kota akan pulang untuk berkumpul dengan keluarga besarnya di kampung halaman.

Mudik adalah tradisi dan budaya yang sudah mendarah-daging-kulit-jeroan-tulang bagi masyarakat kita. Mungkin hanya negara kita yang punya tradisi mudik dan pelaksanaanya begitu wah dan fenomenal. Disebut fenomenal karena harus dipersiapkan jauh-jauh hari dengan melibatkan ribuan polisi, tentara dan aparatur pemerintah di lapangan. Sarana dan prasarana yang diperbaiki menjelang mudik, menjadi semacam proyek tahunan yang harus selalu ada.

Kementerian Perhubungan mencatat tren jumlah pemudik meningkat setiap tahun. Pada tahun 2014 tercatat ada 7,48 juta pemudik, tahun 2015 ada 11,36 pemudik, dan tahun 2016 diprediksi ada 17,60 juta orang yang mudik melalui jalur transportasi darat, udara dan air.

Transportasi darat dapat menggunakan kereta api, bus, mobil pribadi dan sepeda motor bahkan sepeda. Transportasi air melalui kapal laut maupun angkutan penyeberangan danau dan sungai. Transportasi udara memakai pesawat komersil, maupun pesawat jet pribadi seperti yang sedang tren dilakukan para pesohor negeri ini.

Selanjutnya Menteri Perhubungan Jonan menyebutkan bahwa moda transportasi udara diprediksi mengalami kenaikan tertinggi dibandingkan moda transportasi lain, yakni 7,62% menjadi 4,6 juta penumpang (2016) dari 4,3 juta penumpang (2015). Untuk penumpang penyeberangan diprediksi naik 3,54% menjadi 3,7 juta penumpang (2016) dari 3,5 juta penumpang (2015).

Moda kereta api juga diperkirakan mengalami kenaikan 4,63% menjadi 4,1 juta penumpang (2016) dari 3,9 juta penumpang (2015). Selanjutnya, moda laut juga mengalami kenaikan 2,9% menjadi 910.191 penumpang (2016) dari 883.681 penumpang (2015). Hanya moda darat yang mengalami penurunan, yaitu turun 2,7% menjadi 4,57 juta penumpang (2016) dari 4,7 juta penumpang (2015).

Naiknya jumlah pemudik mengisyaratkan pembangunan yang belum merata. Pembangunan masih terfokus pada kota atau daerah tertentu sebagai pusat pertumbuhan ekonomi. Industri dan lapangan kerja berkembang secara sentralistik hanya di titik-titik tertentu saja. Masih ada ketimpangan pembangunan di Pulan Jawa dan luar Pulau Jawa. Terlebih banyak kesenjangan antara KABARIN (kawasan barat Indonesia) dan KATIMIN (kawasan timur Indonesia). Begitupun ketimpangan antara KERAIN (kelompok utara Indonesia) dan KESELIN (kelompok selatan Indonesia).

Saat ini Indonesia adalah negara berkembang dengan pertumbuhan ekonomi relatif stabil, yaitu sekira 4~5%. Ternyata pertumbuhan ekonomi yang stabil tersebut belum dapat menciptakan pemerataan pembangunan. Kebijakan pemerintah berupa otonomi daerah juga belum mampu menciptakan pusat-pusat ekonomi di daerah-daerah secara optimal. Sampai saat ini, masih terjadi urbanisasi dari desa ke kota sebagai pusat pertumbuhan ekonomi. Masyarakat yang terkonsentrasi di kota sebagai pusat pertumbuhan ekonomi, akan mendorong terjadinya mudik, khusunya pada saat Lebaran.

Di satu sisi, mudik dapat mendekatkan yang jauh, bukan malah menjauhkan yang dekat seperti gadget. Selama ini pemudik dan kampung halamannya terpisahkan ratusan atau ribuan kilometer. Komunikasi dengan keluarga di kampung halaman biasa dilakukan dengan surat, telepon, SMS, media sosial maupun email. Saat musim mudik, para pemudik akan membawa “devisa” dari kota ke daerahnya. Pemudik membawa uang yang banyak untuk membelanjakannya di daerah atau investasi di desa.

Tidak jarang pemudik yang “pamer” kekayaan, kemewahan, ketenaran dan kesuksesan atas jerih payahnya bekerja di kota. Sayangnya kekayaan yang dipamerkan itu, ada yang benar-benar nyata ada juga kekayaan yang maya atau semu.

Sementara dari sisi lainnya, tidak sedikit pemudik membawa budaya kota yang kadang tidak sesuai dengan budaya desa atau melanggar undang-undang. Tren konsumerisme, bahkan terorisme dan narkoba bisa dibawa dan ditularkan dari kota ke daerah. Hal ini tentu saja bertentangan dengan makna mudik dan perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah.

Kembali ke topik “Kapok Mudik Via Brexit”, ternyata tahun ini terjadi kemacetan yang luar biasa di pintu keluar tol Brebes Timur (Brexit). Kemacetan sampai puluhan kilometer dan puluhan jam ini baru terjadi tahun ini. Kenapa baru tahun ini? Karena jelas tol Brebes ini baru digunakan tahun ini. Apakah tahun lalu tidak macet? Tentu saja macet, namun macetnya bukan di Brexit, tapi di ruas jalan maupun ruas tol lain.

Kemacetan di Brexit ini menelan beberapa korban nyawa manusia, menelan ratusan liter bahan bakar minyak (BBM), dan ibarat menelan pil pahit berupa keprihatinan masyarakat. Aparatur pemerintah di lapangan harus pontang-panting mengurai kemacetan. Pemudik harus mengurai rambutnya yang kusut, karena kelamaan duduk. Pertamina juga harus menjemput rupiah dengan menjual bahan bakar minyak dalam kemasan kaleng langsung ke mobil yang sedang antri macet. Sementara itu pemudik juga harus menahan keasabaran, menahan lapar, menahan haus dan menahan buang air. Luar biasa memang kejadiannya.

Kejadian kemacetan luar biasa yang menelan korban di Brexit ini benar-benar menyebabkan "brebes mili" di Brebes (catatan: brebes mili sama dengan keluar air mata). Masyarakat umumnya dan keluarga korban khusunya menangis karena telah kehilangan keluarga yang dicintainya di bulan ramadhan yang istimewa ini.

Bagi yang belum pernah mudik karena tidak punya kampung halaman, ternyata mudik ini berjuta rasanya. Ada senang, tertawa, sedih, kesal, marah dan nangis. Pokoknya semua campur aduk jadi satu. Ada kesan dan pengalaman mendalam saat mudik, yang tidak dirasakan di perjalanan maupun wisata lainnya.

Sebagai seorang mudiker (pemudik), setiap tahun saya bersama keluarga biasa mudik dari Medan, Sumatera Utara ke Ciamis, Jawa Barat. Kami biasa menggunakan moda pesawat dari Bandara Kuala Namu ke Bandara Soekarno Hatta Banten, atau Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta atau Bandara Husein Sastranegara Bandung. Selanjutnya menggunakan bus sampai rumah orang tua di Banjarsari, Ciamis. Perjalanan Medan–Jakarta sejauh ±1.972 km selama 2 jam, serasa lebih dekat daripada perjalanan Jakarta–Ciamis sejauh ±267 km selama 8 jam.

Perjalanan yang lebih melelahkan adalah perjalanan darat menggunakan bus dari Jakarta ke Ciamis. Karena pada musim mudik sering macet dan tidak banyak jalan alternatif lain yang bisa ditempuh. Jalur selatan Jawa terkenal akan topografinya yang curam dan berliku. Bus yang kami tumpangi harus mendaki gunung, lewati lembah, sungai mengalir indah ke samudra dan bersama teman bertualang layaknya Ninja Hatori.

Jalur selatan Jawa memang tidak semulus, selurus dan selebar jalur pantai utara (Pantura). Bagi yang suka mabok harap mempersiapkan plastik yang banyak untuk tempat (maaf) muntah jika melewati jalur selatan Jawa. Tapi jika memang benar-benar tidak sanggup melanjutkan perjalanan, maka lambaikan tangan ke arah kamera. Dan awak bus akan mendatangi untuk memberikan kata-kata hiburan, kata-kata motivasi dan obat anti mabok.

Untungnya sejak tahun 2005 dibuka ruas tol Cipularang (Cikampek-Purwakarta-Padalarang), sehingga perjalanan Jakarta-Bandung sampai Cileunyi lebih cepat. Di masa mendatang, pemerintah akan melanjutkan membangun jalan tol dari Cileunyi sampai Banjar sebagai bagian dari tol trans Jawa lintas selatan.

Dalam waktu dekat, ruas tol trans Jawa lintas selatan yang akan dibangun adalah Cileunyi-Garut-Tasikmalaya (Cigatas) sepanjang 70 km. Bulan Juni 2016 ini baru selesai studi kelayakannya (feasibility study). Selanjutnya proses lelang dan pembangunan, termasuk pembebasan lahan. Ke depannya ruas Cigatas akan dilanjutkan sampai Kota Banjar, Pangandaran dan Cilacap. Sehingga pada tahun mendatang, kami berharap yakin bisa mudik dengan lebih aman dan nyaman.

Berbagi tips saja sesama pemudik, sebenarnya kita bisa memantau arus lalu lintas jalan melalui aplikasi google map dan waze atau dengan mencermati media sosial khususnya twitter. Beberapa akun twitter seperti @TMCPoldaMetro, @NTMCLantasPolri, @InfoMudikLLAJ, @pelinfo_kemhub, @liputan6dotcom, @twitmudik, @kawalmudik, @PantauMudik, @pulkam, dan @lematmana bisa menjadi acuan selama arus mudik dan balik.

Selain itu, persiapkan fisik, mental dan material selama mudik. Banyak hal yang bisa terjadi di luar rencana kita. Dengan persiapan dan perencanaan yang matang, maka medan seberat apapun dan kendala apapun dapat dilalui dengan indah, dengan raisa, dengan melody atau dengan siapa saja sesuai nama pasanganmu.

Dari kasus Brexit, kita bisa sama-sama belajar, bahwa rencana mudik yang seru bisa menjadi bencana yang memilukan. Pemerintah harus segera mengevaluasi dan memperbaikinya di masa mendatang. Sarana dan prasarana mudik harus dipersiapkan dengan lebih matang lagi. Infrastruktur jangan hanya dibangun di Pulau Jawa saja, pulau lain juga sama-sama memerlukan infrastruktur yang memadai.

Kalau selama arus mudik di tol Brexit macet, semoga di tol Mabes (masuk Brebes) akan lancar menjelang dan selama arus balik. Jadi jangan kapok melewati tol Brexit apalagi kapok mudik. Dengan mudik kita bisa bersilaturahim dengan orangtua dan saudara di kampung halaman. Bersyukur kita masih punya orang tua, saudara dan kampung halaman. Karena beberapa orang ingin pulang kampung halaman, tapi lupa halaman berapa.

Selamat mudik dan balik.
Kalau mudik ke Brebes, jangan lupa beli oleh-oleh bawang dan telur asin.
Walaupun bawang bikin bau mulut, namun punya segudang manfaat bagi tubuh.
Meskipun telurnya asin, tapi tak seasin telurmu.
Salam mudik!


www.titomedan.blogspot.com


(Photo: http://assets.kompas.com/data/photo/2016/07/01/2207225MacetMudik021467380158-preview780x390.jpg)


Thursday, July 7, 2016

SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1437 H


Kami sekeluarga mengucapkan selamat Hari Raya Idul Fitri 1437 H.

Mohon maaf atas semua salah dan khilaf dalam bentuk penggergajian lisan, penyerutan sikap, pengeboran ucapan, pembubutan perbuatan, maupun pengampelasan kata-kata, yang telah memotong dan membelah perasaan, pikiran atau hati, baik di dunia nyata maupun maya.


Taqabalallahu Minna wa Minkum.
Shiyamana wa Shiyamakum wa Ahalahullah Alaik.

Semoga amalanku dan amalanmu, puasaku dan puasamu diterima-Nya serta disempurnakan-Nya.


(Tito Sucipto dan keluarga di Medan)


www.titomedan.blogspot.com


(Photo: disabilitamaju)


Sunday, July 3, 2016

BERLEMAS-LEMAS KE ANGKA SEBELAS


Tanggal 2 bulan Juli tahun 2016 ini, genap sebelas tahun saya berumah tangga. Sebelas tahun bukan masa yang singkat dan sekejap. Tahun ini, momennya bertepatan dengan ujung bulan Ramadhan 1437 H, menjelang hari H, jam J, menit M dan detik D kedatangan Hari Raya Idul Fitri.

Kalau saya kilas balik ke belakang, sekira 12 tahun yang lalu saya baru mengenal seorang gadis yang manis, eksotis, narsis, eksis dan suka meringis. Sebut saja inisialnya H.I.J.R.I. Karena alasan sesama alumni IPB yang membuat kami bisa bertemu. Saya berutang budi pada Himpunan Alumni IPB Sumatera Utara yang memberi kesempatan mempertemukan kami di acara gathering. Uhuuk!!


Perkenalan yang singkat dengan dia dan keluarganya, membuat saya yakin bahwa dialah jodohku. Ini adalah jawaban Tuhan atas doa yang kumunajatkan. Jawaban atas harapan dan keinginan sebagai seorang lelaki normal, bukan lelaki paranormal.

Kalau kemarin rakyat Inggris melakukan referendum BREXIT (British Exit) untuk memisahkan diri dari UNI-EROPA. Dulu, keluarga kami pun melakukan referendum BREXIT untuk bersatu dengan keluarga UNI-HIJRI. Tentu saja BREXIT-nya bukan “British Exit”, namun “Berumah Tangga dengan Modal Sedikit”.

Hasil musyawarah untuk mufakat sesuai Sila ke 4 Pancasila yaitu “Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/ Perwakilan” dari kedua keluarga memutuskan bahwa pernikahan kami dilakukan tanggal 2 Juli 2005. Pesta pernikahan-jika itu bisa disebut sebuah pesta-yang sederhana, yang penting bermakna dan pernikahan kami syah secara agama dan hukum Indonesia.

Setahun menikah, alhamdulillah kami diberi amanah seorang pangeran (Radith, 10 tahun), dua tahun kemudian diberi seorang putri (Rania, 8 tahun), dan sebagai pamungkas delapan tahun kemudian diberi seorang putri lagi (Raisya, 6 bulan). Kami sepakat memberi nama GENTH di bagian akhir nama anak-anak. GENTH artinya Gen atau Generasi Tito-Hijri.

Keluarga kami adalah keluarga yang nomaden, minimal sampai beberapa tahun ke depan. Setahun setelah menikah, saya melanjutkan sekolah S2 ke IPB Bogor. Saya harus meninggalkan anak yang sedang imut-imutnya. Saya juga harus meninggalkan istri yang juga sedang lucu-lucunya. Syukurlah, dua tahun kemudian istri dan anak-anak menyusul ke Bogor untuk melanjutkan sekolah juga.

Setelah lulus S2 dari IPB, tahun 2010 kami kembali ke Medan untuk bekerja kembali. Tahun ini Insya Allah kami juga harus nomaden, karena kami sekeluarga akan menjalani hidup baru di Yogyakarta untuk melanjutkan sekolah S3.

Berumah tangga memang tidak semudah mempolisikan guru yang mencubit siswanya. Tidak selancar peluncuran Satelit BRISat. Tidak juga semulus ketiak ala Barbie-nya Priyanka Chopra. Justru berumah tangga kadang sesulit membalikkan telapak tangan, tepatnya tangan jutaan dinosaurus.

Banyak suka dan duka yang sudah kami alami. Kadang berumah tangga itu bisa selucu komika Raditya Dika, kadang bisa semanis madu, bakan bisa sepahit jamu, atau justru jadi seseram Valak.

Perbedaan suku, budaya, bahasa ibu, dan adat istiadat antara Jawa dan Minang, kadang menjadi masalah. Namun kadang juga menjadi berkah keberagamanan dan kekayaan budaya Indonesia.

Sebelas tahun ini baru awal perjalanan keluarga kami, untuk mencapai cita-cita yang lebih besar. Masih banyak harapan dan keinginan yang harus terwujud. Contohnya membesarkan ketiga anak, atau bahkan membesarkan yang lain. Masih ada dua belas, tiga belas, empat belas, dua puluh, lima puluh, seratus bahkan seribu tahun lagi ke depan, yang harus kami (atau keturunan kami) hadapi dengan gagah perkakas, eh gagah perkasa.

Terima kasih istriku.
Sudah menjadi gembok hati dari kunciku.
Menjadi pelipur di kala lara.
Menjadi oase di saat dahaga.

Ibarat menjadi wifi di kala quota internet habis.
Atau menjadi bubuy cumcum di saat berbuka puasa.
Bisa juga menjadi tol laut, saat tol darat macet berkepanjangan.

Doa dan harapanku sederhana:
Jadikan aku suami yang bagus.
Bukan jadi lelaki kardus.

Jadikan aku suami yang tebal dompet.
Bukan jadi lelaki karpet.

Jadikan aku suami yang seimbang otak dan otot
Bukan jadi lelaki kencrot.

Jadikan aku suami yang imut.
Bukan jadi lelaki bangkrut.

Jadikan aku suami yang selalu update.
Bukan jadi lelaki mencret.

Jadikan aku suami yang tidak ribet.
Bukan jadi lelaki karbet.

Jadikan aku suami yang bersahabat.
Bukan jadi lelaki bangsat.

Sebelas tahun berumah tangga juga kadang bikin jiwa dan raga kami lemas.
Tapi kami tidak takut lemas, karena justeru lemas itu yang bikin kami puas.
Anda lemas, kami puas.
Dan pada akhirnya jadi impas.
Semua ujian, tantangan, rintangan dan rangsangan dilalui dengan berkelas.
Pikiran dan wawasan jadi lebih luas.
Hati dan jiwa juga lebih terbuka bebas.
Menuju kualitas keluarga yang paling atas.
Casss… caassss… caaassssss…


www.titomedan.blogspot.com