Translate

Monday, September 26, 2016

RENCANA STUDI


Program Doktor Ilmu Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM) adalah program yang saya pilih untuk melanjutkan sekolah S3 dengan sponsor Beasiswa Unggulan Dosen Indonesia-Dalam Negeri (BUDI-DN) dari Dirjen Dikti-Kemenristekdikti. Saya memilih melanjutkan di Program Doktor Ilmu Kehutanan UGM, karena Program Doktor Ilmu Kehutanan sesuai (linier) dengan bidang keilmuan saya sebagai dosen tetap di Universitas Sumatera Utara (USU).

Selain itu pertimbangan lainnya adalah kualitas UGM sebagai penyelenggara pendidikan tinggi, yang tercermin dari visi Fakultas Kehutanan UGM, yaitu menjadi lembaga pendidikan tinggi di bidang kehutanan tropika yang unggul dan bermartabat di tingkat nasional dan diakui secara internasional, dijiwai Pancasila dan berdedikasi kepada kepentingan dan kemakmuran bangsa. UGM merupakan universitas terbesar di Indonesia dan terbaik untuk beberapa rangking.

Tahun ini UGM merupakan universitas terbaik ketiga di Indonesia (Webometrics, 2016), di bawah Universitas Indonesia (UI) dan Institut Teknologi Bandung (ITB). Berdasarkan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN PT), UGM memiliki akreditasi A, sementara Program Doktor Ilmu Kehutanan UGM memiliki akreditasi B.


Saya sudah mendaftar ke Program Doktor Ilmu Kehutanan UGM secara online dan mengikuti proses pendaftaran mulai dari membuat akun pendaftaran, melengkapi dan mengunggah semua dokumen persyaratan, mengunci data, membayar biaya pendaftaran sampai mencetak bukti pendaftaran. Nomor peserta saya sebagai Bukti Peserta Seleksi Calon Mahasiswa Baru adalah 1606900128.

Semua dokumen persyaratan sudah saya lengkapi dan unggah yaitu fotokopi ijazah, fotokopi transkrip akademik, fotokopi sertifikat/ bukti akreditasi program studi, fotokopi sertifikat Tes Potensi Akademik (TPA), fotokopi sertifikat kemampuan Bahasa Inggris, rekomendasi dari dua orang dosen, surat keterangan sehat, dan draft proposal disertasi. Khusus untuk dokumen rekomendasi dosen, saya mendapatkan rekomendasi dari dosen pembimbing tesis saat sekolah S2, yaitu Prof. Dr. Drs. Adi Santoso, M.Si. dan rekomendasi dari kolega di Masyarakat Peneliti Kayu Indonesia (Mapeki) sekaligus sekretaris Program Doktor Ilmu Kehutanan UGM, yaitu Ragil Widyorini, S.T., M.T., DAgr.Sc.

Program Pascasarjana Program Studi Ilmu Kehutanan UGM didirikan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 580/DIKTI/Kep/1993 tanggal 28 September 1993. Program Doktor Ilmu Kehutanan UGM menggunakan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang dikembangkan sesuai dengan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) dan Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SNDIKTI).

Kegiatan belajar mengajar diselenggarakan dengan Sistem Kredit Semester (SKS). Jumlah SKS mata kuliah dan praktikum untuk program doktor di UGM adalah sekurang-kurangnya 43 SKS (termasuk disertasi) yang dapat diselesaikan dalam durasi waktu enam semester atau tiga tahun. Penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar dilaksanakan dengan menggunakan metode Student Centered Learning (SCL), Research Based Learning (RBL) dan Problem Based Learning (PBL) dalam bentuk kegiatan perkuliahan, kegiatan praktikum di laboratorium dan kegiatan praktek langsung di lapangan.

Program Doktor Ilmu Kehutanan UGM menawarkan empat minat, yaitu Manajemen Hutan (MBH), Silvikultur Intensif (SLV), Teknologi Hasil Hutan (THH), dan Konservasi Sumberdaya Hutan (KSH). Saya memilih minat Teknologi Hasil Hutan sesuai dengan bidang keilmuan saya sebagai dosen THH di Program Studi Kehutanan USU.

Dosen pengajar di Program Doktor Ilmu Kehutanan UGM adalah dosen Fakultas Kehutanan UGM bergelar doktor dengan jabatan fungsional profesor atau lektor kepala yang sudah berpengalaman dalam kegiatan pendidikan dan penelitian. Dosen-dosen tersebut mengajar sesuai bidang ilmunya berdasarkan minat MNH, SLV, THH dan KSH. Nama-nama dosen Program Doktor Ilmu Kehutanan UGM antara lain: Dr. Eny Faridah, Prof. Dr. Sumardi, Prof. Dr. Cahyono Agus DK., Dr. Haryono Supriyo, Dr. Ronggo Sadono, Dr. Moh. Ali Imron, Prof. Dr. Erny Poedjirahajoe, Dr. Satyawan Pudyatmoko, Prof. Dr. Djoko Marsono, Prof. TA. Prayitno, Ph.D., Prof. Dr. Chafid Fandeli, Prof. Dr. Moh. Na’iem, Prof. Dr. Suryo Hardiwinoto, dan Prof. Dr. San Afri Awang.

Secara manajerial pengelolaan Program Doktor Ilmu Kehutanan UGM berada di bawah manajemen Fakultas Kehutanan UGM. Struktur tata pamong manajemen pengelola di Program Doktor Ilmu Kehutanan UGM adalah: 1. Ketua : Prof. Dr. Ir. Suryo Hardiwinoto, M.Agr.Sc. 2. Sekretaris : Ragil Widyorini, S.T., M.T., DAgr.Sc. 3. Staf Akademik : Hana Suryani, S.Pd. dan Frida Cahyaningrum, A.Md.

Kegiatan kuliah dan praktikum di Program Doktor Ilmu Kehutanan UGM dilaksanakan pada semester I dan semester II, sementara itu semester III sampai VI adalah kegiatan penelitian (research) dan disertasi. Semester I terdiri dari sepuluh mata kuliah dengan beban studi 22 SKS, yaitu Konstruksi Ilmu (2 SKS), Pengelolaan Produktivitas Lahan Hutan (2 SKS), Modeling dan Analisis Sistem (3 SKS), Ekologi Lahan Basah (2 SKS), Teknik Pengelolaan Satwa (2 SKS), Filsafat Ilmu (2 SKS), Konservasi Sumberdaya Alam (2 SKS), Hubungan Kayu dan Resin (2 SKS), Silvikultur Intensif (2 SKS), dan Filsafat Konservasi (2 SKS).

Pada semester II terdiri dari empat mata kuliah dengan beban studi 8 SKS, yaitu Pertumbuhan Pohon dan Ekstraktif (2 SKS), Bisnis Konservasi (2 SKS), Pengelolaan Kawasan Konservasi (2 SKS), dan Analisis Model Sosial dan Pembangunan Sumberdaya Hutan (2 SKS). Kegiatan kuliah dan praktikum sebanyak 30 SKS akan dilengkapi sampai 43 SKS (syarat SKS minimal untuk program doktor) dengan kegiatan penelitian dan disertasi sampai semester VI.

Saya telah menyelesaikan kuliah S1 di Departemen Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 1997-2003, dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) sebesar 3,09. Kuliah S2 juga di IPB dengan mengambil Program Magister Ilmu Pengetahuan Kehutanan pada tahun 2006-2009, dengan IPK sebesar 3,80.

Skripsi saya berjudul “Upaya Peningkatan Akurasi Dimensi Produk Papan Sambung (Studi Kasus di PT. Albasi Parahyangan Banjar Jawa Barat)” dibawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Surdiding Ruhendi, M.Sc., sedangkan judul tesis saya adalah “Karakterisasi Partikel dan Likuida Tandan Kosong Sawit serta Aplikasinya sebagai Perekat Papan Partikel” dibawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Surdiding Ruhendi, M.Sc. dan Dr. Drs. Adi Santoso, M.Si.

Saya bekerja sebagai dosen di Program Studi Kehutanan USU sejak tahun 2003. Saya bersama tim mengampu mata kuliah Teknologi Serat dan Komposit, Teknologi Papan Partikel dan Papan Serat, Pengolahan Kayu Solid, Penggergajian dan Pengerjaan Kayu, Sifat Fisis dan Mekanis Kayu, dan Optimasi Pengolahan Hasil Hutan. Selama menjadi dosen, saya terlibat aktif di penelitian melalui hibah dari Dirjen Dikti. Skim hibah penelitian tersebut antara lain Hibah Pekerti, Hibah Bersiang, Hibah MP3EI dan Hibah PUPT.

Hasil penelitian saya presentasikan di beberapa seminar ilmiah, seperti Seminar Mapeki (Masyarakat Peneliti Kayu Indonesia), Symposium of IWoRS (Indonesia Wood Research Society), Symposium of PR TRG (Pacific Rim Termite Research Group) di Singapura (2010), Symposium on Recent Topics in Forest Biomaterials di Korea Selatan (2016), dan Symposium of KSWST (Korean Society of Wood Science and Technology) di Korea Selatan (2016). Pengalaman bekerja sebagai dosen di Program Studi Kehutanan USU dengan tugas pokok dan fungsi mengajar dan meneliti tersebut akan mendukung perkuliahan S3 saya di UGM.

Kegiatan penelitian saya selama ini banyak ke arah bidang teknologi papan komposit, khususnya pemanfataan limbah perkebunan dan pertanian sebagai bahan baku papan komposit. Saya memiliki ketertarikan tinggi dengan bidang tersebut dan akan memperdalamnya dengan melanjutkan pendidikan di Program Doktor Ilmu Kehutanan UGM.

Indonesia memiliki sumberdaya alam yang melimpah, khususnya jenis flora/ nabati, baik di sektor kehutanan, perkebunan maupun pertanian. Di sisi lain, produktivitas kayu dari hutan cenderung menurun. Kayu dari hutan alam dan hutan tanaman digunakan oleh masyarakat dan industri untuk kayu konstruksi, meubel atau papan komposit. Kekurangan pasokan kayu sebagai bahan baku papan kompoit dapat disubstitusi oleh bahan nabati lainnya selain kayu.

Bahan nabati melimpah yang berasal dari dari limbah perkebunan dan pertanian berpotensi dimanfaatkan sebagai bahan baku papan komposit, karena mengandung lignin dan selulosa, sebagai salah satu persyaratannya. Kelemahan bahan nabati selain kayu sebagai bahan baku papan komposit adalah bersifat bulky atau volumeous, mudah rusak dan kualitasnya rendah. Kelemahan bahan baku tersebut berdampak pada rendahnya kualitas papan komposit yang dihasilkan, khususnya sifat mekanis.

Sejak tahun 2003, saya bersama tim telah melakukan penelitian mengenai pemanfataan limbah perkebunan dan pertanian sebagai bahan baku papan komposit, seperti batang kelapa sawit, tandan kosong kelapa sawit, kulit kakao, batang pisang dan kulit buah markisa. Perekatnya menggunakan perekat sintetis thermosetting, yaitu phenol formaldehida (PF), urea formaldehida (UF) dan isosianat.

Selain berperan sebagai bahan baku partikel, bahan nabati selain kayu tersebut juga saya digunakan sebagai bahan baku perekat likuida. Hasil penelitian untuk pengujian kualitas papan komposit berdasarkan standar JIS A 5908-2003 (particleboard) menunjukkan bahwa sifat fisis berupa kadar air, kerapatan dan pengembangan tebal umumnya sudah memenuhi standar (KA 5-13%, kerapatan 0,4-0,9 g/cm2, dan PT ≤12), sedangkan sebagian sifat mekanis berupa modulus elastisitas, modulus patah dan internal bond belum memenuhi standar (MOE ≥20.400 kg/cm2, MOR ≥82 kg/cm2, dan IB≥1,5 kg/cm2). Di masa mendatang, saya ingin meningkatkan kualitas produk papan komposit dari bahan nabati selain kayu, dengan beberapa perlakuan pada persiapan bahan baku, kombinasi dengan bahan baku lain maupun proses pembuatan.

Rencana penelitian disertasi saya adalah pemanfaatan limbah pertanian kulit buah markisa sebagai bahan baku papan partikel. Judul disertasi saya rencananya adalah “Peningkatan Kualitas Papan Partikel dari Limbah Kulit Buah Markisa dengan Penambahan Pelapis Luar dan Variasi Kadar Perekat Isosianat”. Rencana penelitian ini sejalan dengan track-record penelitian-penelitian yang sudah saya lakukan sebelumnya sejak tahun 2003.

Saya yakin Program Doktor Ilmu Kehutanan UGM dapat membantu, mendukung dan memfasilitasi saya dalam mempelajari dan memperdalam ilmu pengetahuan khususnya papan komposit. Di kampus UGM dimungkinkan untuk memperkaya pengetahuan dan pengalaman penelitian dengan multidisipilin ilmu. Para mahasiswa, dosen, peneliti, industri dan lembaga lain yang bekerjasama dengan UGM juga menemukan kekayaan multidisiplin di UGM.

Kota Yogyakarta sebagai lokasi UGM terkenal sebagai kota pelajar sejak zaman dulu. Banyak mahasiswa yang berasal dari seluruh daerah Indonesia dengan bahasa dan budaya masing-masing. UGM juga memiliki program dual-degree dan program kelas internasional, sehingga suasana belajar di UGM kaya akan budaya daerah, sekaligus bersifat nasional dan internasional.

Menurut data yang saya kutip dari laman internet UGM, aktivitas pembelajaran pada Program Doktor Ilmu Kehutanan UGM dilaksanakan dengan menggunakan sarana dan prasaran pendukung yang memadai, antara lain: 1. Ruang kuliah dan ruang diskusi yang dilengkapi dengan fasilitas whiteboard, overhead projector, LCD, komputer, dan air conditioner (AC). 2. Berbagai laboratorium kehutanan (21 laboratorium) dengan peralatan yang lengkap dan memadai serta laboratorium lapangan untuk praktek dan penelitian di Gunung Kidul (Yogyakarta), Getas (Blora, Jawa Tengah) dan Muaro Tebo (Jambi). 3. Perpustakaan modern dengan sistem katalog komputer dan CD-ROM di lingkungan UGM yang sangat memadai. 4. Teknologi informasi dalam bentuk komputer dan internet yang dapat mengakses dan memperoleh berbagai ragam informasi dengan sangat mudah. 5. Berbagai pusat kegiatan, seperti olah raga, kesehatan, seni, ibadah dan rekreasi terletak di dalam kampus yang sangat memadai 6. Berbagai sumber beasiswa: Beasiswa Unggulan Dosen Indonesia (d/h BPPS), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Pemerintah Daerah, Perusahaan Kehutanan, dll.

Institusi UGM memiliki lebih dari 200 program studi dan 25 pusat studi. Pengalaman kerjasama yang luas dengan sesama lembaga pendidikan, lembaga riset, pemerintah, lembaga non-pemerintah dan industri, menegaskan bahwa UGM mampu untuk memfasilitasi pendidikan S3 saya.

Kampus UGM yang nyaman dan hangat berada di Kota Yogyakarta kaya akan peninggalan sejarah warisan budaya. Kampus UGM dekat dengan cagar budaya Keraton Yogyakarta, Candi Borobudur dan Candi Prambanan. Akses kampus juga mudah dicapai dengan transportasi udara melalui Bandara Adi Sucipto, transportasi kereta api, dan transportasi jalan raya, seperti mobil, sepeda motor dan sepeda.

Setelah lulus dari Program Doktor Ilmu Kehutanan UGM kelak, tidak akan membuat saya berhenti belajar. Justru akan menjadi batu locatan untuk menggali dan mendalami ilmu kehutanan khususnya bidang Teknologi Hasil Hutan (THH) dengan lebih sempurna. Saya akan kembali ke kampus USU menjadi dosen Prohram Studi Kehutanan yang berperan sebagai pendidik, peneliti dan pengabdi kepada masyarakat sesuai dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi.

Bekal sekolah S3 akan memberikan pengalaman dan ilmu pengetahuan yang kaya dan berharga, sehingga membentuk saya menjadi dosen profesional yang fokus pada bidang teknologi hasil hutan khususnya papan komposit. Saya akan mendidik mahasiswa USU dengan metode pengajaran yang berkualitas sehingga mahasiswa akan memiliki kompetensi ilmu kehutanan dari aspek kognitif, afektif dan psikomorik, sesuai tuntutan Kerangka Kualifikasi Nasioanl Indoensia dan Standar Nasioal Pendidikan Tinggi. Jejaring yang terbentuk dengan UGM dan lembaga pendidikan atau lembaga peneltian lain selama sekolah S3 akan memperkaya wawasan dan pengalaman untuk mengembangkan ilmu kehutanan, khususnya bidang Teknologi Hasil Hutan.


www.titomedan.blogspot.com


SUKSES TERBESAR DALAM HIDUPKU


Sukses menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah berhasil atau beruntung. Menurut Thomas Alva Edison, sukses adalah 1% inspirasi dan 99% keringat. Dalam agama Islam, sukses harus mancakup keseimbangan dunia dan akhirat.

Sukses terbesar dalam hidup saya adalah menghantarkan dan menjadikan mahasiswa yang lebih unggul dan berkualitas dari saya. Sebagai seorang dosen di Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara sejak 2003, saya sudah mengalami suka-dukanya dan susah-mudahnya mendidik mahasiswa.


Contoh alumni Kehutanan USU yang berhasil di bidang kehutanan maupun entrepreneur adalah Nelly Anna dan Ridahati Rambey (dosen Kehutanan USU), Ismail (LSM Pilar Indonesia dan Rumah Baca Bakau; pernah mendapat penghargaan dari Mendiknas dan masuk acara Kick Andy di MetroTV), serta Bobby Nopandry (Pegawai Negeri Sipil Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan). Selain itu ada Masrizal Saraan (LSM Petai dan Leuser Conversation Patnership), Indra Kurnia (Yayasan Orangutan Sumatera Lestari-Orangutan Information Center), Taufik Siddik dan Aswina Fitri (owner Burger Sumo), Fadli Horison (owner Bubur Sehat dan Saudi Store) dan Zaki Nasution (owner Waz-8 Laundry). Serta masih banyak alumni sukses dan menuju sukses lain yang tidak saya sebutkan satu per satu.

Beberapa alumni juga melanjutkan sekolah pascasarjana ke luar negeri, seperti Mahardika Putra (Kopenhagen University, Denmark), Nehemia Gurusinga (Melbourne University, Australia), Yenny Rosiva (University of Twente, Belanda), Fauzan Kahfi (University of Twente, Belanda) dan Meylida Nurrahmania (ENGREF, Perancis). Selanjutnya Susan Meliala (National Ilan University, Taiwan), Adnin Musardi (University of Twente, Belanda), Tri Yanto (Ehime University, Jepang) dan Mariah Ulfa (Kochi University, Jepang). Beberapa alumni lainnya ikut mensukseskan program pembanguanan nasional melalui pekerjaan di pemerintahan, BUMN/ BUMD, swasta maupun entrepreneur.

Memang tidak mudah mendidik mahasiswa menjadi manusia yang mandiri, unggul dan sukses. Pendidikan orang dewasa berbeda dengan pendidikan anak-anak. Pendidikan yang baik tersebut harus mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Kegagalan-kegagalan yang pernah dilakukan selama mendidik mahasiswa menjadi bahan evaluasi dan pembelajaran untuk memperbaiki kegiatan belajar mengajar di kelas maupun di laboratorium.

Saya lahir dari keluarga sederhana di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Bagi saya, sukses adalah setiap pencapaian target dari kegiatan yang sudah dilakukan. Orang lain mungkin melihatnya sederhana dan biasa saja, namun bagi saya itu adalah hal yang luar biasa. Sukses yang kecil-kecil ini menjadi batu pijakan untuk menggapai sukses yang lebih besar.

Sejak sekolah di Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) sampai Sekolah Menengah Umum (SMU), saya selalu mendapat rangking tiga terbesar. Sering menjadi juara kelas dan juara umum di sekolah. Bahkan pernah mewakili SMU untuk mengikuti olimpiade matematika tingkat Kabupaten Ciamis. Walaupun hanya meraih juara empat, namun saya merasa bangga dan sukses karena telah mengalahkan beberapa wakil sekolah lain.

Selama sekolah, selain sukses di bidang kurikuler saya aktif di kegiatan ekstrakurikuler yaitu pramuka dan olahraga. Saat SMU, saya mengikuti ekstrakurikuler basket, pencak silat Satria Muda Indonesia dan vocal grup. Bahkan vocal grup SMU pernah mewakili Ciamis mengikuti lomba vocal grup se-Jawa Barat, dalam rangka hari ulang tahun emas ke-50 Kodam III Siliwangi.

Saat kuliah di IPB saya juga aktif pada kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler. Indeks prestasi kumulatif (IPK) saya cukup baik yaitu 3,09 (S1) dan 3,80 (S2). Saat kuliah S1 saya adalah anggota aktif pencak silat Merpati Putih, Paguyuban Mahasiswa Galuh Ciamis, Rimbawan Pecinta Alam, Himpunan Mahasiwa Teknologi Hasil Hutan dan Asrama Mahasiswa Sylvasari.

Menjadi dosen tetap di Program Studi Kehutanan USU merupakan kesuksesan yang telah saya raih. Dengan menjadi dosen, saya dapat melakukan kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Saya rutin mempresentasikan hasil penelitian pada seminar ilmiah di dalam maupun luar negeri. Beberapa seminar tersebut adalah Seminar Masyarakat Peneliti Kayu Indonesia (Mapeki) dan Symposium of Indonesia Wood Research Society (IWoRS) setiap tahun, Symposium of Pacific Rim Termite Research Group di Singapura (2010), Symposium on Recent Topics in Forest Biomaterials di Korea Selatan (2016), dan Symposium of Korean Society of Wood Science and Technology di Korea Selatan (2016).

Mendapatkan Beasiswa Pendidikan Pascasarjana (BPPS) dari Dirjen Dikti-Kemdiknas tahun 2006 untuk sekolah S2 di Ilmu Pengetahuan Kehutanan IPB adalah contoh kesuksesan yang lain. Saat ini saya sedang mengajukan Beasiswa Unggulan Dosen Indonesia-Dalam Negeri (BUDI-DN) dari Dirjen Dikti-Kemenristekdikti untuk sekolah S3 di Ilmu Kehutanan UGM. Saya yakin kesuksesan akan terulang dengan mendapatkan BUDI-DN tersebut. Aamiin.

Kesuksesan akan terus saya cari dan raih, sampai saya tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Dengan melanjutkan sekolah S3, akan membuka kesempatan lebih banyak dan lebih luas untuk meraih kesuksesan yang lebih besar, yaitu memberikan manfaat untuk orang banyak dalam segi dunia dan akhirat.


www.titomedan.blogspot.com


KONTRIBUSIKU BAGI INDONESIA


“Jangan tanyakan apa yang telah engkau dapatkan dari negara, tapi tanyakan apa yang telah engkau berikan kepada negara”. Quote tersebut diucapkan oleh John F. Kennedy dalam pidatonya sebagai Presiden Amerika ke-35 pada 20 Januari 1961.

Sebenarnya beliau mengutip dari Marcus Tullius Cicero, seorang filsuf dan negarawan Romawi Kuno. Walaupun demikian, konteksnya masih relevan sampai sekarang. Quote tersebut selalu teringat dan terngiang serta menjadi cambuk untuk berbuat yang terbaik bagi negeri.

Sebagai seorang anak Indonesia, banyak yang sudah saya terima dari negara. Tanah tempat berpijak, air yang diminum dan oksigen yang dihirup berasal dari Indonesia. Pun makanan dari sumber nabati dan hewani yang saya konsumsi. Sehingga darah, daging, tulang dan kehidupan saya berasal dari Indonesia.


Kontribusi utama saya bagi Indonesia adalah menjadi manusia unggul dan berkualitas sebagai pendidik, peneliti dan pengabdi kepada masyarakat. Hal ini terkait dengan pekerjaan sebagai dosen tetap di Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara (USU). Sebagai dosen, kami harus melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat.

Di bidang pendidikan, kontribusi saya adalah mendidik mahasiswa menjadi sarjana kehutanan yang unggul dan mampu berkompetisi di masyarakat dan dunia kerja. Lulusan Kehutanan USU tidak hanya siap mencari kerja, namun kompeten menciptakan lapangan kerja sendiri (entrepreneur). Hal ini sesuai dengan profil lulusan Kehutanan USU yaitu scientist, conservasionist, leader dan entrepreneur.

Kontribusi yang telah, sedang dan akan saya lakukan selalu terkait dengan tugas pokok dan fungsi saya sebagai dosen. Saya telah 13 tahun menjadi dosen di USU, tepatnya sejak 2003. Prodi Kehutanan USU (d/h Program Ilmu Kehutanan) sendiri mulai berdiri sejak 1999.

Sampai sekarang sudah meluluskan ±2.000 alumni yang tersebar di semua penjuru negeri untuk mengabdi bekerja di pemerintahan sebagai PNS/ ASN, di BUMN, BUMD, swasta maupun entrepreneur. Alumni tersebut adalah mahasiswa yang pernah saya didik selama kuliah dulu.

Di bidang penelitian, saya rutin melaksanakan penelitian dan membimbing mahasiswa melakukan penelitian. Bidang ilmu saya adalah teknologi hasil hutan, khususnya papan komposit. Saya bersama tim rutin mendapatkan hibah penelitian dari Dirjen Dikti, Kemenristekdikti, yaitu Hibah Pekerti, Hibah Bersiang, Hibah MP3EI dan Hibah PUPT. Saya melibatkan mahasiswa bimbingan menggunakan dana hibah tersebut untuk penelitian skripsinya, sehingga mahasiswa terbantu baik dari segi bahan, alat dan dana penelitiannya.

Hasil penelitian tersebut dipresentasikan pada seminar nasional dan internasional. Sebagai anggota Mapeki dan IWoRS, saya rutin mengikuti Seminar Masyarakat Peneliti Kayu Indonesia dan International Symposium of Indonesia Wood Research Society setiap tahun di lokasi berbeda. Seminar internasional yang pernah saya ikuti adalah International Symposium of Pacific Rim Termite Research Group di Singapura (Maret 2010), International Symposium on Recent Topics in Forest Biomaterials di Kangwon National University, Korea Selatan (April 2016) dan International Symposium of Korean Society of Wood Science and Technology di Seoul, Korea Selatan (April 2016).

Pada seminar tersebut saya berbagi ilmu tentang hasil penelitian. Begitu juga sebaliknya, saya mendapatkan ilmu baru mengenai teknologi hasil hutan dari peserta lain.

Di bidang pengabdian kepada masyarakat, saya dan tim terjun langsung ke masyarakat memberikan ilmu, pengetahuan dan teknologi tentang kehutanan untuk pemberdayaan masyarakat. Kegiatannya berupa sosialisasi, penyuluhan, pelatihan dan pendampingan kepada masyarakat, mulai masyarakat pesisir sekitar hutan mangrove sampai masyarakat sekitar hutan dataran tinggi. Tujuannya agar masyarakat sejahtera memanfaatkan sumberdaya alam, tapi hutannya tetap lestari.

Sampai saat ini saya masih melakukan kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi, begitupun di masa yang akan datang. Yang jelas kegiatan tersebut akan memberikan kontribusi nyata kepada masyarakat dengan cara mencerdaskan kehidupan mahasiswa, masyarakat dan bangsa.

Kontribusi saya lainnya berupa membuat tulisan opini dan pengetahuan pada media massa seperti Harian Waspada, Analisa dan Majalah Intisari, serta melalui media sosial seperti facebook, twitter dan blog. Sejak tahu lalu di facebook dan twitter saya membagikan ilmu sederhana dan singkat tentang kayu dengan hashtag #DeliWood, mengacu pada Deli adalah Medan dan Wood adalah kayu.

Saya juga rutin menulis opini, pengetahuan dan bahan kuliah di blog www.titomedan.blogspot.com. Sampai sekarang blog tersebut sudah mencapai 7.900-an pageviews.

Ke depannya saya ingin berkontrubusi lebih besar kepada bangsa ini. Salah satu mimpi saya adalah membuat perpustakaan dan memberikan pendampingan dan informasi beasiswa bagi anak-anak putus sekolah.

Menjadi doktor akan memberikan peluang dan jejaring lebih banyak untuk mewujudkan mimpi tersebut. Jejaring dengan visi yang sama dengan jumlah yang banyak dapat menimbulkan Butterfly Effect, sehingga lama-kelamaan akan memberikan dampak positif yang besar dan sistematis.


www.titomedan.blogspot.com


Saturday, August 27, 2016

DITAMPAR PENJUAL BAKSO DESA


Alkisah…
Beberapa hari yang lalu-menjelang isya-saya dan isteri mencari makan malam yang enak di Kota Berhati Nyaman ini. Bukan hanya mencari, tapi tentu saja akan membelinya juga. Kami perlu makanan yang enak, karena di kota ini sampai waktu itu, kami belum menemukan makanan yang memenuhi selera orang barat seperti kami. Biar cakep-cakep begini, kami (saya dan isteri) kebetulan sama-sama berselera makanan barat. Selera makanan saya adalah makanan Jawa Barat dan isteri berselera akan makanan Sumatera Barat. Sama-sama barat tentunya.

Akhirnya dengan berjalan kaki, kami terdampar di Jalan Agro sekitar bilangan kampus UNY dan UGM Yogyakarta. Jalan kakinya sebenarnya tidak terlalu jauh, karena masih di sekitar tempat kost kami. Kalau kata Bastian Tito dalam cerita Wiro Sableng, kira-kira jaunya sama dengan waktu sepeminuman teh atau seperlemparan tombak. Tapi itu perlu dipastikan bahwa tehnya hanya secangkir (bukan segalon) dan melempar tombaknya juga menggunakan tangan manusia (bukan mesin pelempar roket atau rudal).


Singkat kata singkat cerita, aku dan dia jatuh lapar. Malam itu kami tertarik akan gulai sapi dan sate sapi. Tulisan dan gambarnya pada billboard yang nampak dari kejauhan seperti memanggil-manggil kami untuk menghampiri. Namun sayangnya, setelah didekati ternyata warungnya belum buka. Kata orang di sebelah, penjualnya belum datang. Waduuuhhh.

“Plan A” gagal dan kami sepakat beralih ke alternatif “Plan B”. Kami melipir ke Rumah Makan Padang di dekat-dekat situ. Namun setelah mendekat dan melihat langsung menu masakan pada etalase serta mendengar logat penjualnya, sepertinya ini bukan RM Padang yang kami inginkan. Saya menduga rumah makan ini adalah rumah makan biasa yang mendompleng nama besar Padang. Ini cuma asumsi kami, mudah-mudahan tidak begitu. Akhirnya kami menjauh…

Pun “Plan B” gagal maning son. Akhirnya “Plan C” sebagai alternatif terakhir kami pilih. Kalau “Plan C” ini sampai gagal, sepertinya kami harus balik kanan kembali ke kost dan memilih masak sendiri. Kami sangat kompeten dan terampil memasak soto, atau masak baso, atau masak kari, atau bahkan masak ayam bawang. Walaupun semua masakanya masih dalam versi mie instan. Apa boleh baut dan apa boleh buat ya, namany anak kost.

Berjalan beberapa langkah ke samping RM tadi, ternyata ada yang jualan bakso. Karena hampir putus asa belum berhasil menemukan makanan yang cocok, kami mampir ke warung bakso ini. Sebenarnya bakso (ada juga yang bilang baso) adalah makanan standar, makanan klasik, mudah didapatkan dan harganya terjangkau sebagai pengganjal perut bagi kebanyakan orang.

Warung bakso ini terlihat sederhana dan unik. Bernama Bakso DESA yang memiliki kepanjangan “Daging Enak Sapi Asli”. Untunglah kepanjangannya seperti itu. Kalau saja kepanjangannya jadi “Duite Entek Sapine Ancur” (uangnya habis, sapinya hancur), tentu kami akan berfikir beribu kali untuk mampir ke warung bakso tersebut. Dari beberapa meja dan kursi yang tersedia, hanya sekitar sepertiga kursi yang terisi pembeli yang sedang asyik menikmati bakso. Selebihnya nampak kosong. Entah karena sudah lewat jamnya makan malam atau bahkan belum masuk jamnya makan malam bagi orang-orang di sekitar sini.

Masuk ke dalam warung, terasa ada yang beda. Ada sepercik nuansa religius dan spiritual yang terasa merasuk ke dalam jiwa… Nah yang ini terasa lebay yah… Ya pokoknya, warung bakso ini terasa lain dengan warung bakso kebanyakan. Warung dibuat dengan konsep terbuka dan terlihat bersih, rapi dan sehat.

Dari tempat duduk, saya melirik jauh ke bagian dapur. Karyawan yang kebetulan semua laki-laki sedang asyik dengan pekerjaannya. Nampak seorang karyawan sedang sibuk menggiling adonan tepung menjadi mie. Satu karyawan sedang menyiapkan makanan dan minuman. Karyawan lainnya mondar-mandir mencatat pesanan, membersihkan meja dan mengantar pesanan makanan dan minuman yang sudah dipesan oleh pemesan tanpa pesan-pesan tersembunyi.

Pada backdrop di dalam warung, tertulis nama Warung Bakso DESA beserta menu makanan dan minuman. Pun tertulis “tersertifikat halal beserta logo MUI”. Menurut mereka, kelebihan warung bakso ini adalah bahan bakunya yaitu mie, pangsit dan baksonya dibuat sendiri. Mienya bahkan baru diadon dan digiling menjelang diramu dalam seporsi bakso. Sehingga mie masih “fresh from the gilingan”. Mereka menjamin bahan bakunya berasal dari bahan-bahan yang terpilih, sehat dan pasti halal.

Selain bakso, mereka juga menyediakan mie ayam. Ayam untuk mie ayam ini juga berasal dari ayam kampung, bukan ayam kota atau ayam kampus. Baksonya ada dua jenis yaitu bakso serat (bakso urat) dan bakso mozarella (bakso isi mozarella). Jenis bakso mozarella adalah satu variasi bakso yang mereka unggulkan. Baksonya biasa, tapi isinya yang luar biasa, karena berupa gumpalan keju yang melelah di lidah saat digigit. Sementara dari sudut biru, minuman yang mereka sediakan relatif klasik, yaitu aneka teh dan juice buah segar.

Kami pesan dua mangkok bakso; satu mangkok bakso mozarella dan satu mangkok bakso serat beserta minuman panas teh manis dan teh tarik. Pesanan yang standar dan klasik untuk ukuran pembeli newbie seperti kami. Satu porsi bakso disajikan dalam mangkok yang berisi mie basah berbumbu lezat bertabur bawang goreng. Mangkok kecil semakin menyempurnakan dengan kuah kaldu beserta baksonya.

Pesanan makanan dan minuman datang diantar, dan kamipun menikmati dengan lahapnya. Saat mie diaduk, ditambah kecap, saus pedas, dan sambal, tercium aroma kelezatannya. Garpu menghantarkan selaksa mie ke dalam mulut, disusul potongan bakso mozarella. Rasa gurih mie terasa meronta-ronta di dalam kerongkongan. Rasa daging sapi terasa dilidah disusul rasa keju mozarella yang melumer di ujung lidah. Kuah kaldu mengaduk-aduk mie, bakso dan keju mozarella menuju lambung. Paduan yang cerdas antara enak dan sangat enak.

Saat sedang kecanduan menikmati bakso, kami dikejutkan dengan tamparan keras. Tamparan yang membuat kami kaget dan terperanjat adalah ketika adzan isya berkumandang, semua karyawan bergegas ke masjid untuk melaksanakan kewajiban sholat berjamaah, tanpa terkecuali. Tidak ada satupun karyawan yang tinggal untuk stand by dan menjaga warung. Sebelumnya memang karyawan pengantar bakso, sudah minta izin akan pergi ke masjid ketika adzan berkumandang. Saya kira dia tidak seserius ini. Artinya mungkin hanya dia yang pergi, dan karywan lainnya tetap di warung.


Perkiraan saya salah total.
Kami para pembeli bakso ditinggalkan begitu saja.
Kami yang mau bayarpun, disarankan nanti saja setelah mereka kembali dari masjid.
Kami biasanya hanya mendengar kajadian seperi ini, ada di negeri Arab sana.
Terus terang, muka saya seperti ditampar, ditabok, dan dibogem berkali-kali.
Setelah terluka, dikucuri perasan jeruk nipis dan disiram cuka.
Perih dan pedih…

Ternyata belajar tidak selalu harus ke lembaga formal.
Ilmu bisa kita dapatkan dari mana saja.
Kami sadar selama ini masih belum tepat waktu malaksanakan sholat lima waktu yang wajib.
Apalagi untuk solat sunnah selain sholat lima waktu.
Penjual bakso telah menampar kami dengan contoh langsung tanpa mempermalukan.
Penjual bakso sudah menabok kami melalui ketauladanan nir-menggurui.

Ampuni kami Ya Rabb.
Kami yang kadang lalai, akan seruanmu.
Tampar-tamparlah kami untuk kebaikan di masa depan.
Tentu dengan tamparan asyik yang menyadarkan kami.

Percayalah, daripada ditampar preman secara fisik.
Mending ditampar penjual bakso secara mentalik.

Tapi ada juga yang bilang: Jauh lebih baik tidak ditampar.
Ibarat lagu dangdutnya Meggy Z: Daripada sakit gini, lebih baik tidak sakit.

Selamat menikmati tamparan.

Salam tampaaarrrrr!!!


www.titomedan.blogspot.com


Saturday, July 23, 2016

TAHU SUMEDANG YANG BUKAN “MADE IN SUMEDANG”


Menurut catatan lembaga rekor dunia, tahu yang paling besar di dunia adalah tahu isi sumedang, bukan tahu gunting atau tahu dangdut. Kenapa tahu sumedang itu mahabesar? Karena Sumedang yang luasnya 1.522 km persegi saja bisa masuk ke dalam tahu.

Tahu isi sumedang meupakan variasi lain dari tahu sumedang. Sebagai catatan, tahu sumedang adalah tahu khas dari Sumedang, Jawa Barat. Jika membeli tahu sumedang, umumnya dikemas dalam bongsang (keranjang anyaman bambu) yang dapat memuat 25–100 buah tahu sumedang goreng.


Tahu yang saya makan ini bukan tahu isi sumedang, tapi tahu sumedang saja. Tahu sumedang ini bukan buatan Sumedang, namun buatan Tanjung Morawa, kota kecil sekira 24 km sebelah tenggara Kota Medan. Dikemas dalam bongsang (pesanan tahu dalam jumlah banyak) dan kotak kertas (pesanan tahu dalam jumlah sedikit).

Saya tidak tahu persis apakah orang yang punya usaha ini berasal dari Sumedang. Orang imigran dari Sumedang atau hasil naturalisasi dari Sumedang. Atau bahkan mungkin masih keturunan Ong Kino dan Ong Bung Keng, perintis industri pembuatan tahu sumedang di Sumedang sana tentunya.

Sejarah mencatat bahwa tahu bukan makanan asli Indonesia. Makanan ini diperkenalkan oleh orang Tionghoa. Menurut sejarahwan, kata tahu berasal dari bahasa Tionghoa, yakni tao-hu atau teu-hu. Tao/teu berarti kacang kedelai, sedangkan hu berarti hancur menjadi bubur. Dalam proses pembuatan tahu, kacang kedelai memang direbus dan dihancurkan untuk diambil sarinya hingga menggumpal (koagulasi) jadi tahu.

Di Indoensia sendiri, tidak ada catatan pasti di kota mana yang pertama kali ada industri pembauatn tahu. Namun Kediri dan Sumedang adalah kota yang sangat berasosiasi dengan tahu.

Kalau tahu sumedang buatan Tanjung Morawa ini sangat laku di pasar, maka tidak mustahil akan menyamai bahkan mengalahkan tahu sumedang di Sumedang Jawa Barat sana. Dan pada akhirnya jangan heran akan kekeliruan, bahwa tahu sumedang jadi oleh-oleh Tanjung Morawa. Seperti juga kekeliruan bika ambon, bukan oleh-oleh dari Ambon tapi oleh-oleh dari Medan.

Isi tahu sumedang ini bukan sumedang tapi isinya angin. Karena salah satu ciri tahu sumedang adalah tengahnya kosong (kopong). Kering crispy di bagian luar, tapi lembut di bagian dalam. Konon seperti tipikal orang Medan, keras suaranya yang keluar, namun hatinya selembut bika ambon.

Tahu sumedang berbentuk balok dengan dimensi seperti gethuk. Bagi yang belum tahu bentuk gethuk, ya bentuknya seperti tahu sumedang tadi. Bentuk tahu sumedang juga tidak sebulat tahu bulat Tasikmalaya yang sekarang sedang naik rating karena game-nya setenar Clash of Clans.

Rasanya? Rasah (tidak usah) mbayar... Karena saya tinggal makan saja, tak perlu beli apalagi harus ngutang.

Saya yakin dengan makan tahu sumednag ini, maka tenaga saya makin kuat dan besar. Saking kuat dan besarnya, saya berani adu panco dengan Presiden Jokowi ataupun Mas Kaesang. Walupun nanti saat Mas Kaesang hampir saya kalahkan, dia akan bilang: “Sudahlah Mas Tito. Udah-udah nanti malah encok Mas. Yang besar itu yang kuat kesabaran dan kesalehannya”.
Makjleebbb bener...

Andai dia tahu.
Bukan saya saja yang tahu.
Kita semua tahu.
Dan sama-sama tahu.
Bahwa tahu sumedang memang benar-benar tahu.

Salam tahu


www.titomedan.blogspot.com


Friday, July 15, 2016

POLISI BERKUMIS VS TIDAK BERKUMIS


Entah kebetulan atau tidak, sejak tahun 2005 jabatan Kapolri (Kepala Polisi Republik Indonesia) selalu diisi oleh jenderal polisi berkumis dan jenderal polisi tidak berkumis secara berulang. Kita cermati data berikut.


- Jenderal Pol. Sutanto (2005~2008): berkumis.
- Jenderal Pol. Bambang Hendarso Danuri (2008~2010): tidak berkumis.
- Jenderal Pol. Timur Pradopo (2010~2013): berkumis.
- Jenderal Pol. Sutarman (2013~2015): tidak berkumis.
- Jenderal Pol. Badrodin Haiti (2015~2016): berkumis.
- Jenderal Pol. Tito Karnavian (2016~sekarang): tidak berkumis.
- Jenderal Pol. berikutnya apakah berkumis atau tidak berkumis?

Dari segi pakaian, mereka semua terlihat necis, klimis dan manis, walupun bukan berasal dari Ciamis.
Semoga Kapolri baru bisa lebih melindungi dan mangayomi masyarakat yang agamis, humanis dan dinamis
Menuju Indonesia yang optimis.

"Selamat bertugas Pak Tito yang kinyis-kinyis.
Semoga makin eksis dan kritis.
Agar masyarakat bisa tersenyum manis.
Bukan malah sinis".

*saya sedang ngomong dengan cermin*


www.titomedan.blogspot.com


(Photo: http://media.licdn.com/mpr/mpr/p/5/000/299/27a/218cb37.jpg)


Saturday, July 9, 2016

KAPOK MUDIK VIA BREXIT


Ada dua pendekatan-bukan penjauhan-yaitu kapok mudik dan kapok melewati tol Brexit. Brexit di sini mengacu ke Brebes exit (keluar tol Brebes Timur), sebagai bagian ruas tol Pejagan-Pemalang (ruas tol seksi 1 dan seksi 2) yang baru diresmikan penggunaanya. Brexit begitu populer akhir-akhir ini, akibat adanya referendum masyarakat Inggris keluar dari Uni-Eropa melalui opsi British Exit (Brexit).

Kapok artinya jera atau tidak akan mengulangi. Saya tidak tahu persis berapa persen orang yang kapok mudik, gegara kejadian tidak menyenangkan selama mudik, seperti mengalami macet atau kecelakaan atau jadi korban kejahatan. Atau sebaliknya, mudik adalah semacam candu yang bersifat adiktif, yang membuat orang menjadi ketergantungan akan mudik. Orang-orang akan selalu mudik, walaupun dengan menaklukkan segala rintangan, hambatan, tantangan dan rangsangan.


Mudik tahun 2016 ini adalah mudik untuk ke sekian kalinya diselenggarakan di Indonesia. Mudik tahun ini adalah mudik tahun kedua pemerintahan Presiden Jokowi. Mudik terbesar terjadi pada masa Hari Raya Idul Fitri, karena mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim. Mudik pada hari raya agam lain juga terjadi, namun dengan kuantitas lebih kecil.

Menurut asal katanya, mudik merupakan akronim dari “menuju ke udik”. Udik merujuk kepada kampung atau desa. Mudik memang umumnya terjadi dari kota ke desa. Pada saat Lebaran, orang-orang yang bekerja di kota akan pulang untuk berkumpul dengan keluarga besarnya di kampung halaman.

Mudik adalah tradisi dan budaya yang sudah mendarah-daging-kulit-jeroan-tulang bagi masyarakat kita. Mungkin hanya negara kita yang punya tradisi mudik dan pelaksanaanya begitu wah dan fenomenal. Disebut fenomenal karena harus dipersiapkan jauh-jauh hari dengan melibatkan ribuan polisi, tentara dan aparatur pemerintah di lapangan. Sarana dan prasarana yang diperbaiki menjelang mudik, menjadi semacam proyek tahunan yang harus selalu ada.

Kementerian Perhubungan mencatat tren jumlah pemudik meningkat setiap tahun. Pada tahun 2014 tercatat ada 7,48 juta pemudik, tahun 2015 ada 11,36 pemudik, dan tahun 2016 diprediksi ada 17,60 juta orang yang mudik melalui jalur transportasi darat, udara dan air.

Transportasi darat dapat menggunakan kereta api, bus, mobil pribadi dan sepeda motor bahkan sepeda. Transportasi air melalui kapal laut maupun angkutan penyeberangan danau dan sungai. Transportasi udara memakai pesawat komersil, maupun pesawat jet pribadi seperti yang sedang tren dilakukan para pesohor negeri ini.

Selanjutnya Menteri Perhubungan Jonan menyebutkan bahwa moda transportasi udara diprediksi mengalami kenaikan tertinggi dibandingkan moda transportasi lain, yakni 7,62% menjadi 4,6 juta penumpang (2016) dari 4,3 juta penumpang (2015). Untuk penumpang penyeberangan diprediksi naik 3,54% menjadi 3,7 juta penumpang (2016) dari 3,5 juta penumpang (2015).

Moda kereta api juga diperkirakan mengalami kenaikan 4,63% menjadi 4,1 juta penumpang (2016) dari 3,9 juta penumpang (2015). Selanjutnya, moda laut juga mengalami kenaikan 2,9% menjadi 910.191 penumpang (2016) dari 883.681 penumpang (2015). Hanya moda darat yang mengalami penurunan, yaitu turun 2,7% menjadi 4,57 juta penumpang (2016) dari 4,7 juta penumpang (2015).

Naiknya jumlah pemudik mengisyaratkan pembangunan yang belum merata. Pembangunan masih terfokus pada kota atau daerah tertentu sebagai pusat pertumbuhan ekonomi. Industri dan lapangan kerja berkembang secara sentralistik hanya di titik-titik tertentu saja. Masih ada ketimpangan pembangunan di Pulan Jawa dan luar Pulau Jawa. Terlebih banyak kesenjangan antara KABARIN (kawasan barat Indonesia) dan KATIMIN (kawasan timur Indonesia). Begitupun ketimpangan antara KERAIN (kelompok utara Indonesia) dan KESELIN (kelompok selatan Indonesia).

Saat ini Indonesia adalah negara berkembang dengan pertumbuhan ekonomi relatif stabil, yaitu sekira 4~5%. Ternyata pertumbuhan ekonomi yang stabil tersebut belum dapat menciptakan pemerataan pembangunan. Kebijakan pemerintah berupa otonomi daerah juga belum mampu menciptakan pusat-pusat ekonomi di daerah-daerah secara optimal. Sampai saat ini, masih terjadi urbanisasi dari desa ke kota sebagai pusat pertumbuhan ekonomi. Masyarakat yang terkonsentrasi di kota sebagai pusat pertumbuhan ekonomi, akan mendorong terjadinya mudik, khusunya pada saat Lebaran.

Di satu sisi, mudik dapat mendekatkan yang jauh, bukan malah menjauhkan yang dekat seperti gadget. Selama ini pemudik dan kampung halamannya terpisahkan ratusan atau ribuan kilometer. Komunikasi dengan keluarga di kampung halaman biasa dilakukan dengan surat, telepon, SMS, media sosial maupun email. Saat musim mudik, para pemudik akan membawa “devisa” dari kota ke daerahnya. Pemudik membawa uang yang banyak untuk membelanjakannya di daerah atau investasi di desa.

Tidak jarang pemudik yang “pamer” kekayaan, kemewahan, ketenaran dan kesuksesan atas jerih payahnya bekerja di kota. Sayangnya kekayaan yang dipamerkan itu, ada yang benar-benar nyata ada juga kekayaan yang maya atau semu.

Sementara dari sisi lainnya, tidak sedikit pemudik membawa budaya kota yang kadang tidak sesuai dengan budaya desa atau melanggar undang-undang. Tren konsumerisme, bahkan terorisme dan narkoba bisa dibawa dan ditularkan dari kota ke daerah. Hal ini tentu saja bertentangan dengan makna mudik dan perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah.

Kembali ke topik “Kapok Mudik Via Brexit”, ternyata tahun ini terjadi kemacetan yang luar biasa di pintu keluar tol Brebes Timur (Brexit). Kemacetan sampai puluhan kilometer dan puluhan jam ini baru terjadi tahun ini. Kenapa baru tahun ini? Karena jelas tol Brebes ini baru digunakan tahun ini. Apakah tahun lalu tidak macet? Tentu saja macet, namun macetnya bukan di Brexit, tapi di ruas jalan maupun ruas tol lain.

Kemacetan di Brexit ini menelan beberapa korban nyawa manusia, menelan ratusan liter bahan bakar minyak (BBM), dan ibarat menelan pil pahit berupa keprihatinan masyarakat. Aparatur pemerintah di lapangan harus pontang-panting mengurai kemacetan. Pemudik harus mengurai rambutnya yang kusut, karena kelamaan duduk. Pertamina juga harus menjemput rupiah dengan menjual bahan bakar minyak dalam kemasan kaleng langsung ke mobil yang sedang antri macet. Sementara itu pemudik juga harus menahan keasabaran, menahan lapar, menahan haus dan menahan buang air. Luar biasa memang kejadiannya.

Kejadian kemacetan luar biasa yang menelan korban di Brexit ini benar-benar menyebabkan "brebes mili" di Brebes (catatan: brebes mili sama dengan keluar air mata). Masyarakat umumnya dan keluarga korban khusunya menangis karena telah kehilangan keluarga yang dicintainya di bulan ramadhan yang istimewa ini.

Bagi yang belum pernah mudik karena tidak punya kampung halaman, ternyata mudik ini berjuta rasanya. Ada senang, tertawa, sedih, kesal, marah dan nangis. Pokoknya semua campur aduk jadi satu. Ada kesan dan pengalaman mendalam saat mudik, yang tidak dirasakan di perjalanan maupun wisata lainnya.

Sebagai seorang mudiker (pemudik), setiap tahun saya bersama keluarga biasa mudik dari Medan, Sumatera Utara ke Ciamis, Jawa Barat. Kami biasa menggunakan moda pesawat dari Bandara Kuala Namu ke Bandara Soekarno Hatta Banten, atau Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta atau Bandara Husein Sastranegara Bandung. Selanjutnya menggunakan bus sampai rumah orang tua di Banjarsari, Ciamis. Perjalanan Medan–Jakarta sejauh ±1.972 km selama 2 jam, serasa lebih dekat daripada perjalanan Jakarta–Ciamis sejauh ±267 km selama 8 jam.

Perjalanan yang lebih melelahkan adalah perjalanan darat menggunakan bus dari Jakarta ke Ciamis. Karena pada musim mudik sering macet dan tidak banyak jalan alternatif lain yang bisa ditempuh. Jalur selatan Jawa terkenal akan topografinya yang curam dan berliku. Bus yang kami tumpangi harus mendaki gunung, lewati lembah, sungai mengalir indah ke samudra dan bersama teman bertualang layaknya Ninja Hatori.

Jalur selatan Jawa memang tidak semulus, selurus dan selebar jalur pantai utara (Pantura). Bagi yang suka mabok harap mempersiapkan plastik yang banyak untuk tempat (maaf) muntah jika melewati jalur selatan Jawa. Tapi jika memang benar-benar tidak sanggup melanjutkan perjalanan, maka lambaikan tangan ke arah kamera. Dan awak bus akan mendatangi untuk memberikan kata-kata hiburan, kata-kata motivasi dan obat anti mabok.

Untungnya sejak tahun 2005 dibuka ruas tol Cipularang (Cikampek-Purwakarta-Padalarang), sehingga perjalanan Jakarta-Bandung sampai Cileunyi lebih cepat. Di masa mendatang, pemerintah akan melanjutkan membangun jalan tol dari Cileunyi sampai Banjar sebagai bagian dari tol trans Jawa lintas selatan.

Dalam waktu dekat, ruas tol trans Jawa lintas selatan yang akan dibangun adalah Cileunyi-Garut-Tasikmalaya (Cigatas) sepanjang 70 km. Bulan Juni 2016 ini baru selesai studi kelayakannya (feasibility study). Selanjutnya proses lelang dan pembangunan, termasuk pembebasan lahan. Ke depannya ruas Cigatas akan dilanjutkan sampai Kota Banjar, Pangandaran dan Cilacap. Sehingga pada tahun mendatang, kami berharap yakin bisa mudik dengan lebih aman dan nyaman.

Berbagi tips saja sesama pemudik, sebenarnya kita bisa memantau arus lalu lintas jalan melalui aplikasi google map dan waze atau dengan mencermati media sosial khususnya twitter. Beberapa akun twitter seperti @TMCPoldaMetro, @NTMCLantasPolri, @InfoMudikLLAJ, @pelinfo_kemhub, @liputan6dotcom, @twitmudik, @kawalmudik, @PantauMudik, @pulkam, dan @lematmana bisa menjadi acuan selama arus mudik dan balik.

Selain itu, persiapkan fisik, mental dan material selama mudik. Banyak hal yang bisa terjadi di luar rencana kita. Dengan persiapan dan perencanaan yang matang, maka medan seberat apapun dan kendala apapun dapat dilalui dengan indah, dengan raisa, dengan melody atau dengan siapa saja sesuai nama pasanganmu.

Dari kasus Brexit, kita bisa sama-sama belajar, bahwa rencana mudik yang seru bisa menjadi bencana yang memilukan. Pemerintah harus segera mengevaluasi dan memperbaikinya di masa mendatang. Sarana dan prasarana mudik harus dipersiapkan dengan lebih matang lagi. Infrastruktur jangan hanya dibangun di Pulau Jawa saja, pulau lain juga sama-sama memerlukan infrastruktur yang memadai.

Kalau selama arus mudik di tol Brexit macet, semoga di tol Mabes (masuk Brebes) akan lancar menjelang dan selama arus balik. Jadi jangan kapok melewati tol Brexit apalagi kapok mudik. Dengan mudik kita bisa bersilaturahim dengan orangtua dan saudara di kampung halaman. Bersyukur kita masih punya orang tua, saudara dan kampung halaman. Karena beberapa orang ingin pulang kampung halaman, tapi lupa halaman berapa.

Selamat mudik dan balik.
Kalau mudik ke Brebes, jangan lupa beli oleh-oleh bawang dan telur asin.
Walaupun bawang bikin bau mulut, namun punya segudang manfaat bagi tubuh.
Meskipun telurnya asin, tapi tak seasin telurmu.
Salam mudik!


www.titomedan.blogspot.com


(Photo: http://assets.kompas.com/data/photo/2016/07/01/2207225MacetMudik021467380158-preview780x390.jpg)


Thursday, July 7, 2016

SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1437 H


Kami sekeluarga mengucapkan selamat Hari Raya Idul Fitri 1437 H.

Mohon maaf atas semua salah dan khilaf dalam bentuk penggergajian lisan, penyerutan sikap, pengeboran ucapan, pembubutan perbuatan, maupun pengampelasan kata-kata, yang telah memotong dan membelah perasaan, pikiran atau hati, baik di dunia nyata maupun maya.


Taqabalallahu Minna wa Minkum.
Shiyamana wa Shiyamakum wa Ahalahullah Alaik.

Semoga amalanku dan amalanmu, puasaku dan puasamu diterima-Nya serta disempurnakan-Nya.


(Tito Sucipto dan keluarga di Medan)


www.titomedan.blogspot.com


(Photo: disabilitamaju)


Sunday, July 3, 2016

BERLEMAS-LEMAS KE ANGKA SEBELAS


Tanggal 2 bulan Juli tahun 2016 ini, genap sebelas tahun saya berumah tangga. Sebelas tahun bukan masa yang singkat dan sekejap. Tahun ini, momennya bertepatan dengan ujung bulan Ramadhan 1437 H, menjelang hari H, jam J, menit M dan detik D kedatangan Hari Raya Idul Fitri.

Kalau saya kilas balik ke belakang, sekira 12 tahun yang lalu saya baru mengenal seorang gadis yang manis, eksotis, narsis, eksis dan suka meringis. Sebut saja inisialnya H.I.J.R.I. Karena alasan sesama alumni IPB yang membuat kami bisa bertemu. Saya berutang budi pada Himpunan Alumni IPB Sumatera Utara yang memberi kesempatan mempertemukan kami di acara gathering. Uhuuk!!


Perkenalan yang singkat dengan dia dan keluarganya, membuat saya yakin bahwa dialah jodohku. Ini adalah jawaban Tuhan atas doa yang kumunajatkan. Jawaban atas harapan dan keinginan sebagai seorang lelaki normal, bukan lelaki paranormal.

Kalau kemarin rakyat Inggris melakukan referendum BREXIT (British Exit) untuk memisahkan diri dari UNI-EROPA. Dulu, keluarga kami pun melakukan referendum BREXIT untuk bersatu dengan keluarga UNI-HIJRI. Tentu saja BREXIT-nya bukan “British Exit”, namun “Berumah Tangga dengan Modal Sedikit”.

Hasil musyawarah untuk mufakat sesuai Sila ke 4 Pancasila yaitu “Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/ Perwakilan” dari kedua keluarga memutuskan bahwa pernikahan kami dilakukan tanggal 2 Juli 2005. Pesta pernikahan-jika itu bisa disebut sebuah pesta-yang sederhana, yang penting bermakna dan pernikahan kami syah secara agama dan hukum Indonesia.

Setahun menikah, alhamdulillah kami diberi amanah seorang pangeran (Radith, 10 tahun), dua tahun kemudian diberi seorang putri (Rania, 8 tahun), dan sebagai pamungkas delapan tahun kemudian diberi seorang putri lagi (Raisya, 6 bulan). Kami sepakat memberi nama GENTH di bagian akhir nama anak-anak. GENTH artinya Gen atau Generasi Tito-Hijri.

Keluarga kami adalah keluarga yang nomaden, minimal sampai beberapa tahun ke depan. Setahun setelah menikah, saya melanjutkan sekolah S2 ke IPB Bogor. Saya harus meninggalkan anak yang sedang imut-imutnya. Saya juga harus meninggalkan istri yang juga sedang lucu-lucunya. Syukurlah, dua tahun kemudian istri dan anak-anak menyusul ke Bogor untuk melanjutkan sekolah juga.

Setelah lulus S2 dari IPB, tahun 2010 kami kembali ke Medan untuk bekerja kembali. Tahun ini Insya Allah kami juga harus nomaden, karena kami sekeluarga akan menjalani hidup baru di Yogyakarta untuk melanjutkan sekolah S3.

Berumah tangga memang tidak semudah mempolisikan guru yang mencubit siswanya. Tidak selancar peluncuran Satelit BRISat. Tidak juga semulus ketiak ala Barbie-nya Priyanka Chopra. Justru berumah tangga kadang sesulit membalikkan telapak tangan, tepatnya tangan jutaan dinosaurus.

Banyak suka dan duka yang sudah kami alami. Kadang berumah tangga itu bisa selucu komika Raditya Dika, kadang bisa semanis madu, bakan bisa sepahit jamu, atau justru jadi seseram Valak.

Perbedaan suku, budaya, bahasa ibu, dan adat istiadat antara Jawa dan Minang, kadang menjadi masalah. Namun kadang juga menjadi berkah keberagamanan dan kekayaan budaya Indonesia.

Sebelas tahun ini baru awal perjalanan keluarga kami, untuk mencapai cita-cita yang lebih besar. Masih banyak harapan dan keinginan yang harus terwujud. Contohnya membesarkan ketiga anak, atau bahkan membesarkan yang lain. Masih ada dua belas, tiga belas, empat belas, dua puluh, lima puluh, seratus bahkan seribu tahun lagi ke depan, yang harus kami (atau keturunan kami) hadapi dengan gagah perkakas, eh gagah perkasa.

Terima kasih istriku.
Sudah menjadi gembok hati dari kunciku.
Menjadi pelipur di kala lara.
Menjadi oase di saat dahaga.

Ibarat menjadi wifi di kala quota internet habis.
Atau menjadi bubuy cumcum di saat berbuka puasa.
Bisa juga menjadi tol laut, saat tol darat macet berkepanjangan.

Doa dan harapanku sederhana:
Jadikan aku suami yang bagus.
Bukan jadi lelaki kardus.

Jadikan aku suami yang tebal dompet.
Bukan jadi lelaki karpet.

Jadikan aku suami yang seimbang otak dan otot
Bukan jadi lelaki kencrot.

Jadikan aku suami yang imut.
Bukan jadi lelaki bangkrut.

Jadikan aku suami yang selalu update.
Bukan jadi lelaki mencret.

Jadikan aku suami yang tidak ribet.
Bukan jadi lelaki karbet.

Jadikan aku suami yang bersahabat.
Bukan jadi lelaki bangsat.

Sebelas tahun berumah tangga juga kadang bikin jiwa dan raga kami lemas.
Tapi kami tidak takut lemas, karena justeru lemas itu yang bikin kami puas.
Anda lemas, kami puas.
Dan pada akhirnya jadi impas.
Semua ujian, tantangan, rintangan dan rangsangan dilalui dengan berkelas.
Pikiran dan wawasan jadi lebih luas.
Hati dan jiwa juga lebih terbuka bebas.
Menuju kualitas keluarga yang paling atas.
Casss… caassss… caaassssss…


www.titomedan.blogspot.com


Wednesday, June 22, 2016

PEMBAJAK FACEBOOK, YANG KAMU LAKUKAN ITU JAHAT!


Kepada semua teMan dan teWoman di FB agar lebih Waspada, Analisa, Tribun, SIB, Kompas, Sindo dan Media Indonesia.
Hampir semua akun FB dan akun rekening diretas seperti kertas, dibajak seperti sambal, serta dilema seperti Cinta-Rangga.
Hanya Akun dan Kamun yang akan abadi sepanjang jalan raya.


Gambar profile dan nama Anda digunakan untuk membuat FB baru secara grosir maupun eceran, baik cash ataupun cicilan.
Dan mereka meminta teman-teman Anda untuk menambahkan pertemanan tersebut, tanpa mengurangi, mengkalikan apalagi membagikan.
Kadang perlu juga mengabulkan permintaanya, karena ingat tangan di atas lebih mulia daripada tangan di bawah.


Dan teman-teman Anda pikir itu adalah permintaan Anda, juga penawaran Anda.
Lalu para peretas menulis apa yang mereka inginkan atas nama anda, bawah nama Anda dan samping nama Anda, baik dengan tulis tangan, menggunakan mesin ketik maupun komputer.
Yang pasti bukan seperti menulis di atas air atau menulis di atas butiran debu.


Saya infokan bahwa saya tidak membuat FB baru bernama FB-Perjuangan, karena FB sudah dibuat oleh Mark Zuckerberg.
Jadi tolong jangan menyetujui permintaan pertemanan dari saya!
Kalaupun mau menyetujui, setujuilah permintaan saya untuk menemaniku sehidup semati (saya hidup kamu mati) mengarungi bahtera rumah tangga ke arah uttaran, selatan, baratan dan timuran.


Salin pesan ini di halaman FB Anda baik halaman depan maupun halaman belakang, sehingga semua teman-teman Anda Waspada, tanpa Analisa, Tribun, SIB, Kompas, Sindo dan Media Indonesia!
Jangan tergiur dengan rumput halaman tetangga yang lebih hijau, bisa jadi itu adalah Valak yang sedang dibungkus daun pisang.


Pesan ini jangan langsung DITERUSKAN tapi dibaca dulu, diresapi, dipahami dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Atau jangan juga menekan "SHARE" sebelum menekan otaknya sendiri biar nggak miring ke kiri atau ke kanan, tetapi "COPY PASTE" atau TEA PASTE, atau CENDOL PASTE atau JUS JERUK PASTE atau AIR TEBU PASTE atau AQUA PASTE dan pasang ke halaman FB !!

Ingat pasang di FB bukan pasang di judi togel.


(Inspirasi dari pesan berantai yang banyak beredar di timeline FB saya akhir-akhir ini)



------------------------------------------------------------------------------------------------------------



Terima kasih kepada yang telah membuat versi asli:

Kepada semua teman di FB agar lebih waspada.
Hampir semua akun FB diretas.
Gambar profile dan nama Anda digunakan untuk membuat FB baru dan mereka meminta teman-teman Anda untuk menambahkan pertemanan tersebut dan teman-teman Anda pikir itu adalah permintaan anda, lalu para peretas menulis apa yang mereka inginkan atas nama anda.
Saya infokan bahwa saya tidak membuat FB baru jadi tolong jangan menyetujui permintaan pertemanan dari saya!
Salin pesan ini di halaman FB anda sehingga semua teman-teman Anda waspada!
Pesan ini jangan langsung DITERUSKAN atau menekan "SHARE", tetapi "COPY PASTE" dan pasang ke halaman FB !!


www.titomedan.blogspot.com


(Photo: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjTeVqnme1Fz0oseCZyVmJR_Qb00gLaAYdbGaRDRnUlpSCWN0Ta95qdymJytOJRhLUbwEMxHu2UYYJu__H1yF6Ngc0P9v2_khuZQJVsqWhkYXnm_uyKwRvel6TMpbibmStne9Vs1Y5NI88/s1600/facehack.png)


Sunday, June 5, 2016

KEHUTANAN USU TIDAK LAGI MENYUSU


Tahun 2016 merupakan tahunnya Kehutanan USU. Tahun saat Program Studi Kehutanan harus “berpisah” dari induk Fakultas Pertanian, karena sudah memiliki induk yang baru yaitu Fakultas Kehutanan. Program Studi Kehutanan yang selama ini “menyusu” ke Fakultas Pertanian harus “disapih” menjadi Fakultas Kehutanan yang mandiri dan independen.


Tahun ini Fakultas Kehutanan (Fahutan) resmi memiliki dekan perdana, setelah hampir dua tahun resmi menjadi fakultas. Peralihan kepemimpinan Rektor USU yang berlarut-larut diduga menjadi salah stu penyebabnya. Sebelumnya Fahutan berstatus sebagai Program Studi Kehutanan dan berubah menjadi Fakultas Kehutanan, berdasarkan surat keputusan pada bulan September 2014.

Sejarah mencatat, bahwa Fahutan USU pada awalnya bernama Program Ilmu Kehutanan (PIK) yang secara struktural langsung berada di bawah Rektor USU. Berdiri pada tahun 1999, yang terdiri dari dua program studi (PS), yaitu PS Manajemen Hutan (MNH) dan PS Budidaya Hutan (BDH). Tahun 2001 membuka PS baru yaitu, yaitu PS Teknologi Hasil Hutan (THH).

Mulai meluluskan mahasiswa menjadi alumni pada tahun 2003/2004. Kini alumni PS Kehutanan USU sudah menyebar di seantero dunia. Di Indonesia mulai dari Aceh sampai Papua sebagai pegawai negeri sipil atau aparatur sipil negara, pegawai swasta maupun entrepreneur (wiraswasta). Alumni di luar negeri berperan sebagai mahasiswa pascasarjana maupun pekerja profesional.

Berdasarkan restrukturisasi organisasi dan lembaga di USU, maka PIK berubah menjadi Departemen Kehutanan (Dephut), dan kemudian berubah lagi menjadi Program Studi Kehutanan. Perubahan nomenklatur tersebut menjadikan Kehutanan bergabung ke Fakultas Pertanian, menjadi salah satu program studi di fakultas tersebut bersama PS Agroekoteknologi, Agribisnis, Ilmu dan Teknologi Pangan, Keteknikan Pertanian, Peternakan, dan Manajemen Sumberdaya Perairan.

Sebenarnya pada tahun-tahun sebelumnya, USU pernah mendirikan Program Ilmu Kehutanan dan menerima mahasiswa untuk program tersebut. Namun kemudian kegiatan akademik tidak berjalan dengan baik, sehingga Program Ilmu Kehutanan dibubarkan dan mahasiswa kehutanan ditransfer ke program studi lain di USU. Sebagian dosennya kembali ke fakultas asal, dan sebagian lagi pindah ke universitas lain.

Pimpinan Program Ilmu Kehutanan silih berganti sampai sekarang menjadi Fahutan. Diawali oleh Prof. TM. Hanafiah Oelim (PIK), Rahmawaty, Ph.D (Dephut), Dr. Edy Batara Mulya Siregar, sampai Siti Latifah, Ph.D (PS Kehutanan). Dekan Fahutan terpilih sekarang adalah Siti Latifah, Ph.D. Dari para pimpinan kehutanantersebut, kita belajar banyak hal tentang akadmik maupun non-akademik. Banyak jasa selama kepemimpina beliau-beliau yang sudah meletakkan dasar manajemen pengelolaan institusi pendidikan di Kehutanan.

Saat ini dosen Fahutan USU sebanyak 35, dengan mayoritas bergelar doktor strata S3 dari dalam dan luar negeri. Fahutan USU memiliki satu PS yaitu PS Kehutanan, dan ke depan dirancang akan dikembangkan dengan membuka PS Kehutanan S2 dan PS Kehutanan S3. Program Studi Kehutanan sendiri akan mencakup empat minat yaitu Minat Manajamen Hutan (MNH), Budidaya Hutan (BDH), Teknologi Hasil Hutan (THH) dan Konservasi Sumberdaya Hutan (KSH).

Pimpinan Fakultas Kehutanan telah dilantik bersama semua pimpinan fakultas di lingkungan USU. Tanggal 18 Mei 2016 yang lalu adalah pelantikan dekan se-USU. Dekan Fakultas Kehutanan adalah Siti Latifah, PhD. Sementara itu pelantikan wakil dekan dilaksanakan tanggal 02 Juni 2016. Wakil Dekan 1 (Akademik, Kemahasiswaan dan Alumni) yaitu Dr. Rudi Hartono, Wakil Dekan 2 (Keuangan dan SDM) yaitu Dr. Samsuri dan Wakil Dekan 3 (Penelitian, Pengabdian Masyarakat, Kerjasama dan Perencanaan) yaitu Dr. Apri Heri Iswanto.

Kita berharap pimpinan Fahutan, yaitu “KWARTET SIRUSA” (Siti, Rudi, Samsuri, Apri) mampu membangun pondasi yang kokoh serta membawa Fahutan unggul di wilayah regional Sumatera. Tidak mudah memang, karena sebagai pioneer pimpinan Fahutan, banyak hal yang perlu ditata dan diatur agar selaras dengan Visi USU yaitu Talenta Bintang.

Program kerja Fahutan ke depan? Kita tunggu aksi nyata para pimpinan Fahutan yang baru. Yang jelas banyak pekerjaan rumah yang harus dikerjakan. Yang utama adalah penataan di dalam, kemudian baru penataan ke luar.

Pimpinan Fahutan harus merangkul semua pihak dalam menjalankan roda kegiatan akademik. Dosen, pegawai, mahasiswa dan alumni adalah satu kesatuan dalam ekosistem Fahutan. Komunikasi, kebersamaan dan keteladanan harus menjadi hal yang perlu diutamakan.

Hal yang mendesak perlu dibenahi antara lain reorganisasi Fahutan sampai ke tingkat bawah, melengkapi sarana dan prasarana kampus termasuk gedung sementara di kampus sekarang, serta menyiapkan gedung baru di Kuala Bekala. Penataan ke luar dapat berupa menjalin kerjasama dengan stakeholders, serta menjalin sinergi dengan fakultas atau lembaga lain, termasuk alumni.

Sebenarnya Fahutan memiliki banyak keunggulan dibanding fakultas lain. Keunggulan tersebut antara lain sumberdaya manusia dosennya masih muda-muda dan mayoritas bergelar doktor, peminat calon mahasiswa cukup banyak, mahasiswa Fahutan yang tangguh dan militan, serta alumni yang unggul di segala bidang.

Sebagai contoh pemenang Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) di USU selama ini adalah selalu PS Kehutanan dan Biologi yang mengalahkan semua program studi yang ada di USU. PS Kehutanan juga berpengalaman menyelenggarakan kegiatan berskala lokal, regional, nasional maupun internasional.

Sekarang waktunya Program Studi Kehutanan yang selama ini menginduk ke Fakultas Pertanian, harus mandiri menjadi fakultas tersendiri, Fakultas Kehutanan. Tentu saja, dari berdirinya Fahutan kita bisa belajar kebersamaan, kemandirian dan kesempurnaan Fahutan. Semua hal yang baik bisa diadopsi dan ditingkatkan, sementara semua hal yang buruk harus ditinggalkan dan diganti menjadi hal yang baik.

Ini tantangan besar bagi SIRUSA (Siti, Rudi, Samsuri, Apri) selama memimpin Fahutan USU. Dan waktu yanag akan menjawabnya, apakah Fahutan USU bisa lebih baik atau malah sebaliknya.
Semoga Fahutan USU semakin unggul dan berprestasi.


www.titomedan.blogspot.com


Saturday, April 30, 2016

PR YANG JATUH KE ANAK, TAK AKAN JAUH DARI YANG MENGERJAKANNYA


Pekerjaan rumah atau PR dari guru sekolah untuk anak-anak adalah hal yang selalu kami nantikan. Ada perasaan deg-degan dan berdebar-debar setiap anak mendapatkan PR yang harus dikerjakan di rumah. Rasanya seperti sedang jatuh cinta; ada senang, tertawa, senyum, rindu, sebel, dan kadang-kadang benci. Memang belum sampai kisaran ratusan purnama, perasaan itu meletup-letup dari lubuk hati yang paling dangkal ini.


Tugas berupa PR tentu dimaksudkan agar siswa dapat belajar mandiri atau belajar terstruktur di rumah. Bentuk PR dapat berupa soal latihan maupun pekerjaan membuat suatu karya atau juga hanya menyiapkan bahan-bahan untuk dibuat menjadi sebuah karya di sekolah.

Pada akhirnya PR dibuat agar capaian pembelajaran siswa dapat diraih dengan sempurna. Baik dalam aspek kognitif (pengetahuan), psikomotorik (keterampilan) maupun afektif (tingkah laku). Capaian pembelajaran yang baik bukan hanya dapat ditunjukkan di dalam kelas namun juga dalam kehidupan sehari-hari.

PR anak sekolah zaman sekarang tentu berbeda dengan PR anak sekolah zaman dulu. Anak-anak kami kebetulan masih sudah duduk di kelas 2 dan kelas 4 sekolah dasar. Jadi kami bisa membandingkan dengan PR zaman kami waktu sekolah dasar dulu di era 1980-an. Rentang waktu yang cukup lama memang.

Zaman dulu, PR yang diberikan guru relatif sedikit dan sederhana. Sekarang, PR yang diberikan guru relatif banyak dan lebih beragam. Untuk beberapa hal, harus mencarinya bukan hanya di dunia nyata, tapi sampai dunia maya. Asal jangan harus mencari di luar dunia aja.

Untungnya-bukannya sombong-kami adalah orang tua cukup melek dengan teknologi. Sehingga tidak begitu bermasalah dengan PR anak-anak yang berkaitan dengan teknologi atau internet. Bayangkan, siswa yang orang tuanya gaptek (gagap teknologi), tentu akan menjadi kendala bagi dia.

Yang kami rasakan sebagai orang tua ketika mendapatkan PR dari dua anak kami adalah….. jreng… jreng… (backsound seperti sedang membacakan nominasi piala Oscar) adalah… senang. Namun kadang juga sebel.

Senang karena anak-anak dapat belajar secara aktif dan mandiri. Sebel karena kadang-kadang PR-nya mendadak dan kadang harus membuat sesuatu, yang menurut kami di luar batas kemampuan anak-anak. Entahlah menurut orang tua yang lain. Saya kira sama saja. Hehe…

Beberapa PR yang sudah dikerjakan antara lain mengerjakan soal latihan merupakan hal biasa. PR lainnya adalah membuat flash card, membuat denah dan maket rumah, sampai membuat berbagai kerajinan tangan (handycraft).

Dan yang baru-baru ini terakhir dikerjakan adalah mendesain dan membuat domba dari bahan-bahan sederhana. Jadi ceritanya anak kami, siswa kelas 4 akan mementaskan kisah Nabi Ibrahin saat menerima perintah Allah Swt untuk berkurban dengan cara menyembelih anaknya, yaitu Ismail. Lalu malaikat turun dan mengganti Ismail dengan seekor domba untuk disembelih.

Siswa harus menyiapkan bahan-bahan untuk pementasan tersebut. Ada yang membuat kostum, ada yang membuat sayap malaikat, ada yang membuat pedang, ada yang membuat domba dan lain-lain. Kebetulan anak kami bertugas membuat domba karena dia akan berperan jadi malaikat.

Akhirnya kami berfikir lunak sampai keras dan merencanakan membuat domba dengan bahan yang ada di rumah. Dengan modal kardus, kapas, lem, spidol, gunting dan tekad, akhirnya kami buat domba tersebut.

Pertama menggambar desain domba dia atas karton, mengguntingnya dan menempelkan gulungan kecil kapas di permukaan karton tersebut. Hasilnya? Bukannya sombong (lagi), tidak mengecewakan. Beberapa pujian dari teman-teman sekelas, orang tua murid dan guru cukup membuat kami terhibur dan hidung kembang kepis. Penampakan dombanya seperti terlihat pada foto di bagian atas pada tulisan ini.
Kami cukup terbantu karena istri saya sangat concern dengan pendidikan anak-anak. Kami juga sangat terbantu oleh ibu mertua yang tidak kalah gesit mencarikan bahan-bahan untuk PR cucu-cucunya. Kami bahu membahu membantu anak-anak agar PR dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Hasil akhir bukan tujuan utama, yang penting proses mengerjakan PR tersebut.

Kami kebetulan dua-duanya sebagai orang tua yang bekerja (maaf, bukan sombong juga). Berangkat pagi, pulang sore. Kepala di kaki dan kaki di kepala. Banting tulang, banting daging dan banting kulit. Demi sesuap sushi dan segenggam saham.

Dampaknya, untuk PR yang mendadak dan susah, akan menjadi beban bagi kami. Misalnya mencari bahan-bahan PR yang harus dibeli, sementara toko tempat membeli hanya buka sampai siang atau sore saja. Atau bahan PR yang hanya didapatkan pada jam atau musim tertentu saja.

Nah di sini kadang perlu koordinasi dan kerjasama dengan orang tua murid yang lain. Saling titip membelikan bahan PR menjadi hal yang lumrah. Semua dibuat heboh agar PR anak-anaknya selesai.

Ke depan, barangkali perlu direnungkan oleh pihak sekolah (atau instansi terkait)untuk membuat PR yang lebih ringan dan sesuai kemampuan siswa. Jangan sampai, capaian pembelajaran yang seharusnya diraih siswa, ternyata diraih orang tuanya. Karena orang tuanya yang mengerjakan PR-nya.

Perlu diperhatikan juga, bahwa anak-anak itu sekolahnya dari pagi sampai siang dan masih ditambah les dan mengaji di tempat lain. Sehingga kadang waktunya terbatas. Sampai rumah sudah cape dan tinggal istirahat. Besok harus bangun pagi untuk berangkat ke sekolah lagi.

Akhirnya, PR yang jatuh ke anak, tidak akan jauh dari yang mengerjakannya. Siapa lagi yang mengerjakan, kalau bukan anak, dengan bantuan orangtua. Atah bahkan semua dikerjakan oleh orangtuanya. Anak-anaknya? Tidak kalah heboh juga. Mereka bekerja keras mengerjakan PR, atau mendoakan orangtuanya yang sedang mengerjakan PR-nya.

Selamat menantikan PR.
Sambil jantung ini berdetak kencang.
Deg-deg byuuuurrr…


www.titomedan.blogspot.com


Sunday, April 24, 2016

GEN-I MENGGENGGAM DUNIA


Kemajuan pesat bidang teknologi dan informasi memberikan dampak aksesibilitas dan fleksibilitas bagi masyarakat. Perkembangan internet membuka dan menghubungkan jutaan umat manusia di seluruh penjuru bumi.

Di satu sisi informasi dan data dapat diakses secara cepat dari mana saja, dimana saja dan oleh siapa saja. Di sisi lainnya, orang cenderung malas berusaha secara manual untuk mencari data dan informasi yang dibutuhkan, seperti membaca buku atau mengunjung perpustakaan.

Generasi internet (Gen-I) lahir sebagai generasi baru yang aktif melakukan akses internet untuk berbagai kebutuhan, baik sebagai kebutuhan pribadinya atau kebutuhan tugas dan pekerjaan. Gen-I adalah generasi muda (usia atau semangatnya) yang siap menyongsong era keterbukaan dan teknologi informasi.


Sebagian besar data dan informasi terkini sudah dapat diakses dari internet. Buku digital (e-book) dapat dengan mudah diunduh (download) di internet. Audio dan lagu dengan format MP3 atau sejenisnya bebas diambil di internet.

Data apapun dapat diambil di internet dengan gampang. Literatur juga dapat disalin (copy) dari internet.

Gambar bergerak atau video sangat mudah diambil dari internet, seperti dari situs YouTube. Mesin pencari seperti google, yahoo, dan bing menjadi andalan dalam pencarian data dan informasi.

Kamus dari ratusan bahasa di dunia dapat digunakan dengan gampang di internet. Sebagian perangkat lunak (software) dapat di-download dari internet. Belanja (online shopping) dan aktivitas keuangan lewat bank (internet banking) dapat dilakukan dengan internet.

Kita dpat bermain permainan (game online) yang terhubung dengan jutaan pemain (gamer). Surat elektronik (e-mail) seperti yahoo dan gmail, menjadi andalan pengiriman berita dan data.

Jejaring sosial, seperti facebook, twitter, instagram, path berkembang sangat pesat. Blog pribadi, seperti blogspot, multiply, wordpress juga dengan gratis bisa dimanfaatkan untuk mengekspresikan diri.

Di sisi lain, kejahatan dapat mudah dilakukan melalui internet. Kejahatan berupa hacking, carding, human trafickking, pornografi, penyebaran hoax atau penipuan lain mengancam pengguna internet.

Beberapa keuntungan internet antara lain:
1). Akses informasi yang cepat (real time) dan segera diperbaharui (up to date);
2). Lintas batas daerah, negara, ruang dan waktu;
3). Dari sebuah komputer atau handphone dapat menggenggam dunia.

Sedangkan beberapa kerugian internet antara lain:
1). Masalah pelanggaran hak cipta.
2). Cenderung soliter, tidak mau bergaul dan bersosialisasi dengan orang lain;
3). Lupa waktu dan lupa diri;
4). Kerusakan mata;
5). Tambahan alokasi anggaran untuk akses internet, kecuali bagi yang mau menggunakan jaringan nirkabel (WIFI) di beberapa titik (hotspot) yang sekarang menjamur atau menggunakan fasilitas akses internet di kantor atau kampus;
6). Informasi tidak ada penyaring, sehingga kadang kita tidak bisa membedakan informasi yang benar atau informasi bohong (hoax) atau akses situs pornografi, perjudian atau situs yang menjurus kejahatan lainnya.

Beberapa solusi untuk meminimalkan dampak negatif internet antara lain: penggunaan inernet bagi anak-anak perlu pembatasan waktu dan akses situs, serta pengawasan dari orangtua.

Menjamurnya warnet dan game online perlu diwaspadai sejak dini. Kita tidak ingin generasi baru Indonesia adalah generasi yang tiap hari dicekoki game online atau dunia maya yang tidak sesuai norma dan budaya ketimuran.

Gen-I harapan adalah generasi internet yang agamis, jujur, profesional, bermartabat, bertanggungjawab. Yang bisa membawa Indonesia menuju kemakmuran dan kedamaian kita bersama. Dengan mengenggam dunia untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat Indonesia.


www.titomedan.blogspot.com


(Photo: http://www.esdenerd.com/ciencias/neurociencia.html)


Saturday, April 9, 2016

BERSEPEDA, GAYA HIDUP RAMAH LINGKUNGAN


Lingkungan kota yang hidup, sehat dan manusiawi adalah lingkungan yang dapat mendorong masyarakatnya untuk beraktivitas di luar ruang dengan nyaman dan aman. Jangan sampai masyarakatnya merasa was-was atau takut saat keluar rumah. Seperti takut tersenggol kendaraan bermotor, was-was ketabrak angkutan umum, phobia menjadi korban kejahatan atau ngeri akan polusi udara yang menyesakkan dada.


Beberapa aktivitas yang dapat dilakukan di luar ruang antara lain berjalan-jalan, lari atau bersepeda. Aktivitas tersebut merupakan kegiatan yang murah, ramah dan menyehatkan. Tentu dengan harus didukung oleh lingkungan yang bersih, nyaman dan kondusif.

Bersepeda merupakan aktivitas yang dapat dilakukan di luar ruang, baik di jalan raya maupun jalan tanah (off road) di gunung, kebun dan pantai. Keuntungan bersepeda adalah hemat BBM karena sama sekali tidak menggunakan bahan bakar dan tidak mengeluarkan asap yang menyesakkan dada, serta lebih murah harga sepeda dan biaya perawatannya.

Keuntungan lainnya adalah lebih sehat dan bugar karena pesepeda aktif bergerak. Dan tambahan bonus relatif anti macet karena dimensi sepeda yang ringkas dan ringan sehingga mampu menerobos kemacetan jalan raya, serta mampu melewati jalan tikus dan gang sempit sebagai jalan alternatif.

Bersepeda merupakan gaya hidup ramah lingkungan di kota-kota yang manusiawi. Aktivitas bersepeda tidak akan menimbulkan emisi karbon (gas rumah kaca) yang akan mengakibatkan pemanasan global (global warming). Hal ini berbeda dengan kendaraan lainnya di jalan raya yang dapat menimbulkan emisi karbon, seperti angkutan umum, bus, sepeda motor dan mobil.

Hasil penelitian dari tiga kendaraan bermotor di jalan raya menunjukkan emisi karbon yang terkecil per orang per kilometer perjalanan adalah bus, kemudian sepeda motor (7,5 kali emisi karbon per penumpang bus) dan mobil (15 kali emisi karbon per penumpang bus). Hal ini bisa difahami karena kapasitas bus yang dapat mengangkut banyak orang, sementara di sisi lain, mobil pribadi lebih sering diisi 1-2 orang saja.

Selain itu sepeda tidak menyita ruang atau hemat kebutuhan ruang saat digunakan di jalan raya maupun di areal parkir. Sebagai perbandingan untuk mengangkut 72 orang dibutuhkan 72 sepeda, dengan total ruang yang dibutuhkan sekitar 42 m2. Untuk mengangkut 72 orang dibutuhkan 1 bus, dengan total ruang yang dibutuhkan sekitar 30 m2.

Selanjutnya, untuk mengangkut 72 orang dibutuhkan 60 sepeda motor (rata-rata 1 dari 5 sepeda motor mengangkut 2 orang), dengan total ruang yang dibutuhkan sekitar 90 m2. Untuk mengangkut 72 orang dibutuhkan 40 mobil pribadi (rata-rata 1,75 penumpang mobil tiap mobil), dengan total ruang yang dibutuhkan sekitar 700 m2.

Secara umum sepeda terdiri atas sepeda kota (city bike), sepeda gunung (mountain bike/ MTB), sepeda hibrid (hybrid bike), sepeda pantai (cruiser bike), sepeda ceper (lowrider bike), sepeda balap (road bike), sepeda atraksi (BMX), sepeda lipat (folding bike) dan sepeda anak (children bike). Jenis sepeda tersebut digunakan sesuai dengan kebutuhan dan peruntukannya.

Beberapa kota di negara-negara maju, menjadikan sepeda sebagai budaya, seperti kota-kota di Belanda, Denmark, Swedia, Jepang, Amerika dan lainnya. Kita pasti sudah mulai biasa menemukan fenomena bersepeda sebagai salah satu pilihan transportasi yang membudaya.

Singapura sebagai negara kecil merupakan salah satu negara yang ramah dan manusiawi terhadap pejalan kaki dan pesepeda. Jalan-jalan memiliki pedestrian atau trotoar yang cukup lebar sehingga memudahkan mobilitas pejalan kaki dan pesepeda.

Moda transportasi masal berupa bus dan kereta monorel juga banyak tersedia dan nyaman digunakan. Moda transportasi masal mempersilakan penumpang membawa sepedanya (sepeda lipat) ke dalam kendaraan, sehingga dapat melanjutkan perjalanan menggunakan sepeda setelah sampai halte yang dituju.

Seharusnya kota-kota lainnya juga mendorong perkembangan dan perubahan kultur yang sangat signifikan dalam berkendara dengan dukungan political will dari pemerintah. Perubahan kultur tersebut adalah beralihnya pilihan masyarakat ke transportasi ramah lingkungan atau transportasi umum.

Krisis energi, krisis global dan pemanasan global membangkitkan kesadaran sebagian masyarakat untuk beralih ke transportasi yang ramah lingkungan dan murah. Terbentuknya komunitas pesepeda di kota-kota besar mampu membuktikan gerakan kesadaran tersebut.

Komunitas Bike to Work (B2W) di kota besar Indonesia mampu menjaring ratusan ribu anggota. Selain itu ada juga komunitas Bike to School, Bike to Campus dan komunitas-komunitas pesepeda lainnya, menurut jenis sepeda, tujuan bersepeda, tempat bekerja atau jalur sepeda yang biasa dilalui atau hanya komunitas sepeda informal lainnya.

Agar bersepeda menjadi budaya maka pemerintah perlu mendukungnya dengan penyediaan jalur sepeda (bike line) dan parkir khusus sepeda di tempat-tempat umum. Kantor-kantor, sekolah, kampus, tempat belanja dan tempat umum lainnya perlu juga menyediakan lahan untuk parkir sepeda.

Penulis bermimpi Kota Medan ini lebih ramah dan manusiawi terhadap aktivitas pejalan kaki dan pesepeda serta tersedianya moda transportasi massal yang nyaman dan terjangkau. Ada infrastruktur yang membuat masyarakat merasa aman dan nyaman beraktivitas di luaran.

Di jalanan banyak dijumpai papan petunjuk bergambar sepeda, baik menunjukkan jalur khusus sepeda, tempat parkir sepeda, tempat penitipan sepeda maupun berbagai simbol lain yang memudahkan para pengguna sepeda. Traffic light bagi pengguna sepeda juga dipisahkan dengan lampu lalu lintas bagi pengendara kendaraan motor lainnya. Parkir dan penitipan khusus sepeda juga melimpah. Di setiap sisi pedestrian, ada tempat parkir sepeda dengan berbagai kreasi tempat parkir.

Pejalan kaki dan pesepeda pun nyaman menggunakan moda transportasi massal, karena di setiap stasiun atau terminal banyak terdapat tempat parkir atau penitipan sepeda. Sepeda pun dapat masuk ke dalam moda transportasi massal, minimal untuk sepeda lipat. Penumpang dapat membaca buku, beristirahat, atau tidur dalam moda transportasi masal dengan nyaman.

Sayangnya, gambaran itu masih sebatas mimpi di siang bolong. Mudah-mudahan hal ini bisa menjadi bahan renungan dan pemikiran bagi kita semua, agar mimpi tersebut bisa menjadi kenyataan kelak di kemudian hari, yaitu lingkungan yang lebih bersih, sehat, nyaman, aman, manusiawi dan berbudaya bagi kita dan anak-cucu kita.
Semoga...


www.titomedan.blogspot.com


(Photo: Rudianto Gurning)


Saturday, April 2, 2016

AYO BERSEPEDA BUNG!


Gerakan moral cinta lingkungan semakin mengglobal, setelah kita sadar dan mengerti arti pentingnya bumi ini. Beberapa indikasi penurunan kualitas lingkungan dapat kita rasakan akhir-akhir ini.

Salah satunya adalah peningkatan suhu bumi, yang berdampak negatif. Kita bisa semakin merasakan panas dan gerah di luar rumah, terutama pada siang hari.


Perubahan iklim secara global juga menyebabkan malapetaka lingkungan yang akan kita rasakan bersama. Banjir bandang, kemarau dan kekeringan yang berkepanjangan, hujan dan panas yang tidak menentu dan lain-lain.

Jadi sebelum terlambat, mari sama-sama kita cegah dan kendalikan. Perubahan dapat dilakukan seperti kata Aa Gym, yaitu mulai dari diri sendiri, mulai dari yang kecil dan mulai dari sekarang juga.

Salah satu hal yang cukup kecil untuk dilakukan adalah meminimalkan penggunakan karbon. Dalam hal ini kita lebih fokus ke meminimalkan penggunaaan bahan bakar minyak (BBM) dari sumber fosil.

Penggunaan moda transportasi massal dapat menjadi alternatif, namun di Kota Medan moda transportasi massal Bus Mebidang belum optimal. Ada bus besar dan kereta api, itu hanya moda transportasi antar kota, bukan moda transportasi di dalam kota yang dapat menjangkau seluruh pelosok Kota Medan.

Kereta api antar kota dalam jarak pendek yang cukup baru adalah Railink, kereta api khusus Bandara Kualanamu-Stasiun Medan. Angkutan kota pada prinsipnya sama dengan penggunaan mobil pribadi karena kapasitas muatnya yang terbatas.

Sehingga kita harus menggunakan transportasi yang tidak menggunakan BBM, salah satunya sepeda. Sepeda merupakan alat transportasi yang sudah cukup lama dikenal di Indonesia. Sejak penjajahan Belanda dan Jepang, banyak pembesar dari penjajajh maupun pribumi yang menggunakan sepeda.

Bahkan peninggalan sepeda mereka masih bisa kita lihat berlalu lalang di beberapa ruas jalan. Beberapa komunitas sepeda tua (onthel) pun terbentuk dengan membanggakan keunikan dan kelangkaan sepeda yang mereka miliki.

Komunitas sepeda pun bermunculan di hampir seluruh penjuru kota Indoensia, tak terkecuali di Medan. Komunitas terbentuk berdasarkan jenis sepeda, rute perjalanan, tujuan perjalanan, lokasi tempat tinggal, atau bahkan komunitas hanya berdasarkan hobi bersepeda. Komunitas seperti ini harus diapresiasi, karena mereka peduli dengan lingkungan, peduli dengan sejarah dan peduli dengan kota.

Masing-masing sepeda memiliki kelebihan dan kelemahan tergantung medan dan aktivitas yang akan dilakukan. Beberapa jenis sepeda antara lain:
1. Sepeda onthel, biasa digunakan untuk menyebut sepeda zaman dahulu buatan Eropa yang masih ada hingga kini. Beberapa merek yang cukup terkenal antara lain Gazelle, Simplex, dll.
2. Sepeda gunung (MTB).
3. Sepeda balap (road bike).
4. Sepeda hibrid (hybrid bike).
5. Sepeda dalam kota (city bike).
6. Sepeda pantai (cruiser bike).
7. Sepeda ceper (lowrider).
8. Sepeda tandem, sepeda dengan lebih dari satu penumpang.
9. Sepeda lipat (folding bike).
10. Sepeda fixie (fixie-gear).
11. Sepeda roda satu.
12. Sepeda anak-anak.

Ini merupakan ajakan sederhana untuk membiasakan bersepeda dalam kehidupan sehari-hari. Bersepeda dapat dilakukan oleh siapa saja, mulai dari anak kecil sampai orang tua, laki-laki atau perempuan lintas suku, ras, daerah, golongan dan agama.

Beberapa keuntungan BER-SE-PE-DA adalah:
1. BER-hemat uang.
Karena tidak perlu membeli bahan bakar minyak (BBM) untuk menggerakan sepeda, melainkan kekuatan otot kaki. Bahan bakarnya hanya kalori dari makanan dan minuman untuk pesepeda. Sepeda juga merupakan olahraga yang murah, karena hanya memerlukan sepeda tanpa pembelian alat-alat lainnya. Dapat mengantar kemana saja sesuai keinginan. Bebas parkir.

2. SE-ehatkan badan.
Karena badan akan selalu bergerak selama bersepeda, mulai dari kaki sampai kepala. Sehingga akan membentuk otot yang kuat dan sehat, fisik yang prima dan stamina yang optimal. Bersepeda secara rutin akan membuat badan berkeringat, menyehatkan jantung dan memperbanyak kapasitas volume udara dalam paru-paru.

3. PE-nurunan polusi dan gas rumah kaca.
Sepeda tidak menimbulkan polusi dan tidak menghasilkan gas rumah kaya (GRK) sebagai salah satu penyebab pemanasan global.

4. DA-pat bergaul dan bersosialisasi.
Bersepeda memungkinkan kita bertemu dan bersosialisasi dengan pesepeda atau masyarakat lain. Bersepeda adalah olahraga yang terbuka, bisa dilakukan oleh siapa saja, kapan saja, dan di mana saja.

Kita tidak sadar bahwa bersepeda ke tempat kerja (bike to work) atau bersepeda ke sekolah (bike to school), selain sebagai sarana transportasi juga sarana berolahraga. Sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui. Sekali bersepeda, hemat dan sehat termiliki.

Jadi mulai sekarang ayo bersepeda bung! Tidak ada alasan untuk menjauhi hidup sehat dan lingkungan yang hijau. Coba lihat gudang atau ruang di belakang, siapa tahu masih ada sepeda bekas peninggalan nenek moyang.

Pinjamlah sepeda dari teman atau kerabat. Atau belilah sepeda sesuai dengan kemampuan keuangan dan kebutuhan sebagai investasi di masa depan bagi anak cucu kita kelak. Bersepedalah, karena sumpah ini murah, meriah, hidup makin bergairah, dan dompet tidak cepat marah.


www.titomedan.blogspot.com