Translate

Saturday, July 23, 2016

TAHU SUMEDANG YANG BUKAN “MADE IN SUMEDANG”


Menurut catatan lembaga rekor dunia, tahu yang paling besar di dunia adalah tahu isi sumedang, bukan tahu gunting atau tahu dangdut. Kenapa tahu sumedang itu mahabesar? Karena Sumedang yang luasnya 1.522 km persegi saja bisa masuk ke dalam tahu.

Tahu isi sumedang meupakan variasi lain dari tahu sumedang. Sebagai catatan, tahu sumedang adalah tahu khas dari Sumedang, Jawa Barat. Jika membeli tahu sumedang, umumnya dikemas dalam bongsang (keranjang anyaman bambu) yang dapat memuat 25–100 buah tahu sumedang goreng.


Tahu yang saya makan ini bukan tahu isi sumedang, tapi tahu sumedang saja. Tahu sumedang ini bukan buatan Sumedang, namun buatan Tanjung Morawa, kota kecil sekira 24 km sebelah tenggara Kota Medan. Dikemas dalam bongsang (pesanan tahu dalam jumlah banyak) dan kotak kertas (pesanan tahu dalam jumlah sedikit).

Saya tidak tahu persis apakah orang yang punya usaha ini berasal dari Sumedang. Orang imigran dari Sumedang atau hasil naturalisasi dari Sumedang. Atau bahkan mungkin masih keturunan Ong Kino dan Ong Bung Keng, perintis industri pembuatan tahu sumedang di Sumedang sana tentunya.

Sejarah mencatat bahwa tahu bukan makanan asli Indonesia. Makanan ini diperkenalkan oleh orang Tionghoa. Menurut sejarahwan, kata tahu berasal dari bahasa Tionghoa, yakni tao-hu atau teu-hu. Tao/teu berarti kacang kedelai, sedangkan hu berarti hancur menjadi bubur. Dalam proses pembuatan tahu, kacang kedelai memang direbus dan dihancurkan untuk diambil sarinya hingga menggumpal (koagulasi) jadi tahu.

Di Indoensia sendiri, tidak ada catatan pasti di kota mana yang pertama kali ada industri pembauatn tahu. Namun Kediri dan Sumedang adalah kota yang sangat berasosiasi dengan tahu.

Kalau tahu sumedang buatan Tanjung Morawa ini sangat laku di pasar, maka tidak mustahil akan menyamai bahkan mengalahkan tahu sumedang di Sumedang Jawa Barat sana. Dan pada akhirnya jangan heran akan kekeliruan, bahwa tahu sumedang jadi oleh-oleh Tanjung Morawa. Seperti juga kekeliruan bika ambon, bukan oleh-oleh dari Ambon tapi oleh-oleh dari Medan.

Isi tahu sumedang ini bukan sumedang tapi isinya angin. Karena salah satu ciri tahu sumedang adalah tengahnya kosong (kopong). Kering crispy di bagian luar, tapi lembut di bagian dalam. Konon seperti tipikal orang Medan, keras suaranya yang keluar, namun hatinya selembut bika ambon.

Tahu sumedang berbentuk balok dengan dimensi seperti gethuk. Bagi yang belum tahu bentuk gethuk, ya bentuknya seperti tahu sumedang tadi. Bentuk tahu sumedang juga tidak sebulat tahu bulat Tasikmalaya yang sekarang sedang naik rating karena game-nya setenar Clash of Clans.

Rasanya? Rasah (tidak usah) mbayar... Karena saya tinggal makan saja, tak perlu beli apalagi harus ngutang.

Saya yakin dengan makan tahu sumednag ini, maka tenaga saya makin kuat dan besar. Saking kuat dan besarnya, saya berani adu panco dengan Presiden Jokowi ataupun Mas Kaesang. Walupun nanti saat Mas Kaesang hampir saya kalahkan, dia akan bilang: “Sudahlah Mas Tito. Udah-udah nanti malah encok Mas. Yang besar itu yang kuat kesabaran dan kesalehannya”.
Makjleebbb bener...

Andai dia tahu.
Bukan saya saja yang tahu.
Kita semua tahu.
Dan sama-sama tahu.
Bahwa tahu sumedang memang benar-benar tahu.

Salam tahu


www.titomedan.blogspot.com


No comments: