Translate

Monday, September 26, 2016

RENCANA STUDI


Program Doktor Ilmu Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM) adalah program yang saya pilih untuk melanjutkan sekolah S3 dengan sponsor Beasiswa Unggulan Dosen Indonesia-Dalam Negeri (BUDI-DN) dari Dirjen Dikti-Kemenristekdikti. Saya memilih melanjutkan di Program Doktor Ilmu Kehutanan UGM, karena Program Doktor Ilmu Kehutanan sesuai (linier) dengan bidang keilmuan saya sebagai dosen tetap di Universitas Sumatera Utara (USU).

Selain itu pertimbangan lainnya adalah kualitas UGM sebagai penyelenggara pendidikan tinggi, yang tercermin dari visi Fakultas Kehutanan UGM, yaitu menjadi lembaga pendidikan tinggi di bidang kehutanan tropika yang unggul dan bermartabat di tingkat nasional dan diakui secara internasional, dijiwai Pancasila dan berdedikasi kepada kepentingan dan kemakmuran bangsa. UGM merupakan universitas terbesar di Indonesia dan terbaik untuk beberapa rangking.

Tahun ini UGM merupakan universitas terbaik ketiga di Indonesia (Webometrics, 2016), di bawah Universitas Indonesia (UI) dan Institut Teknologi Bandung (ITB). Berdasarkan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN PT), UGM memiliki akreditasi A, sementara Program Doktor Ilmu Kehutanan UGM memiliki akreditasi B.


Saya sudah mendaftar ke Program Doktor Ilmu Kehutanan UGM secara online dan mengikuti proses pendaftaran mulai dari membuat akun pendaftaran, melengkapi dan mengunggah semua dokumen persyaratan, mengunci data, membayar biaya pendaftaran sampai mencetak bukti pendaftaran. Nomor peserta saya sebagai Bukti Peserta Seleksi Calon Mahasiswa Baru adalah 1606900128.

Semua dokumen persyaratan sudah saya lengkapi dan unggah yaitu fotokopi ijazah, fotokopi transkrip akademik, fotokopi sertifikat/ bukti akreditasi program studi, fotokopi sertifikat Tes Potensi Akademik (TPA), fotokopi sertifikat kemampuan Bahasa Inggris, rekomendasi dari dua orang dosen, surat keterangan sehat, dan draft proposal disertasi. Khusus untuk dokumen rekomendasi dosen, saya mendapatkan rekomendasi dari dosen pembimbing tesis saat sekolah S2, yaitu Prof. Dr. Drs. Adi Santoso, M.Si. dan rekomendasi dari kolega di Masyarakat Peneliti Kayu Indonesia (Mapeki) sekaligus sekretaris Program Doktor Ilmu Kehutanan UGM, yaitu Ragil Widyorini, S.T., M.T., DAgr.Sc.

Program Pascasarjana Program Studi Ilmu Kehutanan UGM didirikan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 580/DIKTI/Kep/1993 tanggal 28 September 1993. Program Doktor Ilmu Kehutanan UGM menggunakan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang dikembangkan sesuai dengan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) dan Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SNDIKTI).

Kegiatan belajar mengajar diselenggarakan dengan Sistem Kredit Semester (SKS). Jumlah SKS mata kuliah dan praktikum untuk program doktor di UGM adalah sekurang-kurangnya 43 SKS (termasuk disertasi) yang dapat diselesaikan dalam durasi waktu enam semester atau tiga tahun. Penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar dilaksanakan dengan menggunakan metode Student Centered Learning (SCL), Research Based Learning (RBL) dan Problem Based Learning (PBL) dalam bentuk kegiatan perkuliahan, kegiatan praktikum di laboratorium dan kegiatan praktek langsung di lapangan.

Program Doktor Ilmu Kehutanan UGM menawarkan empat minat, yaitu Manajemen Hutan (MBH), Silvikultur Intensif (SLV), Teknologi Hasil Hutan (THH), dan Konservasi Sumberdaya Hutan (KSH). Saya memilih minat Teknologi Hasil Hutan sesuai dengan bidang keilmuan saya sebagai dosen THH di Program Studi Kehutanan USU.

Dosen pengajar di Program Doktor Ilmu Kehutanan UGM adalah dosen Fakultas Kehutanan UGM bergelar doktor dengan jabatan fungsional profesor atau lektor kepala yang sudah berpengalaman dalam kegiatan pendidikan dan penelitian. Dosen-dosen tersebut mengajar sesuai bidang ilmunya berdasarkan minat MNH, SLV, THH dan KSH. Nama-nama dosen Program Doktor Ilmu Kehutanan UGM antara lain: Dr. Eny Faridah, Prof. Dr. Sumardi, Prof. Dr. Cahyono Agus DK., Dr. Haryono Supriyo, Dr. Ronggo Sadono, Dr. Moh. Ali Imron, Prof. Dr. Erny Poedjirahajoe, Dr. Satyawan Pudyatmoko, Prof. Dr. Djoko Marsono, Prof. TA. Prayitno, Ph.D., Prof. Dr. Chafid Fandeli, Prof. Dr. Moh. Na’iem, Prof. Dr. Suryo Hardiwinoto, dan Prof. Dr. San Afri Awang.

Secara manajerial pengelolaan Program Doktor Ilmu Kehutanan UGM berada di bawah manajemen Fakultas Kehutanan UGM. Struktur tata pamong manajemen pengelola di Program Doktor Ilmu Kehutanan UGM adalah: 1. Ketua : Prof. Dr. Ir. Suryo Hardiwinoto, M.Agr.Sc. 2. Sekretaris : Ragil Widyorini, S.T., M.T., DAgr.Sc. 3. Staf Akademik : Hana Suryani, S.Pd. dan Frida Cahyaningrum, A.Md.

Kegiatan kuliah dan praktikum di Program Doktor Ilmu Kehutanan UGM dilaksanakan pada semester I dan semester II, sementara itu semester III sampai VI adalah kegiatan penelitian (research) dan disertasi. Semester I terdiri dari sepuluh mata kuliah dengan beban studi 22 SKS, yaitu Konstruksi Ilmu (2 SKS), Pengelolaan Produktivitas Lahan Hutan (2 SKS), Modeling dan Analisis Sistem (3 SKS), Ekologi Lahan Basah (2 SKS), Teknik Pengelolaan Satwa (2 SKS), Filsafat Ilmu (2 SKS), Konservasi Sumberdaya Alam (2 SKS), Hubungan Kayu dan Resin (2 SKS), Silvikultur Intensif (2 SKS), dan Filsafat Konservasi (2 SKS).

Pada semester II terdiri dari empat mata kuliah dengan beban studi 8 SKS, yaitu Pertumbuhan Pohon dan Ekstraktif (2 SKS), Bisnis Konservasi (2 SKS), Pengelolaan Kawasan Konservasi (2 SKS), dan Analisis Model Sosial dan Pembangunan Sumberdaya Hutan (2 SKS). Kegiatan kuliah dan praktikum sebanyak 30 SKS akan dilengkapi sampai 43 SKS (syarat SKS minimal untuk program doktor) dengan kegiatan penelitian dan disertasi sampai semester VI.

Saya telah menyelesaikan kuliah S1 di Departemen Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 1997-2003, dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) sebesar 3,09. Kuliah S2 juga di IPB dengan mengambil Program Magister Ilmu Pengetahuan Kehutanan pada tahun 2006-2009, dengan IPK sebesar 3,80.

Skripsi saya berjudul “Upaya Peningkatan Akurasi Dimensi Produk Papan Sambung (Studi Kasus di PT. Albasi Parahyangan Banjar Jawa Barat)” dibawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Surdiding Ruhendi, M.Sc., sedangkan judul tesis saya adalah “Karakterisasi Partikel dan Likuida Tandan Kosong Sawit serta Aplikasinya sebagai Perekat Papan Partikel” dibawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Surdiding Ruhendi, M.Sc. dan Dr. Drs. Adi Santoso, M.Si.

Saya bekerja sebagai dosen di Program Studi Kehutanan USU sejak tahun 2003. Saya bersama tim mengampu mata kuliah Teknologi Serat dan Komposit, Teknologi Papan Partikel dan Papan Serat, Pengolahan Kayu Solid, Penggergajian dan Pengerjaan Kayu, Sifat Fisis dan Mekanis Kayu, dan Optimasi Pengolahan Hasil Hutan. Selama menjadi dosen, saya terlibat aktif di penelitian melalui hibah dari Dirjen Dikti. Skim hibah penelitian tersebut antara lain Hibah Pekerti, Hibah Bersiang, Hibah MP3EI dan Hibah PUPT.

Hasil penelitian saya presentasikan di beberapa seminar ilmiah, seperti Seminar Mapeki (Masyarakat Peneliti Kayu Indonesia), Symposium of IWoRS (Indonesia Wood Research Society), Symposium of PR TRG (Pacific Rim Termite Research Group) di Singapura (2010), Symposium on Recent Topics in Forest Biomaterials di Korea Selatan (2016), dan Symposium of KSWST (Korean Society of Wood Science and Technology) di Korea Selatan (2016). Pengalaman bekerja sebagai dosen di Program Studi Kehutanan USU dengan tugas pokok dan fungsi mengajar dan meneliti tersebut akan mendukung perkuliahan S3 saya di UGM.

Kegiatan penelitian saya selama ini banyak ke arah bidang teknologi papan komposit, khususnya pemanfataan limbah perkebunan dan pertanian sebagai bahan baku papan komposit. Saya memiliki ketertarikan tinggi dengan bidang tersebut dan akan memperdalamnya dengan melanjutkan pendidikan di Program Doktor Ilmu Kehutanan UGM.

Indonesia memiliki sumberdaya alam yang melimpah, khususnya jenis flora/ nabati, baik di sektor kehutanan, perkebunan maupun pertanian. Di sisi lain, produktivitas kayu dari hutan cenderung menurun. Kayu dari hutan alam dan hutan tanaman digunakan oleh masyarakat dan industri untuk kayu konstruksi, meubel atau papan komposit. Kekurangan pasokan kayu sebagai bahan baku papan kompoit dapat disubstitusi oleh bahan nabati lainnya selain kayu.

Bahan nabati melimpah yang berasal dari dari limbah perkebunan dan pertanian berpotensi dimanfaatkan sebagai bahan baku papan komposit, karena mengandung lignin dan selulosa, sebagai salah satu persyaratannya. Kelemahan bahan nabati selain kayu sebagai bahan baku papan komposit adalah bersifat bulky atau volumeous, mudah rusak dan kualitasnya rendah. Kelemahan bahan baku tersebut berdampak pada rendahnya kualitas papan komposit yang dihasilkan, khususnya sifat mekanis.

Sejak tahun 2003, saya bersama tim telah melakukan penelitian mengenai pemanfataan limbah perkebunan dan pertanian sebagai bahan baku papan komposit, seperti batang kelapa sawit, tandan kosong kelapa sawit, kulit kakao, batang pisang dan kulit buah markisa. Perekatnya menggunakan perekat sintetis thermosetting, yaitu phenol formaldehida (PF), urea formaldehida (UF) dan isosianat.

Selain berperan sebagai bahan baku partikel, bahan nabati selain kayu tersebut juga saya digunakan sebagai bahan baku perekat likuida. Hasil penelitian untuk pengujian kualitas papan komposit berdasarkan standar JIS A 5908-2003 (particleboard) menunjukkan bahwa sifat fisis berupa kadar air, kerapatan dan pengembangan tebal umumnya sudah memenuhi standar (KA 5-13%, kerapatan 0,4-0,9 g/cm2, dan PT ≤12), sedangkan sebagian sifat mekanis berupa modulus elastisitas, modulus patah dan internal bond belum memenuhi standar (MOE ≥20.400 kg/cm2, MOR ≥82 kg/cm2, dan IB≥1,5 kg/cm2). Di masa mendatang, saya ingin meningkatkan kualitas produk papan komposit dari bahan nabati selain kayu, dengan beberapa perlakuan pada persiapan bahan baku, kombinasi dengan bahan baku lain maupun proses pembuatan.

Rencana penelitian disertasi saya adalah pemanfaatan limbah pertanian kulit buah markisa sebagai bahan baku papan partikel. Judul disertasi saya rencananya adalah “Peningkatan Kualitas Papan Partikel dari Limbah Kulit Buah Markisa dengan Penambahan Pelapis Luar dan Variasi Kadar Perekat Isosianat”. Rencana penelitian ini sejalan dengan track-record penelitian-penelitian yang sudah saya lakukan sebelumnya sejak tahun 2003.

Saya yakin Program Doktor Ilmu Kehutanan UGM dapat membantu, mendukung dan memfasilitasi saya dalam mempelajari dan memperdalam ilmu pengetahuan khususnya papan komposit. Di kampus UGM dimungkinkan untuk memperkaya pengetahuan dan pengalaman penelitian dengan multidisipilin ilmu. Para mahasiswa, dosen, peneliti, industri dan lembaga lain yang bekerjasama dengan UGM juga menemukan kekayaan multidisiplin di UGM.

Kota Yogyakarta sebagai lokasi UGM terkenal sebagai kota pelajar sejak zaman dulu. Banyak mahasiswa yang berasal dari seluruh daerah Indonesia dengan bahasa dan budaya masing-masing. UGM juga memiliki program dual-degree dan program kelas internasional, sehingga suasana belajar di UGM kaya akan budaya daerah, sekaligus bersifat nasional dan internasional.

Menurut data yang saya kutip dari laman internet UGM, aktivitas pembelajaran pada Program Doktor Ilmu Kehutanan UGM dilaksanakan dengan menggunakan sarana dan prasaran pendukung yang memadai, antara lain: 1. Ruang kuliah dan ruang diskusi yang dilengkapi dengan fasilitas whiteboard, overhead projector, LCD, komputer, dan air conditioner (AC). 2. Berbagai laboratorium kehutanan (21 laboratorium) dengan peralatan yang lengkap dan memadai serta laboratorium lapangan untuk praktek dan penelitian di Gunung Kidul (Yogyakarta), Getas (Blora, Jawa Tengah) dan Muaro Tebo (Jambi). 3. Perpustakaan modern dengan sistem katalog komputer dan CD-ROM di lingkungan UGM yang sangat memadai. 4. Teknologi informasi dalam bentuk komputer dan internet yang dapat mengakses dan memperoleh berbagai ragam informasi dengan sangat mudah. 5. Berbagai pusat kegiatan, seperti olah raga, kesehatan, seni, ibadah dan rekreasi terletak di dalam kampus yang sangat memadai 6. Berbagai sumber beasiswa: Beasiswa Unggulan Dosen Indonesia (d/h BPPS), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Pemerintah Daerah, Perusahaan Kehutanan, dll.

Institusi UGM memiliki lebih dari 200 program studi dan 25 pusat studi. Pengalaman kerjasama yang luas dengan sesama lembaga pendidikan, lembaga riset, pemerintah, lembaga non-pemerintah dan industri, menegaskan bahwa UGM mampu untuk memfasilitasi pendidikan S3 saya.

Kampus UGM yang nyaman dan hangat berada di Kota Yogyakarta kaya akan peninggalan sejarah warisan budaya. Kampus UGM dekat dengan cagar budaya Keraton Yogyakarta, Candi Borobudur dan Candi Prambanan. Akses kampus juga mudah dicapai dengan transportasi udara melalui Bandara Adi Sucipto, transportasi kereta api, dan transportasi jalan raya, seperti mobil, sepeda motor dan sepeda.

Setelah lulus dari Program Doktor Ilmu Kehutanan UGM kelak, tidak akan membuat saya berhenti belajar. Justru akan menjadi batu locatan untuk menggali dan mendalami ilmu kehutanan khususnya bidang Teknologi Hasil Hutan (THH) dengan lebih sempurna. Saya akan kembali ke kampus USU menjadi dosen Prohram Studi Kehutanan yang berperan sebagai pendidik, peneliti dan pengabdi kepada masyarakat sesuai dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi.

Bekal sekolah S3 akan memberikan pengalaman dan ilmu pengetahuan yang kaya dan berharga, sehingga membentuk saya menjadi dosen profesional yang fokus pada bidang teknologi hasil hutan khususnya papan komposit. Saya akan mendidik mahasiswa USU dengan metode pengajaran yang berkualitas sehingga mahasiswa akan memiliki kompetensi ilmu kehutanan dari aspek kognitif, afektif dan psikomorik, sesuai tuntutan Kerangka Kualifikasi Nasioanl Indoensia dan Standar Nasioal Pendidikan Tinggi. Jejaring yang terbentuk dengan UGM dan lembaga pendidikan atau lembaga peneltian lain selama sekolah S3 akan memperkaya wawasan dan pengalaman untuk mengembangkan ilmu kehutanan, khususnya bidang Teknologi Hasil Hutan.


www.titomedan.blogspot.com


No comments: