Translate
Saturday, March 12, 2016
JANGAN TAKUT BERMIMPI (TETRALOGI BAGIAN 3: TIANG)
Hidup dan sukses adalah pilihan. Jalan hidup dan kesuksesan kita ditentukan oleh tangan, langkah dan pikiran kita. Saya yakin semua orang ingin bahagia dan sukses, tapi tidak semua orang akan mendapatkannya. Mengapa? Karena hanya orang-orang yang bertekad dan bekerja keras mewujudkannya, yang akan menikmati hasilnya. Saya tidak ingin mengatakan bahwa saya orang yang sukses. Mungkin saya hanya lebih beruntung dibandingkan teman-teman yang lain.
Adik-adik kenal dengan Tukul Arwana dan Oprah Winfrey? Kita pasti merasa lebih ganteng dari pelawak Tukul Arwana, atau merasa lebih cantik dari presenter Oprah Winfrey. Tapi mengapa Tukul dan Oprah lebih terkenal dan lebih sukses dari orang lain? Jawabannya adalah karena mereka berprestasi dan berkarakter.
Mereka berjuang dan bekerja keras mulai dari titik nol sampai menjadi sukses seperti sekarang ini. Mereka mau bersaing dan berkompetisi dengan orang lain dan memenanginya. Mereka telah menjadi pemenang bukan hanya pecundang. Mereka saja bisa, mengapa kita tidak bisa. Kita yang merasa wajahnya lebih cakep tentu harusnya lebih percaya diri untuk mencapai mimpi-mimpi kita.
Kalau adik-adik memiliki badan yang sehat dan lengkap serta pikiran yang normal, harusnya selalu bersyukur. Dengan modal jiwa dan raga yang sehat tersebut harusnya adik-adik dapat berbuat dan berprestasi lebih banyak dan lebih baik lagi.
Pasti adik-adik kenal dengan Albert Einstein. Dia adalah–menurut pihak sekolah–siswa yang bodoh dan idiot. Karena kebodohannya tersebut, dia harus dikeluarkan (drop out) oleh pihak sekolah. Untungnya ibunya adalah ibu yang pengertian yang mengasuh dengan penuh cinta kasih. Ibunya tahu bahwa Einstein kecil memiliki kelebihan dan kekuatan besar yang tidak dimiliki oleh anak lainnya. Akhirnya terbukti Einstein tumbuh menjadi ilmuwan besar dengan teori relativitasnya dan bom atomnya. Buah pikirannya selalu menjadi rujukan ilmuwan fisika sampai saat ini.
Lihat juga Stephen Hawking, seorang anak manusia yang (maaf) lumpuh dan menghabiskan waktunya di kursi roda. Tapi lihatlah olah pikirannya, dia ilmuwan besar fisika modern dengan teori black hole yang menjadi panutan dan rujukan ilmuwan seantero jagat. Kalau mereka yang (maaf) cacat jiwa atau raga saja bisa berprestasi, apalagi kita yang normal jiwa raganya.
Pada dasarnya semua orang itu sama, dilahirkan dalam kedaan yang sama: menangis dan tidak memakai apapun. Makanya semua orang–tanpa kecuali–mempunyai peluang yang sama untuk sukses. Untuk mencapai sukses, kita harus bekerja keras dan berani berkompetisi secara sehat dengan orang lain. Dari sejak awal kehidupan, kita sudah biasa berkompetisi. Kita sudah diajari berkompetisi.
Kita berasal dari sebuah sperma yang membuahi sel telur. Dari jutaan sperma, hanya satu yang berhasil mengalahkan sperma lainnya untuk berenang dan meluncur membuahi sel telur. Dan sperma yang membuahi sel telur itulah yang menjadi diri kita. Itulah kompetisi pertama dari diri kita. Sperma yang berjuang, bekerja keras dan berkompetisi. Kalau saja sperma tidak berkompetisi dan berjuang, tentu kita tidak akan pernah dilahirkan di muka bumi ini.
Kita sebagai manusia adalah makhluk yang paripurna di muka bumi ini. Kita diberi bentuk yang paling lengkap dan sempurna serta dilengkapi dengan akal pikiran, yang membedakannya dengan makhluk lain. Kita adalah khalifah bagi makhluk hidup lainnya. Kita harus lebih unggul dari makhluk lain.
Masa kita kalah dengan hewan seperti Paul, gurita si peramal yang terkenal pada ajang piala dunia Afrika Selatan tahun 2010. Bukan berarti saya menganjurkan adik-adik jadi peramal, apalagi menganjurkan menjadi gurita. Bukan sama sekali. Tapi jadilah diri sendiri yang mempunyai prestasi dan karakter.
Lulus sekolah atau kuliah juga seharusnya jangan hanya mengincar mencari pekerjaan. Tapi lebih baik lagi kalau bisa membuka lapangan pekerjaan sendiri menjadi wirausahawan (enterpreneur).
Masih ingat Mark Zukerberg? Dia adalah pembuat situs jejaring sosial Facebook yang akrab kita gunakan. Perlu adik-adik ketahui, dia adalah mantan mahasiswa Universitas Harvard yang dikeluarkan (drop out). Dia sekarang sukses mengembangkan Facebook. Dia juga salah satu anak muda terkaya di muka bumi ini.
Jadi jelas titel dan gelar kesarjanaan bukan segalanya. Jiwa enterpreneur yang mengantarkan Mark Zukerberg ke istana kesuksesan. Enterpreneur juga yang mengantarkan Ciputra menjadi raja property atau mengantarkan Bob Sadino menjadi bos agribisnis terkemuka.
Kecerdasan seseorang (IQ) juga tidak selamanya berbanding lurus dengan kesuksesan. Ada kecerdasan lain, yaitu kecerdasan emosional (EQ) yang juga perlu ditingkatkan. EQ berkaitan dengan bagaimana sikap dan perilaku kita, bagimana kita bisa berempati, berkomunikasi dan bekerja sama dengan orang lain.
IQ dan EQ penting, karena di masyarakat atau di lingkungan kerja, kita tidak mungkin terus bekerja sendiri. Kita bekerja dalam kelompok kerja (team work) yang saling bahu membahu mewujudkan tujuan kerja.
... to be continued...
www.titomedan.blogspot.com
(Photo: http://s3-production.bobvila.com/articles/wp-content/uploads/2014/01/pruning-young-trees.jpg)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment