Translate
Sunday, March 13, 2016
JANGAN TAKUT BERMIMPI (TETRALOGI BAGIAN 4: POHON)
Berdasarkan pengalaman mendidik di perguruan tinggi, saya menyimpulkan ada beberapa kekurangan pada lulusan SMU, yaitu kelemahan berani bicara dan menulis serta kelemahan kemampuan bahasa asing.
Padahal menulis dan berbicara adalah salah satu modal dasar kita. Kalau gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, maka saya bisa katakan manusia mati meninggalkan tulisan, perkataan dan perbuatan.
Kita tidak akan tahu pikiran seseorang kalau bukan dari perkataannya atau tulisannya. Belajarlah berdikusi, belajar bicara mengemukakan pendapat, belajar bicara mempertahankan pendapat dan belajar berdebat dengan orang lain. Berdebat yang sehat berdasarkan fakta dan data, bukan semata-mata debat kusir; satu jadi kusir satu jadi kuda.
Menulis juga seperti itu, harus dimulai, dilatih, dibiasakan dan dikembangkan. Bagi adik-adik yang biasa menulis di diary, teruskan kebiasaan tersebut. Malah sekarang teknologi sudah berkembang pesat, bisa menulis di media sosial seperti Facebook, Twitter atau blog. Apalagi didukung oleh jaringan internet dan WIFI sudah ada di mana-mana.
Menulis tidak harus berupa tulisan yang ilmiah atau berat, yang membuat kening berkerut. Tulisan ringan dan kejadian sehari-hari bisa menjadi topik tulisan. Beberapa penulis besar dengan karya buku besar adalah manusia yang hobi menulis.
Kita lihat contohnya, seperti JK Rowling dengan buku Harry Potter, Pramoedya Ananta Toer dengan roman Bumi Manusia, Andrea Hirata dengan tetralogi Laskar Pelangi dan Raditya Dika dengan buku Kambing Jantan (kumpulan tulisan ringan di blog-nya). Mantan pemimpin kita, founding-father Indonesia yaitu Soekarno dan Muhammad Hatta adalah sosok pejuang yang rajin menulis, bahkan ketika jeruji besi membatasi kehidupannya.
Sebenarnya, beberapa koran dan majalah sangat mengharapkan dan menampung tulisan-tulisan kita, asal sesuai dengan tema majalah tersebut. Bahkan ada rubrik tertentu yang khusus memuat penulis dari luar atau penulis baru. Mereka berani memberi honor yang lumayan besar untuk tulisan kita.
Saya sendiri masih belajar menulis yang baik dan benar. Yang jelas, sebagai seorang pendidik, saya harus menulis hasil penelitian pada jurnal ilmiah dan menulis bahan perkuliahan dan praktikum. Saya berusaha rutin menulis artikel atau opini di koran atau majalah atau blog atau bahkan di media sosial.
Beberapa kali menulis di koran nasional Kompas, Waspada, Analisa dan Majalah Intisari. Pengalaman saya mengirim artikel populer ke Majalah Intisari sebanyak 7 lembar, dan diberi honor Rp 350.000, berarti selembarnya dihargai Rp 50.000. Walaupun tujuan utama saya menulis bukan ke nilai materialnya. Menggiurkan bukan?
Mengenai bahasa asing, minimal kuasai bahasa Inggris adalah modal utama untuk mendobrak dunia. Saya juga menyadari kemampuan saya berbahasa Inggris jauh ketinggalan dibandingkan alumni SMU dari kota besar.
Lapangan kerja dan era perdagangan bebas menuntut sumberdaya manusai yang mahir berbahasa asing seperti bahasa Inggris, Mandarin, Jepang, Prancis, Jerman dan bahasa Arab. Ya untuk tahap awal, minimal kita mengusai bahasa Inggris secara aktif. Bahasa asing lainnya nanti tinggal menyesuaikan.
Dulu, saya adalah pribadi yang kurang percaya diri dan pemalu kalau harus bicara di depan orang apalagi dalam forum orang banyak. Gemblengan dan latihan selama sekolah dan kuliah telah menjadikan saya ‘terpaksa’ berani dan jadi benar-benar berani untuk berbicara di depan orang. Apalagi tuntutan pekerjaan sebagai dosen, mengharuskan saya mampu berkomunikasi dengan orang lain, dalam hal ini mahasiswa, dosen, maupun dalam forum ilmiah lainnya.
Kebiasaan berkomunikasi juga akibat banyak kesempatan bicara di forum nasional maupun internasional. Memaparkan buah pikiran dan hasil penelitian. Untuk tingkat nasional sudah beberapa kali berbicara di forum seminar nasional, seperti di Medan, Bogor, Jakarta, Bandung, Pontianak, Makassar, dan Balikpapan. Untuk tingkat internasional, misalnya berbicara pada seminar internasional di Singapura tahun 2009 yang lalu.
Percayalah, kesuksesan tidak turun dengan sendirinya. Kesuksesan tidak datang dengan tiba-tiba, dan tidak juga diturunkan dari nenek moyang kita. Meraih kesuksesan tidak semudah membalikkan telapak tangan, dan tidak segampang menekan keypad handphone. Kesuksesan diraih dengan cucuran keringat, air mata bahkan darah. Kesuksesan juga kadang tercipta dari kegagalan-kegagalan sebelumnya.
Thomas Alpha Edison tidak hanya sekali dua kali bereksperimen membuat bola lampu. Dia berhasil membuat bola lampu pada eksperimen ke-1000, setelah gagal berkali-kali. Kalau saja dia hanya bereksperimen sampai ke-900, maka bola lampu tidak akan pernah ada di dunia ini.
Beberapa sikap dan perilaku yang perlu dikembangkan untuk mewujudkan mimpi-mimpi, antara lain:
B – Berdoa dan belajar.
A – Anti menyerah dan anti menjiplak.
N – Niat yang baik dan nikmati proses.
J – Jiwa enterpreneurship.
A – Aktif bekerjasama dan pandai bergaul.
R – Rasa ingintahu yang besar dan optimis.
S – Selalu patuh pada orangtua dan guru.
A – Akan jujur dan bertanggungjawab.
R – Rajin dan bekerja keras.
I – Inovatif dan kreatif.
Pada masa depan, sumberdaya manusia dituntut untuk lebih pandai, cerdas, unggul dan berprestasi. Salah satu indikatornya adalah tingkat pendidikannya. Dahulu lulusan SD atau SMP masih banyak diserap lapangan kerja. Tapi sekarang? Saat ini lulusan SMU bahkan sarjana pun sangat susah mencari pekerjaan.
Dahulu wajib belajar hanya 6 tahun (setingkat SD), sekarang wajib belajar 9 tahun (setingkat SMP). Saya yakin ke depannya, wajib belajar akan meningkat lagi, menjadi wajib belajar 12 tahun (setingkat SMU) bahkan wajib belajar 16 tahun (setingkat perguruan tinggi). Tentu kita harus mempersiapkannya bagi generasi sekarang maupun generasi anak-cucu kita.
Teruslah belajar, karena bagi kita belajar itu hukumnya wajib mulai dari lubang lahir sampai lubang kuburan. Sekolahlah setinggi-tingginya untuk menggapai cita-cita. Gali potensi dan kembangkan semaksimal mungkin. Setelah lulus SMU, kuliahlah di perguruan tinggi. Banyak beasiswa yang bisa diambil sebelum dan/ atau setelah masuk kuliah.
Jadi, jangan pernah mengeluh, meratapi nasib atau menyalahkan keadaan. Segeralah bertindak! Gelapnya malam tidak akan berubah menjadi terang benderang, hanya dengan mengeluh dan meratapinya. Tetapi akan berubah menjadi terang dengan menyalakan sebatang lilin.
Seperti kata Aa Gym, mulailah dari diri sendiri, mulailah dari yang kecil dan mulailah dari sekarang juga. Bahkan dikatakan bahwa Tuhan tidak akan merubah keadaan seseorang, kalau orang tersebut tidak merubahnya sendiri.
Kalau saya bisa mengulangi sejarah, memutar waktu saat sekolah SMA, saya akan belajar lebih rajin dan akan lebih aktif berorganisasi. Saya akan memanfaatkan waktu tiga tahun bersekolah dengan prestasi maksimal. Namun sayangnya waktu tidak bisa diputar, sejarah tidak bisa berulang. Masa lalu adalah sejarah, masa sekarang adalah anugerah dan masa depan adalah amanah.
Jadi kesempatan dan peluang ini sekarang ada di tangan adik-adik. Ayo belajar dengan lebih rajin untuk mencapai prestasi yang maksimal. Buktikan bahwa generasi Banjarsari juga bisa berprestasi di segala bidang.
Ayo taklukan zaman atau kita akan terlindas zaman...
Bermimpi dan wujudkanlah...
Dan pada akhirnya the dream come true...
Selamat berjuang...
Mohon maaf jika kurang berkenan.
Semoga bermanfaat.
www.titomedan.blogspot.com
(Photo: https://breezometer.com/wordpress/wp-content/uploads/2016/01/nature_big_tree_hd.jpg)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment