Translate
Saturday, April 9, 2016
BERSEPEDA, GAYA HIDUP RAMAH LINGKUNGAN
Lingkungan kota yang hidup, sehat dan manusiawi adalah lingkungan yang dapat mendorong masyarakatnya untuk beraktivitas di luar ruang dengan nyaman dan aman. Jangan sampai masyarakatnya merasa was-was atau takut saat keluar rumah. Seperti takut tersenggol kendaraan bermotor, was-was ketabrak angkutan umum, phobia menjadi korban kejahatan atau ngeri akan polusi udara yang menyesakkan dada.
Beberapa aktivitas yang dapat dilakukan di luar ruang antara lain berjalan-jalan, lari atau bersepeda. Aktivitas tersebut merupakan kegiatan yang murah, ramah dan menyehatkan. Tentu dengan harus didukung oleh lingkungan yang bersih, nyaman dan kondusif.
Bersepeda merupakan aktivitas yang dapat dilakukan di luar ruang, baik di jalan raya maupun jalan tanah (off road) di gunung, kebun dan pantai. Keuntungan bersepeda adalah hemat BBM karena sama sekali tidak menggunakan bahan bakar dan tidak mengeluarkan asap yang menyesakkan dada, serta lebih murah harga sepeda dan biaya perawatannya.
Keuntungan lainnya adalah lebih sehat dan bugar karena pesepeda aktif bergerak. Dan tambahan bonus relatif anti macet karena dimensi sepeda yang ringkas dan ringan sehingga mampu menerobos kemacetan jalan raya, serta mampu melewati jalan tikus dan gang sempit sebagai jalan alternatif.
Bersepeda merupakan gaya hidup ramah lingkungan di kota-kota yang manusiawi. Aktivitas bersepeda tidak akan menimbulkan emisi karbon (gas rumah kaca) yang akan mengakibatkan pemanasan global (global warming). Hal ini berbeda dengan kendaraan lainnya di jalan raya yang dapat menimbulkan emisi karbon, seperti angkutan umum, bus, sepeda motor dan mobil.
Hasil penelitian dari tiga kendaraan bermotor di jalan raya menunjukkan emisi karbon yang terkecil per orang per kilometer perjalanan adalah bus, kemudian sepeda motor (7,5 kali emisi karbon per penumpang bus) dan mobil (15 kali emisi karbon per penumpang bus). Hal ini bisa difahami karena kapasitas bus yang dapat mengangkut banyak orang, sementara di sisi lain, mobil pribadi lebih sering diisi 1-2 orang saja.
Selain itu sepeda tidak menyita ruang atau hemat kebutuhan ruang saat digunakan di jalan raya maupun di areal parkir. Sebagai perbandingan untuk mengangkut 72 orang dibutuhkan 72 sepeda, dengan total ruang yang dibutuhkan sekitar 42 m2. Untuk mengangkut 72 orang dibutuhkan 1 bus, dengan total ruang yang dibutuhkan sekitar 30 m2.
Selanjutnya, untuk mengangkut 72 orang dibutuhkan 60 sepeda motor (rata-rata 1 dari 5 sepeda motor mengangkut 2 orang), dengan total ruang yang dibutuhkan sekitar 90 m2. Untuk mengangkut 72 orang dibutuhkan 40 mobil pribadi (rata-rata 1,75 penumpang mobil tiap mobil), dengan total ruang yang dibutuhkan sekitar 700 m2.
Secara umum sepeda terdiri atas sepeda kota (city bike), sepeda gunung (mountain bike/ MTB), sepeda hibrid (hybrid bike), sepeda pantai (cruiser bike), sepeda ceper (lowrider bike), sepeda balap (road bike), sepeda atraksi (BMX), sepeda lipat (folding bike) dan sepeda anak (children bike). Jenis sepeda tersebut digunakan sesuai dengan kebutuhan dan peruntukannya.
Beberapa kota di negara-negara maju, menjadikan sepeda sebagai budaya, seperti kota-kota di Belanda, Denmark, Swedia, Jepang, Amerika dan lainnya. Kita pasti sudah mulai biasa menemukan fenomena bersepeda sebagai salah satu pilihan transportasi yang membudaya.
Singapura sebagai negara kecil merupakan salah satu negara yang ramah dan manusiawi terhadap pejalan kaki dan pesepeda. Jalan-jalan memiliki pedestrian atau trotoar yang cukup lebar sehingga memudahkan mobilitas pejalan kaki dan pesepeda.
Moda transportasi masal berupa bus dan kereta monorel juga banyak tersedia dan nyaman digunakan. Moda transportasi masal mempersilakan penumpang membawa sepedanya (sepeda lipat) ke dalam kendaraan, sehingga dapat melanjutkan perjalanan menggunakan sepeda setelah sampai halte yang dituju.
Seharusnya kota-kota lainnya juga mendorong perkembangan dan perubahan kultur yang sangat signifikan dalam berkendara dengan dukungan political will dari pemerintah. Perubahan kultur tersebut adalah beralihnya pilihan masyarakat ke transportasi ramah lingkungan atau transportasi umum.
Krisis energi, krisis global dan pemanasan global membangkitkan kesadaran sebagian masyarakat untuk beralih ke transportasi yang ramah lingkungan dan murah. Terbentuknya komunitas pesepeda di kota-kota besar mampu membuktikan gerakan kesadaran tersebut.
Komunitas Bike to Work (B2W) di kota besar Indonesia mampu menjaring ratusan ribu anggota. Selain itu ada juga komunitas Bike to School, Bike to Campus dan komunitas-komunitas pesepeda lainnya, menurut jenis sepeda, tujuan bersepeda, tempat bekerja atau jalur sepeda yang biasa dilalui atau hanya komunitas sepeda informal lainnya.
Agar bersepeda menjadi budaya maka pemerintah perlu mendukungnya dengan penyediaan jalur sepeda (bike line) dan parkir khusus sepeda di tempat-tempat umum. Kantor-kantor, sekolah, kampus, tempat belanja dan tempat umum lainnya perlu juga menyediakan lahan untuk parkir sepeda.
Penulis bermimpi Kota Medan ini lebih ramah dan manusiawi terhadap aktivitas pejalan kaki dan pesepeda serta tersedianya moda transportasi massal yang nyaman dan terjangkau. Ada infrastruktur yang membuat masyarakat merasa aman dan nyaman beraktivitas di luaran.
Di jalanan banyak dijumpai papan petunjuk bergambar sepeda, baik menunjukkan jalur khusus sepeda, tempat parkir sepeda, tempat penitipan sepeda maupun berbagai simbol lain yang memudahkan para pengguna sepeda. Traffic light bagi pengguna sepeda juga dipisahkan dengan lampu lalu lintas bagi pengendara kendaraan motor lainnya. Parkir dan penitipan khusus sepeda juga melimpah. Di setiap sisi pedestrian, ada tempat parkir sepeda dengan berbagai kreasi tempat parkir.
Pejalan kaki dan pesepeda pun nyaman menggunakan moda transportasi massal, karena di setiap stasiun atau terminal banyak terdapat tempat parkir atau penitipan sepeda. Sepeda pun dapat masuk ke dalam moda transportasi massal, minimal untuk sepeda lipat. Penumpang dapat membaca buku, beristirahat, atau tidur dalam moda transportasi masal dengan nyaman.
Sayangnya, gambaran itu masih sebatas mimpi di siang bolong. Mudah-mudahan hal ini bisa menjadi bahan renungan dan pemikiran bagi kita semua, agar mimpi tersebut bisa menjadi kenyataan kelak di kemudian hari, yaitu lingkungan yang lebih bersih, sehat, nyaman, aman, manusiawi dan berbudaya bagi kita dan anak-cucu kita.
Semoga...
www.titomedan.blogspot.com
(Photo: Rudianto Gurning)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
2 comments:
Nice :)
Budaya sepeda lebih ramah lingkungan.
Right
Post a Comment